Mahfud MD, Prabowo dan Anies Baswedan Pernah jadi Kawan, Kini Menjadi Lawan

beritabernas.com – Dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Bisa jadi saat ini mereka berkawan atau berteman, besok bisa jadi lawan. Begitu pula sebaliknya. Lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jadi lawan. Setidaknya itu yang terjadi antara Mahfud MD, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Dalam Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo menjadi lawan Joko Widodo. Namun kemudian Prabowo jadi kawan Presiden Jokowi sejak diangkat menjadi Menteri Pertahanan (Menhan). Bahkan pada Pilpres 2024, Prabowo memilih Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres. anak sulung Presiden Joko Widodo.

Sementara Mahfud MD yang pernah menjadi tim pemenangan Prabowo pada Pilpres 2019, sekarang menjadi lawan Prabowo setelah menjadi Cawapres Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. Artinya, tahun 2019 Mahfud MD menjadi kawan namun pada Pilpres 2024 menjadi lawan politik Prabowo.

Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. Foto: Twitter@jokowi

Demikian pula Anies Baswedan yang pada Pilkada DKI Jakarta diusung oleh Gerindra pimpinan Prabowo, kini menjadi lawan dalam kontestasi Pilpres 2024. Anies Baswedan yang dulu kawan Prabowo, kini menjadi lawan politik karena sama-sama menjadi Capres pada Pilpres 2024.

Selain itu, Anies Baswedan pernah menjadi tim pemenangan Jokowi pada Pilpres 2019, kini menjadi lawan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo pada Pilpres 2024. Bahkan Anise Baswedang yang pernah satu kubu dengan Jokowi dan pernah juga satu kubu dengan Prabowo, kini menjadi lawan politik dari keduanya.

Kemudian, Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 menjadi Cawapres Prabowo dan lawan politiknya adalah Jokowi yang didukung kubu PDI Perjuangan, sekarang Sandiaga Uno justru memihak kubu PDI Perjuangan dengan mendukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, sehingga menjadi lawan politik Prabowo dan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming.

Dari fakta-fakta tersebut menguatkan adagium bahwa dalam politik tak ada lawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.

BACA JUGA:

Karena itu, dalam kontestasi politik seperti Pilpres atau Pilkada, tak perlu memusuhi kawan dan kerabat yang berbeda pilihan. Karena para elit politik itu bisa gonta-ganti pasangan politik, mereka yang tadinya musuh bisa jadi kawan atau sebaliknya.

Sementara para pendukung sudah terlanjur memutus persahabatan bahkan persaudaraan demi junjungan politisi yang sehabis Pilpres sudah kongkow-kongkow bareng di balik panggung. Mereka mendapat kekuasaan, para pendukung justru kehilangan persahabatan.

Ingat, kalau hidup kita susah, yang menolong bukan para elit politik di atas sana, tapi kawan, tetangga dan saudara kita. Karena itu, sebagai warga negara biasa, kita harus biasa-biasa saja, santai dan tetap jalin persahabatan dan persaudaraan dengan tetangga, kawan dan sahabat apalagi saudara kita. Pilihan boleh beda, tapi jangan korbankan persahabatan dan persaudaraan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *