Melalui Hibah PISN 2025, ISI Yogyakarta Sukses Revitalisasi Lagu Anak di Desa Gunungmojo

beritabernas.com – Di tengah kekhawatiran “darurat lagu anak” seperti disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi pada Juli 2025, sebuah tim kecil dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta berhasil membuktikan bahwa lagu anak Indonesia masih bisa hidup dan berkembang, bahkan dimulai dari desa.

Baca juga:

Melalui hibah Program Pengabdian Masyarakat yakni Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, tim yang terdiri atas Kustap M.Sn (ketua tim), Annas Fitria Sa’adah M.Phil, Titis Setyono Adi Nugroho S.Sn M.Sn, Ken Ruri Nindyasmara, Azzahra Qurrata A’yun Adindya Irbah Ramadhani, Amos Christian Situmeang (anggota dosen dan mahasiswa Prodi Musik ISI Yogyakarta) berkolaborasi dengan Unen Unen Klinik Musik Keliling.

Mereka menjadikan Desa Gunungmojo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY sebagai lokasi program selama Oktober–Desember 2025.

Tim pengabdian pada masyarakat ISI Yogyakarta terdiri dari dosen dan mahasiswa foto bersama pimpinan Unen Unen Klinik Musik Keliling. Foto: Dok ISI Yogyakarta

Menurut Kustap, selama tiga bulan, puluhan anak desa tidak hanya diajarkan menyanyi dan bermain musik, tetapi juga menciptakan sendiri lagu bertema hobi (bernyanyi, melukis, bermain bola) dan lingkungan sekitar mereka (sungai, gunung, sawah, dan hutan). Hasilnya adalah tiga lagu anak orisinal baru yang dilengkapi partitur, rekaman studio berkualitas baik dan video dokumentasi proses kreatif.

“Sangat baik jika anak-anak punya lagu milik mereka sendiri, bukan hanya menonton milik orang lain saja. Di sisi yang lain dengan tema hobi dan lingkungan tempat tinggal, secara tidak langsung menciptakan rasa cinta kampung halaman,” kata Menurut Kustap.

Anak-anak belajar bermain musik. Foto: Dok ISI Yogyakarta

Sementara Nensi Listiowati M.Sn, Ketua Unen Unen Klinik Musik Keliling, menambahkan, aktivitas anak harus berada di jalurnya. Dari pengalaman masa kecil yang menyenangkan perlu diwujudkan menjadi lagu anak yang asik dan bermakna.

Selain menghasilkan karya lagu, program ini juga meningkatkan kapasitas dan kualitas teknis Unen Unen Klinik Musik Keliling. Tim ISI Yogyakarta memberikan pendampingan intensif mulai dari proses produksi, editing, mixing, hingga mastering penciptaan lagunya, sehingga komunitas lokal kini mampu memproduksi konten audio yang layak tayang di platform digital.

Program ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya pemerataan ekonomi dari desa dan penguatan SDM berkualitas dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 4 (Pendidikan Berkualitas) dan poin 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat).

Anak-anak serius belajar bermain musik dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat yang diadakan TIm Kecil dari ISI Yogyakarta. Foto: Dok ISI Yogyakarta

Hingga akhir Desember 2025, seluruh target program tercapai dan bahkan terlampaui. Klinik musik desa tetap berjalan secara mandiri sebagai wadah kreativitas berkelanjutan. Kisah sukses dari Gunungmojo menjadi bukti nyata bahwa ketika perguruan tinggi seni turun ke desa, hibah negara difokuskan pada anak-anak pelosok, dan komunitas lokal diberi keterampilan yang memadai, maka lagu anak Indonesia dapat bangkit kembali. Dimulai dari nada-nada ceria anak-anak kampung.

“Indonesia Emas 2045 ternyata bisa diawali dari senandung anak desa yang baru saja menciptakan lagu tentang hobi dan lingkungan mereka sendiri. Minimal 80% peserta menunjukkan peningkatan kemampuan musik dan anak-anak mampu bernyanyi bersama dengan percaya diri,” kata Kustap. (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *