beritabernas.com – Setelah melalui pencermatan dan penilaian yang cukup lama, akhirnya Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko memilih dan menandatangani 3 dari 32 lukisan karya umat Paroki Babadan di Aula Gereja Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Sabtu 5 Juli 2025.
Selanjutnya ketiga lukisan yang dipilih dan ditandatangani Uskup KAS Mgr Robertus Rubiyatmoko tersebut akan dipajang di belakang altar Gereja Katolik Paroki Babadan. Selain ketiga lukisan tersebut, lukisan lainnya hasul aksi “Babadan Melukis” yang diadakan Panitia Pesta Nama 2025 Gereja Babadan akan dijual kepada masyarakat umum.
“Semua lukisan hasil Babadan Melukis ini bagus dan indah. Namun, saya diminta cukup memilih 3 lukisan terindah saja sesuai permintaan panitia. Dan saya memilih lukisan-lukisan ini. Selain indah, lukisan ini sarat makna terkait perkembangan Gereja Babadan dan pertumbuhan iman umat,” kata Mgr Robertus Rubiyatmoko setelah memilih 3 lukisan terindah untuk ditandatangani pada sesi terakhir acara wawanhati dengan Pengurus DPPH, PGPM, Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan, OMK dan panitia pembangunan di Aula Gereja Babadan, Sabtu 5 Juli 2025 siang.
Lukisan terindah pertama yang dipilih dan ditandatangani Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko adalah lukisan berjudul Babadan Penuh Sukacita karya Thomas Yoelianto berukuran 100 centimeter x 150 centimeter dengan menggunakan cat tembok.

Menurut Mgr Robertus Rubiyatmoko, lukisan ini sangat indah dan memiliki makna mendalam yakni menggambarkan dinamika kehidupan umat Paroki St Petrus dan Paulus Babadan. “Seluruh gerak langkah umat Paroki Babadan tergambar dalam lukisan ini. Ada sawah, ada sapi, ada Gunung Merapi, ada kegiatan umat dan sebagainya. Lukisan ini sangat menarik, sangat barkarakter, semua dinamika kehidupan umat tergambar di sini,” kata Mgr Robertus.
Lukisan karya Thomas Yoelianto menggambarkan misionaris katolik dalam mengemban tugas pewartaan di Dusun Babadan Kelurahan Wedomartani nampak sungguh berhasil. Peranan tokoh masyarakat & seluruh umat, sangat mendukung pewartaan iman para misionaris & pewarta katolik pada saat itu.
Hasil dari ajaran Katolik sungguh luar biasa berdampak pada iman mereka, yaitu cinta kasih, rendah hati & penuh kedamaian. Di bawah naungan gunung Merapi yang megah & anggun, seperti ajaran cinta
kasih dari Yesus, mempengaruhi para umatnya yang penuh sukacita, untuk berbuat lebih baik lagi untuk keluarga, sesama (Srawung) gereja, & pemerintah melalui profesi mereka masing-masing.
Sementara lukisan terindah kedua yang dipilih dan ditandatangani Mgr Robertus adalah lukisan berjudul Jembatan Iman karya Kak Ratri, Kak Fenny dan Kak Keni berukuran 150 centimeter x 100 centimeter yang juga menggunakan cat tembok.
Lukisan ini dipilih, menurut Mgr Robertus, karena mempunyai pesan yang sangat kuat yakni bagaimana kita terpanggil untuk terlibat dalam misi Yesus membawa anak-anak berziarah bersama-sama menuju ke rumah bersama untuk menemui para malaikat yang sudah siap menerima.
BACA JUGA:
- 32 Lukisan Dipamerkan, Tergambar Perjalanan Gereja dan Pertumbuhan Iman Umat Paroki Babadan
- Kenduri Pesta Nama Gereja Babadan, Upaya Memelihara dan Mempererat Persaudaraan
- Ratusan Peserta Ikuti Jalan Sehat Memeriahkan Pesta Nama Gereja Katolik Babadan
Menurut para pelukisnya, karya ini menunjukkan bahwa mereka bersyukur atas adanya formasio iman berjenjang dan berkelanjutan yang berada di gereja Katolik. Lewat pendampingan iman anak, maka hal
ini sebagai salah satu jembatan iman supaya anak-anak lebih dekat dengan Tuhan Yesus serta mengenal siapa Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus sendiri yang akan membawa anak anak ke dalam kerajaannya yang mulia dengan penuh sukacita.
Sedangkan lukisan terindah ketiga yang dipilih berjudul Menapaki Iman Lewat Kuas karya Daniel Surya Atmojo dari Lingkungan Ratu Kenyo. Lukisan berkuran 60 cm x 90 cm dengan menggunakan cat tembok ini menggambarkan seorang anak muda melukis sosok Bunda Maria, sebagai lambang persembahan iman melalui talenta seni.
Dengan gaya visual semi realistis dengan sentuhan ilustratif ala anime style untuk menghasilkan daya tarik visual yang lembut namun ekspresif. Di balik kelembutan warna dan ekspresi, terpatri jejak sejarah Paroki Babadan, gunung yang menaungi, gereja yang membimbing, dan para imam yang menuntun umat.

Karya ini menjadi simbol bahwa iman tak hanya diwariskan lewat doa dan kata, tapi juga melalui karya kreatif yang hidup, menyentuh, dan menginspirasi. “Iman dilukis, bukan hanya di atas kanvas tapi juga dalam hati umat.”
Menurut Romo Antonius Saptana Hadi Pr, lukisan-lukisan tersebut tidak dilelang namun akan diberikan kepada umat yang menyumbang dana untuk pembangunan/pengembangan gereja sebaga hadiah dan sebagai tanda terima kasih.
“Jadi lukisan-lukisan ini tidak dilelang, tapi akan diberikan kepada penyumbang atau donatur seagai hadiah,” kata Romo Sapto.
Sementara salah satu dari 5 lukisan karya Romo Sapto diberikan kepada seorang donator yang menyumbang dana senilai Rp 100 juta. “Uangnya sudah ditransfer dan uang tersebut akan saya persembahkan untuk umat Paroki Babadan,” kata Romo Sapto yang disambut tepuk tangan umat yang hadir. (lip)
There is no ads to display, Please add some