Oleh: Andreas Chandra
beritabernas.com – Di banyak negara, terutama yang sedang berkembang, program pemberian makanan bergizi gratis sudah ada, namun sering kali terbatas dalam cakupan dan jangka waktu tertentu. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah berusaha menyelenggarakan program pemberian makanan bergizi di kawasan-kawasan miskin, wilayah bencana atau daerah yang terkena wabah penyakit.
Di Indonesia sendiri, beberapa program seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) menjadi contoh dari upaya pemberian akses kepada masyarakat terhadap bahan makanan yang bergizi.
Namun, jika kita berbicara tentang pemberian makanan bergizi gratis secara langsung kepada individu atau keluarga dalam jangka panjang, kenyataannya hal ini semakin langka. Berbagai faktor ekonomi, sosial dan politik turut berperan dalam mengurangi ketersediaan layanan semacam ini. Makanan sehat yang sering kali dianggap lebih mahal dan membutuhkan perhatian lebih dalam hal distribusi dan pengolahan menjadi kendala utama.
Mengapa makan bergizi gratis tidak dapat bertahan lama? Pertama, karena adanya keterbatasan anggaran negara. Program makanan bergizi gratis membutuhkan dana yang sangat besar. Sumber daya pemerintah sering kali terbatas dan lebih difokuskan pada sektor-sektor lain yang dianggap lebih mendesak, seperti pendidikan, infrastruktur dan kesehatan.
BACA JUGA:
- Kritik untuk Negara, Sebuah Tuntutan untuk Perbaikan dan Keadilan Sosial
- Tanggung Jawab Negara Terhadap Warga Ditinjau dari Konstitusi
Selain itu, angka kemiskinan yang meningkat akibat krisis ekonomi atau bencana alam membuat alokasi dana untuk program semacam ini semakin sempit. Pemerintah pun terjebak dalam dilema: mendanai program ini atau mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Kedua, penyalahgunaan dan ketidakefektifan program. Banyak program yang diinisiasi untuk menyediakan makanan bergizi gratis sering kali terhambat oleh masalah distribusi yang tidak tepat sasaran. Penyalahgunaan dana atau korupsi di tingkat bawah juga memperburuk situasi.
Akibatnya, meskipun tujuan mulia tersebut ada, implementasinya jauh dari harapan. Beberapa daerah bahkan tidak mendapatkan manfaat maksimal dari program ini karena ketidaktahuan atau kesalahan dalam pendataan keluarga miskin yang membutuhkan bantuan.
Ketiga, pola Konsumsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Meskipun makanan bergizi sangat penting, kadang-kadang makanan yang dibagikan dalam program-program ini tidak selalu sesuai dengan kebutuhan gizi lokal atau preferensi masyarakat. Misalnya, pemberian makanan dalam bentuk bantuan pangan yang hanya berbasis pada bahan pokok seperti beras dan minyak goreng mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara seimbang. Oleh karena itu, masyarakat tetap kekurangan zat gizi tertentu seperti protein, vitamin, dan mineral.
Prioritas utama mewujudkan akses makanan bergizi
Dalam program makan bergizi gratis, ada yang perlu menjadi perhatian utama. Pertama, pendekatan berkelanjutan dalam penyediaan makanan bergizi. Pemerintah dan lembaga terkait harus mulai fokus pada penyediaan makanan bergizi yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar memberi bantuan sekali atau sesaat.
Salah satu langkah penting adalah mengembangkan sistem pertanian lokal yang ramah lingkungan, mengedukasi petani dan meningkatkan kualitas dan keberagaman produk pangan lokal. Ini akan mengurangi ketergantungan pada impor makanan dan meningkatkan ketersediaan bahan makanan bergizi yang terjangkau.
Kedua, pembenahan sistem distribusi dan pendataan. Sistem distribusi yang efisien dan tepat sasaran sangat penting. Pemerintah harus melakukan pembenahan dalam sistem pendataan penerima bantuan dengan menggunakan teknologi yang lebih modern agar distribusi bantuan lebih terfokus pada mereka yang benar-benar membutuhkan.
Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan bantuan pangan sangat diperlukan untuk mengurangi potensi penyalahgunaan.
Ketiga, edukasi gizi kepada masyarakat. Pemberian makanan bergizi harus diimbangi dengan edukasi mengenai pola makan sehat. Masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi seimbang serta bagaimana cara memanfaatkan bahan makanan yang ada di sekitar mereka dengan cara yang lebih efisien dan bergizi. Ini akan membantu mereka untuk tidak hanya bergantung pada bantuan semata, tetapi juga mampu menyediakan makanan bergizi dalam kehidupan sehari-hari.
Makanan bergizi gratis masih mungkin ada dalam bentuk bantuan sementara, tetapi untuk mencapainya secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang, dibutuhkan sinergi antara kebijakan pemerintah, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta peningkatan sistem distribusi dan edukasi gizi yang lebih baik. Makanan bergizi bukan hanya soal pemberian materi, tetapi tentang menciptakan sistem yang mendukung pola makan sehat secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, prioritas utama dalam mewujudkan akses terhadap makanan bergizi adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat dapat memproduksi, mengakses, dan mengonsumsi makanan sehat dengan biaya yang terjangkau dan tidak bergantung pada bantuan luar dalam jangka panjang. (Andreas Chandra, Mahasiswa FH UAJY)