Pendidikan Lenting Bencana

Oleh: Ben Senang Galus, Pemerhati Pendidikan, tinggal di Yogyakarta

beritabernas.com – Hampir setiap tahun negara kita dilanda bencana alam. Setiap musim penghujan banjir (bandang) menerjang beberapa kota di Indonesia. Selain banjir, letusan gunung berapi terus menerus terjadi. Tidak sedikit rumah dan infrastruktur mengalami rusak berat. Termasuk ruang kelas juga diterpa banjir.

Ketika sedang mengalami bencana, semua kegiatan publik hampir pasti lumpuh, termasuk kegiatan belajar mengajar. Maka negeri ini pun berusaha mengerahkan segala sumber dayanya untuk memulihkan fasilitas publik maupun menolong warga korban.

Negara kita menyadari betul, bahwa ilmu pengetahuan akan menjadi “adikuasa”  pertama dan menjadi faktor determinan pada masa depan ketimbang “politik”.  Seperti halnya sekarang ini, tantangan yang paling besar yang dihadapi bangsa kita ialah ekonomi, tapi pohonya tetap pada satu hal, everything depends on education.

Negara kita harus belajar banyak dari negara Jepang. Negeri Sakura ini hampir setiap tahun dihantam bencana. Kita masih ingat bencana yang paling besar ialah Gempa Kobe 1995. Bencana Kobe hampir mirip dengan bom atom Hirosima dan Nagasaki tahun 1945. Banyak infrastruktur pendidikan di Jepang hancur. Kaisar Hirohito pun berujar, “masih berapa guru yang masih hidup?”

Menyadari keadaan itu Negeri Matahari Terbit ini tidak pernah sedih, apalagi menggantungkan seluruh harapannya  kepada belas kasihan negara lain.

Kitapun tidak perlu terlarut dalam suasana sedih, namun kita harus bangkit kembali untuk membangun pendidikan kita. Bukan mustahil berangkat dari “kejatuhannya” pasca bencana alam pendidikan kita pun bangkit dengan jaya.

Sebab pendidikan diyakini memiliki peran yang sangat strategis, dan oleh karena itu setiap penyelenggara pendidikan selalu berusaha untuk mengembangkannya, agar ia mampu memberdayakan potensi masyarakat menjadi kemampuan aktual yang dapat mendorong berkembangnya berbagai kondisi positif penting bagi kehidupan masyarakat.

Kondisi positif penting tersebut meliputi tingginya kualitas sumber daya manusia, tingginya produktifitas tenaga kerja, tingginya kesejahteraan sosial, semakin baiknya kapital sosial, semakin baiknya tatanan hidup dan kehidupan masyarakat, semakin baiknya kehidupan berdemokrasi, semakin sejahteralah masyarakat (Prof Suyanto, 2005). 

BACA JUGA:

Pengembangan pendidikan sebagai pranata utama penyiapan tenaga kerja berkualitas menjadi sangat penting, terutama berkaitan dengan dua hal yang harus berjalan seiring dan saling bersinergi, pertama, kebijakan pemerintah dalam rangka stabilitas ekonomi, secara selektif akan banyak memanfaatkan faktor-faktor produksi yang berkualitas termasuk tenaga kerja.

Kebijakan makro pemerintah tentang pendidikan dan penerimaan keuangan sangat memerlukan dukungan kemampuan teknis produksi yang berkualitas dan kemampuan manajerial yang handal agar dapat menghidupkan kembali roda perekonomian.

Kedua, tuntutan dan permasalahan era global. Persaingan global antara negara di dunia semakin ketat dan tajam akan membawa perubahan yang sangat cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Lahirnya multinational company juga menjadikan persaingan bisnis berskala regional, internasional, maupun global semakin meningkat, akan berdampak luas pada pergeseran struktur ekonomi dan struktur pasar tenaga kerja di Indonesia.

Restrukturisasi ekonomi global  yang sejalan dengan proses neoliberalisasi telah berdampak terhadap perubahan struktur pasar tenaga kerja di Indonesia. Terkait langsung di dalamnya sistem pendidikan, yang merupakan bagian yang terpenting proses menyiapkan angkatan kerja dengan kualifikasi tinggi sesuai dengan konteks  restrukturisasi ekonomi. Jika tidak, kualitas SDM kita  akan menurun. Hal ini akan berdampak pada hilangnya  keunggulan kompetitif angkatan kerja yang dimiliki.

Perkembangan ekonomi paska bencana alam yang sejalan dengan proses neoliberalisasi telah mengakibatkan terjadi pergeseran otomatis pada struktur ketenagakerjaan di Indonesia. Perubahan struktur ini berdampak langsung pada  pendidikan, sebagai lembaga yang menyiapkan tenaga kerja profesional, yang mau tidak mau kita segera melakukan recovery pendidikan.

Menyikapi pendidikan paska bencana alam, upaya dini yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah  adalah promosi pendidikan ke seluruh negeri. Artinya, pemerintah harus meyakinkan masyarakatnya bahwa pendidikan menjadi kunci utama kemajuan Indonesia.  Dengan melakukan promosi secara intensif  akan tidak mengurangi minat calon siswa/mahasiswa   untuk melanjutkan pendidikannya. Maka secara otomatis perekonomian masyarakat dapat tumbuh kembali dengan cepat.

Selain memberi manfaat kepada pendidikan, kehadiran  siswa/mahasiswa akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu daerah. Sebut saja misalnya dampak positif yang ditimbulkan dari banyaknya para siswa/mahasiswa, yang tinggal di kabupaten/kota, misalnya terhadap pertumbuhn jumlah uang beredar baru (fresh money) yang masuk perekonomian kabupaten/kota, yang berasal dari daerah-daerah asal para siswa/mahasiswa tersebut.

Uang segar ini akan mengalir ke berbagai usaha masyarakat seperti sewa rumah atau kos-kosan, warung makan/restoran, pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, bengkel motor dan mobil, SPBU, transportase umum, perbankan, foto kopi, dan lain-lain.

 Pembelajaran lenting bencana

Dalam rangka rekoveri pendidikan di Indonesia pasca bencana tiga langkah berikut harus dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pertama, tahap Inisiasi. Pada tahap ini dimana semua komponen pendidikan mulai menyadari dan mengembangkan sebuah strategi yakni terus menerus melakukan promosi, bahwa negeri kita masih layak sebagai tempat tujuan akhir pendidikan.

Oleh karena itu kita tidak perlu tergesa-gesa mengirimkan anak-anak kita kuliah ke luar negeri.  Semua stakeholders bekerja secara sinergi untuk terus melakukan berbagai upaya agar masyarakat   tetap percaya bahwa mutu pendidikan  kita  pasca bencana tidak berbeda dengan sebelum bencana.

Kedua tahap institusionalisasi. Pada tahap ini di mana usaha pengembangan dan perluasan semua komponen, bahwa memang akibat bencana alam banyak infrastruktur pendidikan mengalami kerusakan. Dalam tahap ini harus diikuti pula perbaikan menajemen pendidikan  lenting bencana, meliputi: perencanaan sistem kualitas, pengendalian sistem kualitas, dan peningkatan sistem kualitas.

Di samping tahap institusionaliasi secara terus menerus melakukan desain pembelajaran lenting bencana, terutama bagi siswa yang mengalami  dampak psikologis.  

Pembelajaran lenting bencana apabila dioperasionalkan, maka akan terdiri atas empat komponen utama, yaitu, 1) penelitian terhadap ketahanan mental siswa terhadap bencana, 2) desain proses pembelajaran lenting bencana, 3) operasional proses pembelajaran yang interaktif, 4) target lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja. 

Dalam hal ini menejemen pendidikan pasca bencana memerlukan suatu interaksi tetap antara ketahanan mental siswa, desain proses pendidikan berbasis kompetensi, operasional pendidikan yang interaktif, dan bertanggungjawab menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar pendidikan kita    mampu berkompetisi dalam persaingan global.

Ketiga, tahap internalisasi.  Pada tahap ini  semua komponen masyarakat sudah bersinergi, di mana komponen pendidikan, sosial budaya dan ekonomi dan lembaga publik telah terbentuk,   baik pendidikan formal dan non formal. Komponen masyarakat harus memiliki sistem terkoordinasi, baik dengan pemilik usaha maupun infrastruktur lainnya seperti pariwisata, budaya sudah terpulih keadaanya seperti semula. Berangkat dari “kejatuhannya” paska bencana pendidikan di kita pun bangkit dengan jaya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *