beritabernas.com – Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo mengaku secara pribadi merasakan damai yang sungguh-sungguh sejuk karena merasakan aura bulan suci Ramadan ini. Ia pun mengajak semua yang hadir dalam acara buka puasa bersama yang diadakan KWI dengan Hj Shinta Nuriyah dan anak-anak yatim piatu untuk mendengatkan nasihat-nasihat Ibu Shinta Nuriyah yang telah berkeliling ke berbagai tempat selama bulan suci Ramadan ini.
Hal itu disampaikan Kardinal Suharyo pada acara buka puasa bersama KWI dengan Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan anak-anak yatim di Henry Soetio Hall Gedung KWI Jakarta, Selasa 25 Maret 2025.
BACA JUGA:
- Anugerah “Sehati Seperjalanan” dari KWI untuk Ormas Pemuda Lintas Agama
- KWI Mengapresiasi Banser yang Selalu Ikut Mengamankan Perayaan Natal dan Tahun Baru
Shinta Nuriyah yang hadir bersama Alissa Wahid disambut Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) KWI Mgr Christoforus Tri Harsono serta Sekretaris Eksekutif KWI Romo Paulus Christian Siswantoko dan Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI Romo Aloysius Budi Purnomo. Acara tersebut juga dihadiri Wali Kota Jakarta Pusat Arifin dan dua anggota DPR RI Abraham Sridjaja dari Golkar dan Yulius Setiarto dari PDI Perjuangan.
Menurut Kardinal Suharyo, setiap tahun Departemen Hubungan Antaragama di Vatikan mengeluarkan surat sapaan setiap kali ada hari raya keagamaan. “Tahun ini adalah tahun yang kesekian dan judul sapaannya adalah ‘Apa yang kita harapkan bersama’. Jawaban kita semua tahu di dalam hati kecil kita adalah persaudaraan. Harapannya adalah damai,” kata Kardinal Suharyo.

Dikatakan Kardinal Suharyo, semua orang tahu antara harapan dan kenyataan itu seringkali berbeda, dan bisa saja jaraknya semakin jauh. “Kita semua mengharapkan damai. Tetapi perang semakin meluas. Kita semua mengharapkan kesejahteraan tetapi akhir-akhir ini ekonomi dunia susah. Kita membaca setiap hari di koran saudara-saudara kita banyak yang mengalami PHK, dan berbagai macam kesulitan lain,” ucapnya.
Dengan situasi semacam itu, menurut Kardinal Suharyo, pimpinan Gereja Katolik mengajak kepada umat Islam untuk membangun harapan agar antara kenyataan dan cita-cita tidak semakin jauh tetapi semakin dekat.
“Untuk itu kita semua diajak untuk membangun mewujudkan tanda-tanda pengharapan. Salah satu tanda yang sangat penting untuk bangsa kita adalah persatuan, kebersamaan seperti yang kita alami dalam miniatur di ruangan ini. Yang mempersatukan kita adalah Bu Shinta dengan segala macam kebijaksanaan pengalamannya sebagai Ibu Bangsa. Terima kasih Ibu Shinta, terima kasih para sehabat sekalian, mari kita gunakan kesempatan ini untuk memeriksa hati kita supaya kita semua dengan peran kita yang berbeda-beda dapat menjadi penabur-penabur pengharapan,” kata Kardinal Suharyo.

Sebelumnya, menjelang buka puasa atau ngabuburit, Trio Calista Alina Niceta atau CAN ikut menghibur para tamu dengan sejumlah lagu. Demikian juga di tengah makan bersama saat buka puasa, trio ini juga bernyanyi. Sebelum ceramah, juga digelar pembacaan Al Quran dan Saritilawah dan tarian Sufi yang diiringi Hadroh.
Sementara Hj Shinta Nuriyah memberikan tausiah tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. “Kita tinggal di Indonesia, maka kita harus bertindak selayaknya satu bangsa,” kata Shinta.
Sebagai sesama saudara, kata Shinta, sewajarnya seluruh warga tak memandang suku, agama dan ras di Indonesia. Di sela ceramah kebangsaannya, Shinta juga memimpin para tamu untuk menyanyikan Satu Nusa Satu Bangsa. (*/lp)