Manajemen Megaproyek di Indonesia Masih Lemah

beritabernas.com – Manajemen megaproyek di Indonesia dinilai masih lemah dibanding negara-negara tetangga, seperti Singapura, Australia dan sebagainya. Salah satu kelemahan tersebut adalah dalam perawatan bangunan dan fasilitasnya yang kurang diperhatikan setelah dibangun.

Hal ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas. Karena itu, mahasiswa perlu dipersiapkan secara komprehensif mulai dari perencanaan, konstruksi hingga pemeliharaan atau perawatan bangunan dan fasilitasnya. Karena hal ini menjadi bagian penting dalam manajemen konstruksi.

Demikian salah satu poin penting yang terungkap dalam acara Coffee Morning Lecture episode keempat yang diadakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII di Ruang IRC FTSP KampusTerpadu UII, Senin 7 Agustus 2023.

Suasana Coffee Morning Lecture episode keempat di Ruang IRC FTSP KampusTerpadu UII, Senin 7 Agustus 2023. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Acara Coffee Morning Lecture episode keempat dengan tema Tantangan Facility Management untuk Megaproyek di Indonesia ini menghadirkan pembicara utama Melky Aliandri ST MBA, Direktur PT Bakrie Swasakti Utama, dengan panelis Prof Ir Sarwidi MSCE PhD IP-U dari Pusat Studi DIREC-Teknik Sipil FTSP UII dan Ir Ahmad Saifudin Muttaqi MT (Dosen Jurusan Arsitektur/praktisi).

Menurut Dekan FTSP UII Dr Ing Ir Ilya Fadjar Maharika MA IAI, salah satu kelemahan dalam manajemen konstruksi di Indonesia adalah kurangnya perhatian pada aspek pemeliharaan bangunan. Artinya, setelah dibangun, tidak ada perhatian dalam perawatan da pemeliharaan bangunan.

BACA JUGA:

Karena itu, seiring dengan adanya proyek-proyek yang semakin kompleks dan besar, dibutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan solusi efisien dalam menghadapi beragam tantangan dalam aspek fasilitas, termasuk perencanaan, operasional dan pemeliharaan.

“Melalui pemahaman mendalam terhadap kendala-kendala tersebut, diperlukan berbagai strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan keberlanjutan fasilitas pada proyek-proyek skala besar di Indonesia,” kata Ilya Fadjar Maharika saat membuka acara Coffee Morning Lecture episode keempat.

Sementara Melky Aliandri ST MBA selaku pembicara utama mengatakan, tantangan dalam manajemen megaproyek selama ini adalah keterbatasan sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitasnya. Selama ini, SDM hanya bisa merencanakan dan membangun namun tak punya kemampuan untuk merawat dan memelihara.

Coffee Morning Lecture episode keempat yang diadakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII.Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Karena itu, Melky Aliandri yang juga alumni FTSP UII, mendukung ide Dekan FTSP UII untuk membekali mahasiswa pengetahuan da keahlian untuk merawat dan memelihara bangunan atau proyek yang sudah dibangun.

Sementara Prof Ir Sarwidi mengatakan, 8 prinsip pembangunan ibukota baru dengan 24 indikator keberhasilan adalah selaras dengan alam, Bhinneka Tunggal Ika, terhubung aktif dan dapat diakses, emisi karbon rendah, melingkar dan elastis, aman dan terjangkau, layak huni dan efisien melalui teknologi, dan peluang ekonomi yang kuat untuk semua. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *