Omah Batik Ngesti Pandowo Semarang Bidik Segmen Pasar Kaum Perempuan

beritabernas.com – Omah Batik Ngesti Pandowo Semarang membidik segmen pasar perempuan untuk meningkatkan omset penjualan. Hal ini dilakukan setelah membidik segmen pasar anak-anak justru yang datang orang dewasa dan kebanyakan kaum perempuan.

Menurut hasil penelitian Muhammad Madrofil Banin, Mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII, awalnya Omah Batik Ngesti Pandowo Semarang membidik segmen pasar anak-anak.

Namun, dalam perkembangannya Omah Batik Ngesti Pandowo Semarang masih kurang mampu menyediakan produk batik yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen anak-anak dan remaja, meski targetnya adalah konsumen anak-anak sampai dewasa. Kenyataannya, kebanyakan pengunjung yang datang justru orang dewasa, terutama kaum perempuan.

Menurut Muhammad Madrofil Banin dalam jumpa pers secara daring, Kamis 30 Juni 2022, Omah Batik Ngesti Pandowo Semarang masih belum mampu menciptakan produk yang memiliki ciri khas yang mudah dikenali masyarakat. Akibatnya, konsumen masih sulit untuk membedakan produk yang dibeli di Omah Batik Ngesti Pandowo dan di toko batik lainnya.

Masalah tersebut diketahui melalui penelitian yang dilakukan Muhammad Badrofil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko yang sedang dihadapi UKM Omah Batik Ngesti Pandowo di Kampung Batik Semarang sekaligus mencari solusi yang tepat untuk mencegah atau menghindari resiko tersebut. Resiko tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode analisis segmentasi, identifikasi risiko, risk mapping dan mitigasi.

Dari hasil penelitian itu kemudian diketahui bahwa segmentasi pasar Omah Batik Ngesti Pandowo adalah jenis kelamin wanita. Sebab wanita memiliki kebutuhan fashion yang lebih tinggi dibanding laki-laki, termasuk dalam memilih produk batik. Usia di segmentasi tersebut diketahui antara 30-39 tahun. Sementara status sosial ekonomi segmen tersebut adalah kelas menengah ke atas dengan pendapatan Rp 3 juta-Rp 6 juta.

Sementara dari hasil analisis risk mapping, Muhammad Badrofil menemukan 2 risiko pada kategori (merah) yaitu cuaca yang kurang mendukung (KB2) dan kurangnya motif batik yang terkesan membosankan (MP1).

Karena itu, strategi yang dilakukan UKM Batik Omah Ngesti Pandowo di Kampung Batik Semarang adalah dengan cara membuat alat Smart Dryer atau alat pengering dengan metode verein deutser ingenieure (VDI). Metode ini sebagai salah satu upaya mengatasi ketika cuaca kurang mendukung yang mengakibatkan kualitas bahan yang menurun.
 
“Dengan menerapkan alat itu bisa mengurangi risiko bahan yang kurang baik. Dan dengan cara merumitkan corak motif batik yang intinya mengkombinasi antara bentuk satu dengan lainnya sehingga tercipta bentuk motif baru dan menggunakan aplikasi desain batik yang bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas pengrajin batik,” kata Muhammad Badrofi memaparkan hasil penelitian itu bersama Dr Drs Imam Djati Widodo M.Eng.Sc, Dosen Pembimbing/Jurusan Teknik Industri FTI UII dan Ketua Program Studi Teknik Industri Program Magister FTI UII Ir Winda Nur Cahyo ST MT PhD IPM. (lip)


 


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *