beritabernas.com – Guna mengenalkan sekaligus ikut terlibat menjaga kelestarian lingkungan dan merawat budaya, sebanyak 60 siswa kelas 9 SMP Kolese Kanisius Jakarta melakukan pembelajaran di luar ruang kelas (ekskursi) di komplek Omah Petroek, Pakem, Sleman, Yogyakarta, 11 hingga 14 April 2023.
Para siswa diajak memanfaatkan keberadaan bentang alam dengan beragam bangunan yang berada di lokasi tersebut sebagai sumber belajar. Sebagai pemantik gagasan kreatif, mereka dikenalkan dengan berbagai pepohonan, patung tokoh-tokoh tertentu, lukisan, foto, sejumlah rumah ibadah, pancuran air hingga menyusuri Sungai Boyong yang berdekatan dengan Omah Petroek.
BACA JUGA:
- SMP Eksperimental Mangunan Menerapkan Konsep Pembelajaran Warisan Romo Mangun
- Festival Literasi, SMP Eksperimental Mangunan Angkat Tema Merawat Bumi Melestarikan Hidup
Selama empat hari tiga malam para siswa menginap di lokasi tersebut. Sementara semua alat komunikasi termasuk handphone ditinggal di Jakarta. Semua diajak berinteraksi langsung dengan sesamanya dan alam sekitar. Pengaturan waktu bangun tidur, saat makan, mengikuti sesi materi, permainan hingga membersihkan alat makan dan menyapu lingkungan, diatur sesuai kesepakatan.
Sejumlah pembelajaran peduli lingkungan seperti mengenal biota air dengan metode biotilik menjadi sebuah arena belajar yang menyenangkan sekaligus mengajak untuk lebih dekat mengenal beragam biota penentu kualitas air. Saat malam ekspresi, mereka dikenalkan dengan beragam benda sekitar yang mampu digunakan sebagai media berekspresi seni.
Di sela acara, siswa kelas 9 Asita Darusalam Raharja mengatakan kegembiraannya mengikuti studi ekskursi ini. “Nggak nyangka aja diajak turun ke sungai untuk mencari dan meneliti biota air yang kecil-kecil. Ini kegiatan yang menyenangkan dan nambah pengetahuan,” ujarnya.
Sementara saat diminta mengeksplorasi komplek Omah Petroek, sejumlah siswa memberikan imajinasi yang beragam. Seperti yang disampaikan Gusta Almanandra. Ia terkesan dengan lambang negara burung garuda yang tergantung di pendopo. “Burung garuda adalah simbol persatuan kita. Indonesia punya beragam ras, agama, suku dan budaya. Dan kita disatukan dalam burung garuda ini. Kita harus bangga punya lambang negara ini,” ungkap Gusta.
Hal senada disampaikan Nicolas Candra. “Selama mengikuti acara di sini, saya sangat terkesan. Jadi lebih punya compassion untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dan saya akan menerapkan dalam keseharian,” katanya.
Guru pendamping yang turut bersama para siswa, Eleonora Yuni Ika mengapresiasi kreativitas yang muncul saat ekskursi tersebut. “Siswa sekolah kami cowok semua. Ini pertama kali para siswa berjumpa dengan teman-temannya dan langsung mengikuti ekskursi. Karena selama pandemi Covid-19 mereka bersekolah dari rumah. Mereka cepat untuk saling mengenal dan berinteraksi,” terang guru yang keseharian mengajar Fisika.
Ika menambahkan, Kolese Kanisius dengan spirit compassion, conscience, competence, commitment, & leadership terus mengajak para siswa untuk peduli dan empati dengan sesama, lingkungan dan budaya.
Saat memberikan homili dalam misa penutupan studi ekskursi, Romo Willy Suhendra SJ mengajak para siswa menjadi generasi penentu perubahan. Bukan hanya sebatas sebagai generasi penerus. “Kalau generasi penerus, jika sekarang korupsi, maka besok diteruskan. Jadilah generasi yang mampu melakukan perubahan lebih baik dan lebih adil untuk bangsa ini,” kata dia.
Kegiatan studi ekskursi kali ini diakhiri dengan penanaman bibit pohon jambu air, blimbing, kelengkeng, mangga dan durian di komplek Omah Petroek oleh para siswa dan guru sebagai aksi peduli bumi. (ag irawan)
There is no ads to display, Please add some