Merefleksikan Peran PMKRI sebagai Organisasi Gerakan

Oleh : Egidius Ronikung

beritabernas.com – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) berdiri pada 25 Mei 1947. Perjalanan sejarah PMKRI sebagai organisasi gerakan dengan didasari 3 benang merah yaitu Fraternitas, Kristianitas dan Intelektualitas.

Hari ini kita lihat apakah nilai-nilai atau pedoman PMKRI dalam hal ini ketiga benang merah PMKRI itu sudah diaktualisasikan dalam tubuh PMKRI itu sendiri atau tidak?

Bagi saya itu sangat penting. Ketiga benang merah PMKRI itu perlu direalisasikan seutuhnya agar tebentuk identitas kader PMKRI untuk membedakan dengan organ yang lain bahwa kader PMKRI memiliki karakter tersendiri.

UntukĀ  menuju ke sana, menurut saya, PMKRI sebagai organisasi pengkaderan maka dalam proses pengkaderan harus sistematis. Pengkaderan dimulai dari komisariat sebagai basic gerakan dasar PMKRI. Ketika pengkaderan PMKRI dilakukan secara sistematis yang dimulai dari tingkat komisariat maka di situ ada proses, yakni proses perjalanan kader dari tingkat komisariat menuju cabang.

Dengan demikian, ketika kader sudah berdinamika di cabang maka kemampuan dan kematangannya tidak akan diragukan lagi terutama dalam memahami nilai-nilai PMKRI itu sendiri dan rasa memiliki PMKRI itu sangat tinggi.

BACA JUGA: -Orang Muda, Disrupsi dan Partisipasi Politik

Sebagai organisasi gerakan maka sangat naif dan disayangkan kalau kader PMKRI tidak peduli atas segala bentuk penindasan dan ketidakadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. PMKRI sebagai organisasi yang di dalamnya diisi mahasiswa-mahasiswa Katolik harus terlibat dalam melawan segala bentuk ketidakadilan dan ketidakbenaran yang terjadi.

Hal ini selaras dengan misi PMKRI itu sendiri yakni Berjuang dengan Terlibat dan Berpihak Kepada Kaum Tertindas Melalui Kaderisasi Intelektual Populis yang dijiwai Nilai-nilai Kekatolikan Demi Terwujudnya Keadilan Sosial, Kemanusiaan dan Persaudaraan Sejati. Karena itu diskusi kritis sangat dibutuhkan oleh setiap diriĀ kader PMKRI agar munculnya daya kritis dan kemampuan dalam menganalisis setiap persoalan yang dihadapi.

Pasang surut eksistensi PMKRI dalam segala aspek sangat ditentukan oleh kader PMKRI yang hari ini menjadi struktural mulai dari tingkatan komisariat hingga pengurus cabang berdasarkan sejarah mencatat bahwa PMKRI selalu turut serta dalam pergolakan, perjuangan hingga pengabdian pada umat dan bangsa.

Saya berpikir bahwa PMKRI perlu melakukan rekonstruksi untuk mendukung kepentingan PMKRI ke depan, yaitu kepentingan fungsi pengkaderan dan peran perjuangannya. Upaya rekonstruksi ini dalam rangka menyusun dan merangkai kembali berbagai komponen pembentuk PMKRI (jaringan, organ dan sistem organ) sehingga PMKRI kembali menjadi badan yang sehat dan dapat beraktifitas secara baik dan maksimal. (Egidius Ronikung, Presidium Gerakan Kemasyarakatan PMKRI Cabang Yogyakarta St Thomas Aquinas)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *