Pendidikan sebagai Jalan Pembebasan

Oleh Ali Mansur Monesa

beritabernas.com – Pendidikan sebagai fondasi utama dalam membentuk manusia sesuai kodratnya, agar manusia dapat memahami maksudnya serta tujuan dari kehidupan dalam menjadmga ketetraman keharmonisan suatu lingkungan dan masyarakatnya.

Melalui pendidikan karakter seseorang yang akan membentuk cara berpikir, bersikap dan bertindak secara bijak tanpa merugikan orang lain. Pendidikan mungkin tidak memiliki wujud fisik yang kasat mata seperti senjata atau kekuasaan dan lain-lain, tetapi pengaruhnya jauh lebih besar dan dahsyat dalam membentuk karakter manusia peradaban dan mengubah dunia.

Aristoteles menyampaikan bahwa pendidikan berperan sebagai kekuatan yang halus tetapi mendalam. Ia mengubah seseorang dari dalam-membuka wawasan, memperkaya pemahaman dan membangun karakter. Pengaruh pendidikan tidak langsung terlihat, seperti bangunan atau senjata, tetapi dampaknya nyata dan berlangsung lama. Pendidikan adalah alat yang mengarahkan pikiran dan tindakan manusia ke arah yang lebih baik, menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab.

Seperti sebuah pohon besar yang kokoh. Akar pohon ini tersembunyi di bawah tanah, tidak terlihat oleh mata. Meskipun begitu, akar itulah yang memberikan kekuatan dan stabilitas bagi seluruh pohon, membuatnya tumbuh tinggi dan kokoh. Tanpa akar yang kuat, pohon itu akan mudah tumbang meski dari luar tampak besar dan kuat. Begitu pula pendidikan. Ia adalah akar yang menumbuhkan pengetahuan, pemikiran kritis, dan nilai-nilai dalam diri manusia. Meskipun tidak terlihat, kekuatan ini mendasari segala tindakan dan keputusan kita.

Pendidikan sebagai nvestasi diri

Dalam kehidupan nyata, seseorang yang memiliki pendidikan yang baik akan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, membuat keputusan yang bijaksana dan memberikan dampak positif bagi orang di sekitarnya. Sebaliknya, tanpa pendidikan, seseorang mungkin lebih mudah terpengaruh oleh informasi yang salah atau mengambil keputusan yang merugikan.

Aristoteles menekankan bahwa investasi terbesar yang dapat kita berikan pada diri kita sendiri dan orang lain adalah pendidikan. Meskipun hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, pengaruhnya akan terasa dalam jangka panjang. Pendidikan membentuk individu, yang pada gilirannya membentuk masyarakat dan peradaban. Dengan pendidikan, kita memiliki kekuatan utk mengubah dunia dari dalam, menjadikannya tempat yang lebih baik dan lebih bijaksana.

BACA JUGA:

Pendidikan bukan hanya didapat dari sekolah melainkan lebih dari itu. Seperti kata Ki Hadjar Dewantara, setiap tempat adalah pendidikan dan semua orang adalah guru. Dalam perkembangan peradaban pendidikan dibagi menjadi tiga yakni pendidikan formal, non formal dan informal.

Aristoteles mengungkapkan bahwa ketidaktahuan bukanlah nasib yang tak terhindarkan, tetapi hasil dari keputusan kita sendiri untuk tidak mencari pengetahuan. Setiap orang memiliki kemampuan sejak lahir dan kebebasan untuk belajar, tetapi kemauan untuk melakukannya bergantung pada pilihan pribadi masing-masing.

Aristoteles melihat pembelajaran sebagai proses aktif yang membutuhkan keterbukaan, kerendahan hati, dan rasa ingin tahu. Ketika kita memilih untuk tidak belajar, kita secara sadar memutuskan untuk tetap berada dalam kebodohan atau membuka ruang untuk ditindas bagi yang berkepentingan. Ini bisa disebabkan oleh rasa malas, arogansi atau takut menghadapi perubahan.

Aristoteles mengingatkan, belajar bukan hanya tentang membaca buku atau pergi ke sekolah, tetapi tentang menerima pengalaman, mendengarkan orang lain dan terus bertanya. Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan peluang untuk belajar, menolak untuk memperluas wawasan adalah sebuah keputusan yang merugikan diri kita sendiri bahkan kematian atas diri.

Bayangkan seseorang yang berada di tepi sungai yang penuh dengan air segar, tetapi ia memilih untuk tetap merasa haus karena enggan mengambil gayung untuk minum. Sungai itu melambangkan sumber pengetahuan yang melimpah di sekitar kita, sedangkan tindakan minum adalah usaha untuk belajar. Jika orang tersebut menolak minum, harusnya bukan karena tidak ada air, tetapi karena pilihannya sendiri. Begitu pula dalam hidup, pengetahuan selalu tersedia di mana-mana, tetapi kita harus mau mengambil tindakan untuk mencapainya. Jika tidak, kebodohan adalah konsekuensi dari pilihan kita sendiri.

Maka jadilah seperti orang yang haus dan terus mencari air. Jangan pernah berhenti belajar, karena setiap pengetahuan yang kita peroleh adalah investasi bagi diri kita sendiri dan obat bagi ketentraman linkungan dan peradaban.

Kebodohan bukanlah takdir, tetapi pilihan dan pilihan itu sepenuhnya ada di tangan kita. Jadi teruslah merasa haus dengan ilmu pengetahuan agar kita terus mencari. Inilah bentuk kerendahan hati akan keterbatasan sebagai hamba. (Ali Mansur Monesa, Alumni UPY)



There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *