beritabernas.com – Dalam kurikulum merdeka, peran guru Bimbingan Konseling (BK) adalah sebagai ketua tim assessment diagnostic agar mengenal karakter peserta didik. Selain itu bisa memodifikasi proses pembelajaran sehingga memartabatkan manusia.
Hal tersebut terungkap dalam seminar pendidikan yang digelar SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta bertajuk Cerdas Menghadapi Peserta Didik Cerdik di sekolah setempat, Rabu 31 Mei 2023 pagi.
Hadir dua pembicara Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Drs Rudi Darmawan dan Dr Br Gregorius Bambang Nugroho FIC. Dengan peserta guru dan siswa SMA PL serta sejumlah guru dari sejumlah sekolah di Yogyakarta.
Dalam paparannya, Rudi Darmawan mengatakan, pendidik harus mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Lalu merefleksikannya. Sehingga mampu mengelola yang dimiliki untukmenjalankan perannya sebagai pendidik. “Sebagai pendidik harus mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid,” kata dia.
Rudi memaparkan, mengajar ialah aksi kemanusiaan. Hal tersebut terkait dengan kesadaran guru terhadap profesi, komitmen, peran pendidikan dalam mengubah dunia. Juga sebagai bagian otoritas dan kebebasan. Guru juga harus memiliki hati nurani, mau mendengarkan, pemahaman ideologis, dan terbuka untuk berdialog.
Sementara Br Dr.Gregorius Bambang Nugroho FIC menyegarkan kembali cita-cita luhur Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang menyebutnya, sekolah itu ibarat taman. Dengan beragam tanaman dan aneka warna bunga. “Setiap siswa itu unik. Setiap siswa itu istimewa. Dan setiap siswa-siswi itu cerdas,” ujarnya.
BACA JUGA:
- SMA PL Yogyakarta Menjalin Kerjasama dengan Oxford Amerika
- SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Berhasil Membukukan Kisahnya
- Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Reresik Sampah di Kawasan Titik Nol
Br Bambang mengajak memahami filosofi merdeka belajar dalam kurikulum merdeka, sekolah bukan sebagai ajang kompetisi tapi menjadi ruang kolaboratif.
Guru dan orangtua hendaknya menghargai kebebasan siswa. Dalam satu kelas ada siswa yang cerdas, ada yang sedang-sedang saja. Ada yang berpikir lambat. “Begitulah pembelajaran diferensiasi atau inklusi. Semua saling terhubung baik, mulai budaya, agama, ras, suku,” terang dia.
Guna mewujudkan keberhasilan pendidikan di Indonesia, semua komponen pendidikan harus mengubah mindset. Maka program pendidikan individual (PPI) sangat penting. “Tiap anak memiliki kapasitas masing-masing. Ada anak yg bisa belajar sampai jam 4 sore. Ada yang sebentar sudah merasa capek. Ini proses. Outputnya tak bisa disamakan. Sehingga yang harus dipahami filosofinya siswa,” ungkap Br Bambang.
Perkembangan teknologi jangan dianggap sebagai ancaman. Jadikan teknologi sebagai ruang assesment untuk menyelesaikan masalah. “Teknologi + kebebasan – edukasi, hasilnya kehancuran. Maka edukasi sangat berperan penting. Guru BK harus memiliki sikap, cepat melihat, cepat berpikir cepat mengambil keputusan,” ujarnya.
Br Bambang juga mengoreksi dunia pendidikan Indonesia saat ini, kurang responsif dalam menangani masalah.
“Masih banyak guru BK tidak berpendidikan khusus BK. Bahkan di sekolah diposisikan seperti guru biasa. Belum semua manajemen BK dikelola secara profesional. Belum bekerja sepenuh hati. Juga minder. Ada pula yang emosional dan kurang sabar. Kurang terbuka dengan siswa. Guru BK itu harus tegas tapi tidak emosional dan didukung penampilan menarik. Karena dalam visi BK, kata kuncinya, pendidikan, pengembangan dan penyelesaian masalah,” kata Br Bambang. (ag irawan)
There is no ads to display, Please add some