beritabernas.com – Menteri Transmigrasi RI Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengatakan, sejak awal kemerdekaan, para pendiri negara atau founding fathers melihat transmigrasi sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa.
Menurut Muhammad Iftitah, rombongan pertama transmigran berangkat dari Jawa Tengah pada 12 Desember 1950 sebanyak 50 kepala keluarga menuju Lampung dan Sumatera Selatan. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 2,2 juta kepala keluarga atau 9,1 juta jiwa yang telah mengikuti program transmigrasi. Mereka ditempatkan di 3.606 satuan permukiman pada 619 kawasan transmigrasi. Kawasan tersebut kini berkembang menjadi 1.567 desa definitif, 466 ibu kota kecamatan, 116 ibu kota kabupaten, dan 3 ibu kota provinsi.
“Harus diakui bahwa Indonesia masih memiliki banyak sekali sumber daya alam yang belum dimanfaatkan. Selain itu, masih banyak tenaga kerja usia produktif yang belum terserap sepenuhnya oleh pasar tenaga kerja menjadi masalah demografi lainnya. Mengingat Indonesia Emas 2045 merupakan salah satu tujuan Indonesia saat ini, maka bonus demografi ini dapat menjadi bencana jika tidak segera diatasi. Transmigrasi akan kembali menunjukkan nilainya sebagai alat penting bagi pembangunan nasional dengan pendekatan yang komprehensif dan kontemporer ini,” kata Menteri Transmigrasi RI Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara dalam rapat koordinasi terbatas di Hotel Tentrem Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Rapat koordinasi ini merupakan rangkaian dari kunjungan kerja dan audensi Kementerian Transmigrasi di Fakultas Geografi UGM sebagai bagian dari universitas yang selama ini telah mendukung penyelenggaraan program transmigrasi.

Menurut Menteri Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, transmigrasi akan menjadi rencana pembangunan daerah yang utuh di masa mendatang, yang mencakup 3 unsur penting, yakni peningkatan ketahanan nasional, pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan peningkatan produktivitas berbasis teknologi.
Dikatakan, kawasan transmigrasi menjadi laboratorium hidup bagi inovasi dan pembangunan berkat kemitraan dengan berbagai universitas dalam dan luar negeri. Dengan demikian, transmigrasi berubah menjadi program berbasis sains yang dikelola dengan keahlian.
Menurut Iftitah, pelaksanaan program transmigrasi memerlukan koordinasi lintas sektor yang cermat. Sementara pembangunan infrastruktur diarahkan melalui arahan presiden (inpres) kepada kementerian atau lembaga terkait, khususnya regenerasi kawasan transmigrasi dan pembangunan transpolitan yang pula dirumuskan oleh Guru Besar Geografi Prof Suratman bersama pakar lintas fakultas di UGM.
Kementerian Transmigrasi dapat berkonsentrasi pada penyiapan sumber daya manusia dan lahan. “Kunci untuk menciptakan infrastruktur transmigrasi yang terpadu adalah kerja sama dan sinergi dengan kementerian terkait,” kata Iftitah.
Iftitah menambahkan bahwa digitalisasi dan pendataan 3,1 juta hektare Hak Pengelolaan Lahan (HPL) di 167 kabupaten oleh Badan Layanan Umum (BLU) membuka peluang kemitraan strategis dengan pemerintah daerah, dunia usaha dan lembaga akademis. Dengan demikian, daerah rawan transmigrasi dapat berkembang menjadi pusat perluasan ekonomi baru dan menarik minat masyarakat yang ingin bermigrasi sendiri. Pada tahap awal, 45 Daerah Transmigrasi Prioritas Nasional menjadi fokus pendekatan bertahap ini.
“Transformasi transmigrasi merupakan taktik dasar untuk meningkatkan ketahanan nasional sekaligus reaksi strategis terhadap kesulitan nasional saat ini. Dedikasi semua pihak yang terlibat, didukung oleh sistem pemantauan yang ketat dan penilaian yang berkelanjutan, akan menentukan keberhasilan transisi ini. Transmigrasi akan kembali menunjukkan nilainya sebagai alat penting bagi pembangunan nasional dengan pendekatan yang komprehensif dan kontemporer ini. Aspirasi para pendiri negara, Indonesia yang berdaulat, makmur, dan adil, akan kembali terwujud melalui transmigrasi di bawah paradigma baru, bebas dari ekses seperti di masa lalu,” kata Menteri Iftitah.
Sementara Rika Fatimah PL ST MSc PhD, Founder, Konseptor dan Tenaga Ahli Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur yang juga Wakil Ketua Komtek 03-13 (SNI G2R Tetrapreneur) yang hadir dalam rapat koordinasi itu, mengatakan, transmigrasi pada hakikatnya mulia dan hakikinya dibangun untuk kesejahterahan masyarakat luas.
BACA JUGA:
- Founder G2R Tetrapreneur Rika Fatimah Paparkan Inovasi Ikonik dalam Forum Rakor dengan Menteri Transmigrasi
- Prof Unggul Priyadi: Kelembagaan jadi Pilar Kesejahteraan dan Keadilan dalam Transformasi Ekonomi
Karena itu, ia mengpresiasi terobosan pengembalian ruh transmigrasi dalam kebijakan nyata mewujudkan transmigrasi pada tingkat kementrian. Prioritas optimalisasi bahwa Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan bukan hanya Jawa-Bali merupakan langkah Ikonik Bangsa melalui transmigrasi.
Menurut Rika, diperlukan kepercayaan dan keberanian (trust & bravery) pemerintah pusat hingga lokal untuk mengusung metode, pendekatan hingga model pembangunan wilayah ala Indonesia. Pendekatan Transpolitan yang merupakan penggerak hardware transmigrasi dan Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur sebagai penggerak software transmigrasi diharapkan menjadi prioritas kesatuan membangun ikon-ikon Kepulauan Sulawesi, Sumatera; Papua, Aceh dan sebagainya.
Rika yang juga dosen senior Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini mengatakan bahwa G2R Tetrapreneur dirumuskan dengan mengangkat kearifan lokal milik Indonesia yaitu gotong royong sebagai fondasi model yang kemudian dalam mekanismenya G2R Tetrapreneur dibangun atas 4 pilar yaitu (Tetra 1) Rantai Wirausaha, (Tetra 2) Pasar Wirausaha, (Tetra 3) Kualitas Wirausaha, (Tetra 4) Merek Wirausaha.
“Gotong royong sebagai the forgotten asset dan Saemaul Undong sebagai awakening the asset dalam gerakan bersama ekonomi Indonesia, karena gotong royong merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang telah ada sejak dulu hingga sekarang. Oleh karena itu, Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur bukan sekedar membina mental namun juga membangun mindset dalam menjalankan business as usual, tetapi beyond the business yaitu proses bisnis gotong royong untuk menjadi ikonik global,” kata Rika. (lip)
There is no ads to display, Please add some