beritabernas.com – Potensi air sungai di Indonesia sebagai sumber energi listrik sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terjadi karena berbagai sebab, antara lain adanya hambatan regulasi maupun keterbatasan sumber daya manusia.
Karena itu, integrasi kebijakan sangat diperlukan karena selama ini untuk mengurus perizinan masih harus ke sana kemari. Selain itu, perlu ada sinergi antara institusi untuk mendukung dan memudahkan dalam perizinan.
Hal ini merupakan benang merah dari Coffee Morning Lecture: Prospek dan Tantangan Penerapan Hydropower di Indonesia yang diadakan secara hybrid (daring dan luring) oleh FTSP UII di Ruang IRC Gedung FTSP Kampus Terpadu UII, Kamis 2 Maret 2023.
Menurut Dekan FTSP UII Dr-Ing Ir Ilya Fadjar Maharika MA, agak ironis negara kita yang mempunyai banyak potensi energi tapi justru belum sepenuhnya bisa mandiri dalam energi. Karena itu, perlu adanya kerja sama untuk mewujudkan kemandirian energi.
Diakui bahwa ternyata air (sungai red) tidak gratis. Seberapa pun banyak air sangat berharga. Karena ternyata ketika kita tidak secara bijaksana dalam menggunakan air akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Karena itu, kita punya tanggung jawab bersama yang besar untuk memanfaatkan air secara maksimal demi mewujudkan kemandirian energi.
Dalam acara coffee morning yang dengan format diskusi panel mirip ILC, sebuah acara talkshow di sebuah stasiun televisi swasta itu, tampil sebagai panelis R Surahman M.Tech M.Eng, pensiunan direksi di sebuah BUMN dan Shakti Rahadiansyah dari PPK Perencanaan dan Program Balai Besar Sungai Serayu Opak.
BACA JUGA:
- Milad ke-58 FTSP, Prodi Teknik Lingkungan UII Tebar 2.000 Ekor Benih Ikan di Embung UII
- UII Gelar Grand Launching Program Magister Teknik Lingkungan
Menurut Surahman air yang melimpah seperti saat musim hujan merupakan potensi energi listrik yang sangat besar sebagai sumber energi tenaga air. Sayangnya pemanfaatan air sungai sebagai sumber energi listrik terkendala perizinan yang lama dan melalui beberapa instansi. Hal ini menjadi penghambat pemanfaatan air secara maksimal sebagai sumber energi.
Menurut lulusan Teknik Sipil UII tahun 1990 ini, pihaknya melakukan memitigasi bahwa sungai-sungai sebetulnya kalau dipakai untuk energi listrik tidak hilang atau habis. Jadi 100 persen airnya akan dikembalikan ke sungai yang sama.
Karena itu tidak ada alasan bagi masyarakat pengguna sungai khawatir kehilangan atau kehabisan air karena air tetap kembali 100 persen ke sungai yang sama.
Dikatakan, semua sungai bisa dioptimalkan untuk pemanfaatan hydro dengan catatan memiliki beda ketinggian. Mungkin beda karakter antara sungai di Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Di Kalimantan, kata Suherman, debitnya besar tapi tidak memiliki beda ketinggian yang cukup kalau dibangun, biaya konstruksinya lebih mahal. Hanya daerah tertentu semisal Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang potensial. Tapi beda dengan pulau lainnya.
Menurut Surahman, ada kekhawatiran dari sebagian pihak termasuk BBWSO bahwa debit air akan berkurang. Padahal air yang mengalir itu 100 persen akan balik lagi ke sungai yang sama bahkan lebih besar dan kaya oksigen karena mengalami pemutaran di dalam turbin.
“Otoritas lingkungan juga perlu mendukung. Semua sungai itu feasible selagi airnya mengalir. Perlu suatu evaluasi untuk memanfaatkan air sungai semaksimal mungkin asalkan tidak menimbulkan pencemaran. Pembangkit listrik tenaga air juga tidak menggunakan besi yang berkarat sehingga air yang masuk ke turbin juga tidak timbulkan pencemaran,” kata Surahman. (lip)
There is no ads to display, Please add some