Pemanfaatan FABA Mendorong Indonesia Keluar dari Krisis

beritabernaas.com – Upaya pemanfaatan residu pembakaran batubara yang dikenal dengan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) sebagai ekonomi sirkuler akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari krisis karena mampu bertahan menghadapi berbagai ancaman termasuk rawan pangan. Karena itu Lemhannas RI mendesak PLN, PJB dan EMI untuk mengadakan seminar nasional terkait pemanfaatan FABA.

Hal ini merupakan kesimpulan kegiatan sosialisasi/FGD Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat di tanah yang terbengkalai lebih dari 10 tahun di Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Jumat (26/08/2022).

Sosialisasi menghadirkan narasumber Ir Sarwono Kusumaatmadja (Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/ KLHK), Prof DR Ir Reni Mayerni MP (Deputi Bidang Pengkajian Strategis Lemhannas RI) dan Marsdya TNI Imran Baidirus (Pangkogabwilhan II).

Sosialisasi itu diadakan di atas tanah yang telah terbengkalai lebih dari 10 tahun, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Jumat (26/08/2022). Pada Oktober 2021, telah diadakan MOU antara TNI dan PLN tentang Pemanfaatan FABA dan Sinergi Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).

Sebagian peserta Sosialisasi/FGD Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat memasang konblok, di Desa Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Jumat (26/08/2022). Foto: Istimewa

Menurut Sarwono, ekonomi sirkuler adalah kegiatan ekonomi berkelanjutan. Jika dalam ekonomi linier proses produksi hanya untuk menciptakan produk satu saja dan sisanya adalah limbah, maka dalam ekonomi sirkuler kegiatan berlangsung melingkar. Artinya, ketika satu produk tercipta dan menghasilkan limbah, maka limbah itu dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk lain. Dengan demikian kemajuan perusahaan dan jumlah lapangan kerja baru yang luar biasa akan tercipta.

Sedangkan green economy (ekonomi hijau), menurut Sarwono, merupakan kegiatan yang berbasis alam. Terkait perubahan iklim saat ini ada upaya bagaimana negara mengurangi emisi karbon, dimana yang paling optimal adalah mengembalikan sifat alami tanah dan penanaman pohon.

Sarwono mengaku optimis Indonesia bakal keluar sebagai pemenang. “Karena kita masyarakat Indonesia adalah orang kreatif ketika dalam situasi kepepet,” katanya.

Sementara Reni Mayerni mengatakan bahwa agar pemanfaatan FABA dilakukan masyarakat secara lebih luas dan massif, perlu segera menggelar seminar nasional untuk mendorong ekonomi sirkuler dalam menunjang ekonomi hijau dan ketahanan pangan. Apalagi ke depan dengan semakin berkurangnya sumber daya alam maka pupuk berpotensi semakin langka.

Suasana diskusi dengan pembicara Mujiharjo (Dukuh Kalipentung, Berbah, Sleman/ berpeci) dan pemateri Ajrun Karim (VP Lingkungan PLN) dan yang dipandu oleh AM Putut Prabantoro (Taprof Bidang Ideologi dan Sosbud Lemhannas RI/bertopi), di Desa Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Jumat (26/08/2022). Foto: Istimewa

“FABA sebagai alternatif pupuk ini perlu disosialisasikan ke petani secara luas. Ada abu atau debu kok bisa menjadi pupuk, terus bagaimana pemanfaatan lainnya selain untuk pupuk misalnya untuk pembedayaan UMKM lainnya juga harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat,” kata Reni.

Presiden Joko Widodo, menurut Reni Mayerni, sangat concern terkait dengan tercapainya ketahanan pangan. Lemhannas mendapat tugas untuk melakukan kajian terkait dengan mencari solusi atas ancaman krisis pangan.

Hal senada disampaikan Pangkogabwilhan II Marsekal Madya Imran Baidirus. Ia mendukung penuh pemanfaatan FABA. Ia juga akan menggunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya. “Saya usul disusun juga komposisi standar penggunaannya, bagaimana metode/caranya membuat pupuk. Jadi memudahkan masyarakat pengguna tanpa coba-coba,” sambung Imran Baidirus.

Secara online Yusuf Didi Setiarto, Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PT PLN (Persero) mengungkapkan bahwa dalam rangka mewujudkan net zero emission 2060 penanganan soal FABA menjadi konsern bersama pemerintah dan PLN. FABA yang bukan merupakan limbah B3 menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.

“Degan sinergi BUMN, Pemda, TNI, Polri, dan masyarakat luas untuk bergotong royong memberi nilai tambah FABA bagi kebutuhan rakyat. Membangun jalan, rumah, sarana prasarana serta mendorong tumbuhkembangnya energi hijau untuk hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Menurut Didi, pemanfaatan FABA sebagai material untuk bangunan rumah, jalan, jembatan, dan lain sebagainya dapat menekan biaya hingga 50% dibanding menggunakan material konvensional.
Hingga saat ini sudah ada 18,8 km jalan, 2 jembatan, dan 3000 UMKM memanfaatkan FABA untuk berbagai keperluan tersebut.

Acara ditutup dengan penanaman tanaman pangan dan bioenergi sebagai langkah nyata upaya sirkuler ekonomi dalam menunjang program ekonomi hijau dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *