Mengatasi Pengangguran, Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi 

Oleh: Ben Senang Galus, Dosen, Penulis, tinggal di Yogyakarta

beritabernas.com – Kemajuan teknologi yang pesat saat ini mengubah cara orang bekerja. Semula banyak pekerjaan yang menumbutuhkan ketrampilan fisik, tetapi dengan adanya kemajuan teknologi, banyak pekerjaan yang tidak lagi membutuhkan ketrampilan fisik, melainkan justru membutuhkan ketrampilan berpikir. Jadi hal ini terjadi apa yang disebut deskilling.

Kemajuan teknologi akan membawa beberapa dampak terhadap kebutuhan tenaga kerja. Pertama, perubahan macam pekerjaan. Dengan adanya teknologi  baru, maka timbulnya pekerjaan baru dimungkinkan. Kedua, persyaratan ketrampilan untuk memasuki pekerjaan juga berubah. Mungkin macam pekerjaan masih sama, akan tetapi karena teknologi lebih canggih, maka diperlukan ketrampilan lain untuk pekerjaan tersebut.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan berubah. Kemungkinan permintaan tenaga kerja mengalami penurunan, karena hampir semua tenaga kerja dikerjakan oleh teknologi modern, jumlah tenaga manusia bisa tereduksi.

Dengan adanya perubahan teknologi yang pesat ini, keadaan pasar kerja pun akan berubah dengan pesat pula. Maka perencanaan dunia pendidikan diarahkan ke pasar kerja. Ini berarti bahwa dunia pendidikan dituntut untuk mengikuti arus perubahan pasar kerja.

 Oleh karena itu dalam jangka panjang, diperlukan perencanaan dunia pendidikan yang berorientasi pada pasar kerja berbasis teknologi. Namun, betapapun pendidikan formal direncanakan, sangat sulit untuk mampu menyediakan tenaga yang otomatis cocok dengan dunia kerja. Dunia pendidikan umumnya memerlukan waktu yang relatif panjang, sedang teknologi berubah dengan cepat.

Sehingga dunia pendidikan yang didisain cocok dengan teknologi sekarang ini, lima tahun yang akan datang sudah ketinggalan zaman. Di samping itu, sistem pendidikan yang demikian menjadi akan sangat mahal, sedangkan relevansinya akan segera out of date. Argumentasi ini cukup rasional dan perubahan teknologi yang sedemikian cepat akan sulit diikuti oleh dunia pendidikan.

Indonesia yang berada di kawasan Asia Pasifik, suatu kawasan yang telah melahirkan beberapa negara industri baru, menghadapi kemungkinan ganda. Di satu sisi Indonesia bisa menarik manfaat terimbas oleh kemajuan di kawasan ini, tetapi di sisi lain bisa tertelan menjadi korban kemajuan negara tetangga apabila tidak secara sungguh-sungguh mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan (kompetitif dan komparatif), untuk mampu  menghadapi persaingan yang akan terus berkembang semakin ketat dan semakin tajam.

Kunci sukses

Secara historis akademis maka tidak pernah ditemukan sistem pendidikan yang maha sempurna; hampir semua sistem yang pernah diaplikasikan senantiasa mengandung kelemahan atau kekurangan.     Berbagai pengalaman sukses dalam menyelenggarakan pendidikan di satu pihak dan pengalaman tidak sukses di pihak lain membuktikan bahwa sistem pendidikan itu sendiri bukan tanpa kekurangan sama sekali.

Sistem pendidikan tetap mengandung berbagai kekurangan. Meskipun demikian bukan berarti bahwa pengembangan sistem pendidikan dihentikan. Belajar dari pengalaman di berbagai negara, khususnya di negara-negara industri, sistem pendidikan masih tetap relavan dikembangakn, baik di negara-negara pra industri maupun negara industri.

Setidaknya ada beberapa kunci sukses untuk menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan. Pertama, melalui kerjasama program school integrated development atau School to Work Transition melalui kerjasama lintas kementerian/lembaga. Program ini sejenis tambahan program vokasi bagi tamatan SMK/SMA sebelum memasuki dunia kerja atau bahkan kalau bisa dimasukkan dalam kurikulum SMK/SMA. Pogram ini sebagai integrasi pelatihan dan pemagangan  berskala nasional yang dirancang untuk  menekan angka pengangguran terutama pekerjaa tamatan SMK/SMA.

Rancangan program ini hendaknya melibatkan industri. Sebagai realisasi kerjasama dengan dunia industri, diusahakan program school integrated development atau School to Work Transition di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tak kalah pentingnya ialah upaya terus menerus memodifikasi kurikulum pendidikan agar senantiasa relevan dengan tuntutan dunia kerja maka secara periodik lembaga pendidikan mengadakan pertemuan dengan pihak dunia industri untuk meminta masukan praktis dan terapan mengenai disiplin ketrampiln yang aktual dan dimasukan dalam kurikulum. Kurikulum pendidikan yang begitu fleksibel, dinamis, artinya setiap kali ada perubahan dalam masyarakat dimasukan dalam kurikulum (oriented curriculum).

Pihak industri memberikan masukan praktis dan terapan yang kemudian dimatching dengan masukan-masukan lain yang bersifat analisis-antisipatif dari pihajk lembaga pendidikan. Modifikasi kurikulum selalu mampu mengantisipasi perkembangan disiplin ketrampiln di lapangan kerja.

Kedua, kebijakan pemerintah dalam rangka stabilitas ekonomi di Indonesia, secara selektif akan banyak memanfaatkan faktor-faktor produksi yang berkualitas termasuk tenaga kerja. Kebijakan makro pemerintah tentang pendidikan dan penerimaan keuangan sangat memerlukan dukungan kemampuan teknis produksi yang berkualitas dan kemampuan manajerial yang handal agar dapat menghidupkan kembali roda perekonomian negara.

Ketiga, tuntutan dan permasalahan era global. Persaingan global antara negara di dunia semakin ketat dan tajam akan membawa perubahan yang sangat cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Lahirnya multinational company juga menjadikan persaingan bisnis berskala regional, internasional, maupun global semakin meningkat, akan berdampak luas pada pergeseran struktur ekonomi dan struktur pasar tenaga kerja.

Restrukturisasi ekonomi global  yang sejalan dengan proses neoliberalisasi telah berdampak terhadap perubahan struktur pasar tenaga kerja di Indonesia. Terkait langsung di dalamnya sistem pendidikan tinggi, yang merupakan bagian yang terpenting proses menyiapkan angkatan kerja dengan kualifikasi  tinggi sesuai dengan konteks  restrukturisasi ekonomi. Jika tidak, kualitas SDM kita  akan menurun. Hal ini akan berdampak pada hilangnya  keunggulan kompetitif angkatan kerja yang dimiliki.

Perkembangan ekonomi global yang sejalan dengan proses neoliberalisasi telah mengakibatkan terjadi pergeseran otomatis pada struktur ketenagakerjaan di tanah air. Perubahan struktur ini berdampak langsung pada  sistem pendidikan tinggi kita, sebagai lembaga yang menyiapkan tenaga kerja profesional, yang mau tidak mau kita segera melakukan restrukturisasi pendidikan tinggi.

Diskursus mengenai restrukturisasi   paling tidak distimulus oleh tiga fenomena. Pertama, transformasi aktivitas industri membutuhkan kualifikasi tenaga kerja yang tidak saja terampil, namun harus memiliki standar kompetensi tinggi  (high competency) yang dipersyaratkan oleh dunia industri. Penguasaan dan pemahaman teknologi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh tamatan pendidikan tinggi amat diperlukan.

Baca juga:

Kedua, proses neoliberalisasi, telah terjadi pergeseran struktur tenaga kerja yang memiliki kualitas tinggi. Fenomena ini telah meningkatkan persaingan dan kompetisi luar biasa terlihat dengan banyaknya bermunculan industri jasa atau manufaktur di Indonesia. Karena itu pendidikan tinggi harus segera melakukan restrukturisasi menuju diversifikasi dan spesialiasi dalam rangka kemungkinan menghadapi gejala baru tersebut di atas. 

Artinya, restrukturisasi PT saat ini mutlak untuk dilakukan dalam  usaha mengurangi kejenuhan masyarakat terhadap program studi atau jurusan yang ada. Sebab, sangat memungkinkan dengan keberanian untuk melakukan restrukturisasi pendidikan tinggi model sekarang, para pendidik akan lebih mampu memaksimalkan daya inovasi dan kreativitas diri untuk meningkatkan mutu pendidikan serta berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan.

Ketiga, bersatunya kekuatan ekonomi baru di beberapa negara Asia dan kemungkinan akan bekembang menjadi Uni Asia serta semakin kuatnya kerjasama dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan antaruni Asia dan Uni Eropa. Peningkatan aktivitas itu telah membawa proses kerjasama yang intensif, baik dalam skala lokal maupun global. Dengan munculnya kondisi baru seperti ini maka sangat dibutuhkan SDM yang memiliki kualifikasi dan jenis  kompetensi yang tinggi pula.

Melihat fenomena perkembangan global tersebut di atas, dengan pertumbuhan PT di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, serta mutu minimalis, maka  dalam kerangka restrukturisasi PT  di Indonesia, yang perlu segera dilakukan oleh penyelenggara PT yakni  menata ulang fakultas, program studi atau jurusan yang ada pada perguruan tinggi dan melakukan regrouping PT, fakultas serta masa studi juga akan segera disesuaikan dengan muatan dan kandungan ilmu masing-masing setiap fakultas, jurusan atau progran studi. Atau dengan cara yang barang kali cukup ekstrem yaitu menutup  fakultas atau jurusan yang dianggap jenuh serta tidak lagi cocok dengan perkembangan perubahan.

Seiring dengan restrukturisasi, maka setiap perguruan tinggi (PT) harus merumuskan kembali tujuannya. Pertama, mewujudkan masyarakat akademik global yang terhomat, yang memiliki kepakaran dan kemampuan untuk meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengembangkan sistem nilai berdasarkan kebenaran ilmiah,

Kedua, menghasilkan lulusan berkualitas yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri dalam lingkungan global, yang dicirikan oleh kualitas moral dan akhlak, intelektualitas, kematangan intelektual, emosional, dan spiriual, serta daya inovasi dan kreativitas tinggi, ketiga, menjadi PT penelitian dan pengembangan, agar selalu berada dalam garis depan sain dan teknologi, melalui peran aktif dalam memajukan keilmuan dunia dan kemampuan mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas potensi dan keunikan bangsa, keempat, menjadi institusi yang dapat memandu perubahan dan peradapan yang terjadi di masyarakat melalui wawasan nilai moral dan etika, serta karya pengabdian masyarakat yang berkualitas.

 Problem pengangguran terdidik, terkait erat dengan kemiskinan, dan bisa memicu keresahan, instabilitas politik, dan keamanan. Mengatasi problem pengangguran terdidik, tak ada cara lain,  menggenjot pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, lebih berkualitas, lebih inklusif. 

Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, dan stimulus yang tepat sasaran harus dimbangi pula dengan  orientasi pendidikan, pelatihan, pemilihan jurusan dan cara pandang masyarakat yang lebih responsif  terhadap kebutuhan industri di era Revolusi Industri 5.0. (*)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *