Universitas Cendekia Mitra Indonesia Mengadakan Pelatihan Jurnalistik Dasar

beritabernas.com – Universitas Cendekia Mitra Indonesi, di bawah komunitas Unicimi Menulis, menyelenggarakan pelatihan Jurnalistik Dasar, menghadirkan wartawan senior YB Margantoro, secara online (daring), pada 14 Oktober 2024. 

Materi yang disampaikan mulai dari kiat menulis di media cetak atau media online. Dalam pelatihan yang diikuti Ben Senang Galus, Maria Sertiana Naus, Boizon Kalaka, Sesa Malinda, Rahma Hairunnisa Regita Putri, Maria Hildegardis Seran, Januarius Magai dan Desy Ashari, YB Margantoro mengatakan bahwa menulis adalah sebuah panggilan atau menjalankan fungsi kenabian. Penulis merasa terpanggil untuk menuangkan gagasan dengan medium bahasa. Ada gerakan dalam jiwa untuk membagi pengetahuan kepada orang lain.

Sebagaimana panggilan diawali dengan sebuah kekaguman dan kesediaan untuk memberi diri, dalam hal menulis seorang penulis memiliki kegairahan untuk menulis dan berdedikasi tinggi untuk melakukannya. Panggilan menulis bersumber dari kedalaman hati untuk berbakti bagi sesama.

Beberapa poin penting berkaitan dengan kegiatan menulis, menurut YB Margantoro, menulis membantu orang untuk mengorganisasikan pikiran secara sistematis. Kalau dibandingkan dengan kemampuan berbicara, menulis membutuhkan keahlian tertentu, yaitu memiliki komitmen, konsisten dan kompetensi.  Seorang penulis tidak mampu menghadirkan diri secara langsung. Oleh karena itu, tulisan membantu seseorang untuk mengorganisasi pikiran sehingga ide penulis dapat dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Dosen dan mahasiswa Universitas Cendekia Mitra Indonesia, peserta pelatihan Jurnalistik Dasar dengan narasumber wartawan senior YB Margantoro, secara online (daring), 14 Oktober 2024. Foto: Istimewa

Menulis juga membutuhkan kejelasan. Seorang penulis harus menulis dengan jelas sehingga pembaca dapat menemukan kesalahan dalam tulisannya. Tulisan ilmiah yang cenderung menggunakan bahasa yang rumit bukanlah seorang penulis yang berhasil. Penulis harus menguraikan pemikiran dengan jelas. Tulisan yang baik tidak diukur dengan konsep yang rumit dan membingungkan pembaca, namun harus jelas. “Kejelasan merupakan unsur pertama dari tulisan,” demikian YB Margantoro.  

Berhadapan dengan tantangan teknologi khususnya media sosial yang marak mereproduksi bahasa yang singkat dan istilah-istilah baru, bahwa seorang penulis yang baik harus mengkounter bahasa yang sudah menjadi kode dalam media sosial menjadi konsep. Bahasa pada dasarnya adalah konsep bukan hanya simbol semata.

Pada bagian lain YB Margantoro mengatakan, perkembangan media sosial mempengaruhi cara kita berkomunikasi antar manusia. Bahasa komunikasi melalui WA, Instagram, Twiter, dan lain-lain, misalnya membuat orang mengalihkan bahasa sebagai konsep menjadi semata-mata kode atau simbol. Sebenarnya ada perbedaan antara simbol dan konsep. Perkembangan media sosial juga membuat orang mengejar kecepatan. Seorang penulis yang baik bukan hanya mengejar kecepatan menulis tetapi juga kedalaman analisis.

Menulis merupakan latihan yang memberikan keseimbangan yang baik karena menulis khususnya di koran atau majalah atau buku bukan hanya untuk menyampaikan buah pikiran tetapi harus bisa dipahami oleh pembaca. Lebih dari itu, seorang intelektual harus adil sejak dalam pikirannya. Ada kedalaman nilai yang penting bagi orang lain.

BACA JUGA:

YB Margantoro mengajak peserta dengan penekanan utama, ialah, kunci penting mengembangkan kemampuan menulis adalah menulis. Diskusi dan pelatihan menulis hanya merupakan medium untuk memantik kesadaran untuk menulis.

“Dalam menulis, ide merupakan hal yang penting. Ide itu mahal. Ide tidak datang setiap saat. Oleh karena itu, seorang penulis perlu mengekalkan ide itu dengan menulis,” kata YB Margantoro.

Namun seringkali kecenderungan seorang penulis adalah menonjolkan egonya sendiri. Hal ini adalah suatu kegagalan besar seorang penulis. Tulisan yang baik harus menjaga keseimbangan antara subjektvitas dan objektivitas. Penulis yang baik perlu mengontrol egonya agar tidak menonjolkan diri penulis. Penulis harus membagikan pemikirannya dengan mengetengahkan keseimbangan dan objektivitas.

Menulis adalah kegiatan merawat ide. Lebih dari itu,  setiap penulis/mahasiswa perlu membuat aturan yang jelas untuk membaca buku dan surat kabar setiap hari. Membaca adalah asupan gizi bagi tulisan.  “Saya mengajak semua mahasiswa untuk membaca dan menulis secara teratur. Dengan itu maka Anda akan menjadi ahli waris peradaban dan Anda memilih jalan keabadian, dan menulis adalah memilih jalan kenabian,” kata wartawan senior ini. (Ben Senang Galus)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *