Strategi Cerdas atau Pembodohan dalam Kebijakan Pendidikan?

Oleh: Sesa Malinda

beritabernas.com – Dalam hidup, ada dua kebutuhan utama yakni perut yang kenyang dan pikiran yang cerdas. Namun, jika harus memilih, mana yang lebih penting untuk masa depan sebuah bangsa? Di sini kita akan membahas dilema antara kebijakan makan gratis dan pendidikan berkualitas, apakah ini strategi cerdas atau justru pembodohan massal?

Melalui gerakan pelajar Yahukimo, kita melihat bagaimana anak-anak muda mulai sadar bahwa pendidikan jauh lebih bernilai daripada sekadar makanan gratis. Mari kita kupas lebih dalam, apakah pemerintah benar-benar ingin memajukan bangsa atau hanya meninabobokan masyarakat dengan kenyamanan sementara.

Dampak kebijakan makan gratis

Kebijakan makan gratis sering kali dianggap sebagai solusi instan untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Siapa yang menolak makanan gratis? Apalagi bagi mereka yang hidup di daerah terpencil dan sulit mengakses kebutuhan dasar. Tetapi pertanyaannya, apakah program ini benar-benar membantu dalam jangka panjang atau justru menciptakan ketergantungan?

Kita tidak dapat menutup mata bahwa di beberapa kasus, makan gratis memang dapat meringankan beban ekonomi, terutama bagi keluarga miskin. Namun, jika terus menerus diberikan tanpa ada solusi nyata dalam peningkatan pendidikan dan keterampilan, maka masyarakat hanya akan terbiasa menerima tanpa berpikir bagaimana dapat mandiri. Inilah yang dikhawatirkan oleh banyak orang ketika bantuan semacam ini justru membuat generasi muda kehilangan motivasi untuk berusaha dan berpikir kritis.

Coba bayangkan, jika sebuah daerah selama bertahun-tahun hanya mendapatkan makanan gratis tanpa adanya peningkatan kualitas sekolah, fasilitas belajar atau pelatihan keterampilan, maka apa yang akan terjadi? Anak-anak tumbuh dengan perut kenyang, namun tanpa bekal ilmu yang cukup untuk bersaing di dunia kerja. Pada akhirnya, mereka tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan hanya menunggu bantuan berikutnya.

Lebih parah lagi, kebijakan ini dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin yang ingin mempertahankan kekuasaan. Dengan memberikan makan gratis, masyarakat dibuat merasa cukup dan tidak menuntut lebih banyak, seperti pendidikan yang lebih baik atau lapangan kerja yang layak. Akhirnya, bangsa ini tidak pernah benar-benar maju, hanya berjalan di tempat dengan mental “yang penting hari ini makan”.

Pendidikan sebagai kunci kemajuan bangsa

Setiap bangsa yang maju pasti memiliki satu kesamaan: pendidikan yang berkualitas. Lihat saja negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, atau Finlandia, mereka tidak mengandalkan makan gratis untuk membangun negaranya, tetapi memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke pendidikan yang layak. Pertanyaannya, kenapa di Indonesia masih ada kebijakan yang lebih fokus pada bantuan makanan daripada peningkatan kualitas pendidikan?

BACA JUGA:

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, tetapi dampaknya luar biasa. Jika anak-anak tumbuh dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pola pikir kritis, mereka akan mampu menciptakan solusi untuk masalah di sekitarnya. Mereka tidak akan bergantung pada bantuan pemerintah, tetapi justru dapat menjadi inovator dan penggerak ekonomi.

Bayangkan jika pemerintah lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk membangun sekolah yang layak, menyediakan guru berkualitas serta memastikan anak-anak memiliki akses ke buku dan teknologi. Dengan begitu, mereka tidak hanya sekadar ‘kenyang hari ini’ tetapi juga memiliki bekal untuk masa depan. Jika pendidikan sudah baik, masyarakat akan lebih mandiri, dapat berpikir secara kritis dan tidak mudah dibodohi oleh janji-janji politik yang hanya menguntungkan segelintir orang.

Pelajar Yahukimo yang turun ke jalan sudah menunjukkan bahwa mereka sadar pendidikan jauh lebih penting daripada sekadar makan gratis. Mereka mengerti bahwa makanan hanya menyelesaikan masalah sesaat, tetapi pendidikan membuka pintu untuk kehidupan yang lebih baik.

Makan gratis memang dapat membantu, namun jika hanya itu yang diberikan tanpa adanya peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), hasilnya ya nol besar. Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada cara membuat rakyat kenyang hari ini, tetapi juga bagaimana memastikan mereka punya keterampilan dan pendidikan untuk bertahan di masa depan.

Bayangkan jika sebuah daerah terus-menerus diberikan bantuan makan gratis tanpa adanya peningkatan sekolah, fasilitas belajar, atau program keterampilan. Apa yang terjadi? Masyarakat mungkin tidak kelaparan, tetapi mereka juga tidak berkembang. Mereka akan terbiasa menerima tanpa belajar cara menghasilkan sesuatu sendiri. Ini bukan kesejahteraan, tetapi pembodohan terselubung.

Sebaliknya, jika keseimbangan ini dijaga-di mana bantuan pangan diberikan sambil memastikan pendidikan tetap menjadi prioritas-barulah masyarakat dapat berkembang. Misalnya, selain program makan gratis, pemerintah juga harus membangun sekolah yang layak, menggaji guru dengan baik, menyediakan fasilitas belajar, hingga membuka program pelatihan keterampilan. Sehingga, rakyat tidak hanya diberi makan, tetapi juga diajari cara mencari makan sendiri.

Keseimbangan ini yang harus diperhatikan. Jangan sampai pemerintah lebih memilih kebijakan yang terlihat “baik di mata rakyat” tetapi sebenarnya tidak membawa perubahan jangka panjang. Masyarakat pun harus sadar bahwa bantuan instan seperti makan gratis hanyalah solusi sementara. Yang benar-benar dapat mengubah nasib mereka adalah pendidikan dan keterampilan.

Ketika ratusan pelajar di Yahukimo turun ke jalan dengan spanduk bertuliskan “Kami tidak butuh makan gratis, kami butuh pendidikan”, ini bukan sekedar protes biasa. Ini adalah suara anak-anak muda yang sadar bahwa masa depan mereka tidak dapat dibangun hanya dengan bantuan makan gratis, tetapi dengan pendidikan yang layak.

Apa yang mereka lakukan adalah tamparan keras bagi pemerintah. Selama ini, banyak kebijakan yang dibuat dengan pola pikir instan: memberi bantuan, tetapi tidak memberi solusi jangka panjang. Seakan-akan masyarakat hanya butuh kenyang, bukan cerdas. Namun aksi para pelajar ini membuktikan bahwa mereka menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar bertahan hidup—mereka ingin berkembang, ingin maju, dan ingin keluar dari ketertinggalan.

Faktanya, pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti Yahukimo masih jauh dari kata ideal. Banyak sekolah yang kekurangan guru, fasilitas yang tidak memadai, dan akses terhadap teknologi yang sangat terbatas. Lalu, apa gunanya perut kenyang jika masa depan tetap suram? Inilah yang mereka perjuangkan: pendidikan yang berkualitas agar dapat bersaing di dunia yang semakin maju.

Pemerintah seharusnya menangkap pesan ini dengan serius. Jika generasi muda sudah mulai menyuarakan pentingnya pendidikan, maka inilah saatnya berinvestasi lebih besar dalam sektor tersebut. Bukan hanya membangun sekolah, tetapi juga memastikan ada tenaga pengajar yang berkualitas, kurikulum yang relevan, serta akses yang merata untuk semua anak di Indonesia.

Suara masyarakat tidak dapat diabaikan. Mereka tidak menolak kesejahteraan, mereka hanya ingin kesejahteraan yang lebih bermakna—yang dapat mengubah hidup mereka, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan. Jika rakyat sudah berpikir sejauh itu, mengapa pemerintah masih terpaku pada kebijakan instan?

Pada akhirnya, kebijakan makan gratis dapat menjadi pedang bermata dua. Jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas, ini hanya akan membuat masyarakat bergantung tanpa benar-benar berkembang. Aksi para pelajar di Yahukimo adalah bukti bahwa generasi muda tidak ingin hanya sekadar bertahan hidup—mereka ingin maju, belajar, dan memiliki masa depan yang lebih baik.

Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus memberi makan, tetapi juga membangun sumber daya manusia yang cerdas dan mandiri. Sebab, bangsa yang hebat bukan bangsa yang hanya kenyang, tetapi bangsa yang berpikir, berinovasi, dan mampu menentukan nasibnya sendiri! (Sesa Malinda, Universitas Cendekia Mitra Indonesia)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *