Oleh: Andreas Chandra
beritabernas.com – Menulis, dalam keheningan dan kesendirian, adalah salah satu cara manusia berbicara kepada dunia tanpa batas. Seperti aliran sungai yang tenang namun memiliki kekuatan besar, tulisan menjadi medium yang bisa mengubah arah sejarah, menggugah hati dan membentuk pemikiran kolektif.
Namun, menulis bukanlah sekadar aktivitas menyusun kata-kata menjadi kalimat. Ia adalah jalan sunyi yang penuh dengan ketegangan antara keheningan dan suara, antara pengasingan dan koneksi, antara pencarian diri dan pengaruh terhadap dunia luar.
Jalan ini, meskipun sunyi, tidak pernah benar-benar sepi. Di setiap titik, ada dunia yang mengamati, ada masyarakat yang terhubung. Namun, jalan ini seringkali dipenuhi oleh keraguan, kegelisahan, dan ketidakpastian.
Mengapa menulis? Mengapa membiarkan kata-kata keluar dari pikiran kita, jika dunia sudah penuh dengan suara? Mengapa bersaing dengan kebisingan zaman yang tak henti-hentinya? Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh setiap penulis, untuk tetap setia pada suara dalam diri, meski seringkali suara itu tersembunyi dalam keheningan.

Namun, menulis juga merupakan bentuk perlawanan terhadap arus utama. Di tengah media yang selalu mengejar sensasi dan informasi dangkal, menulis menawarkan ruang bagi refleksi, kejujuran dan pemikiran mendalam. Penulis yang berani menapaki jalan sunyi ini sering kali dianggap sebagai sosok yang tidak mengikuti arus, bahkan bisa jadi dianggap sebagai orang yang terasing. Namun, justru dalam keterasingan itulah mereka menemukan kebebasan-kebebasan untuk berpikir kritis dan bebas dari pengaruh luar.
Dalam tulisan-tulisan mereka, penulis tidak hanya mencatat dunia, tetapi juga mengkritisi dan menantang status quo. Mereka menulis bukan hanya untuk mengungkapkan realitas, tetapi untuk menggali, mempertanyakan, dan kadang-kadang menghancurkan struktur yang ada. Menulis adalah alat untuk melawan kebodohan, ketidakadilan, dan ketidakbenaran yang merajalela. Melalui kata-kata, mereka membangun dunia alternatif, menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru, dan membuka ruang bagi perubahan.
Namun, menulis juga menuntut keberanian. Keberanian untuk jujur kepada diri sendiri, untuk mempertanyakan apa yang seringkali dianggap benar, dan untuk berhadapan dengan risiko ketidakpastian. Dunia seringkali tidak siap menerima kebenaran yang tidak nyaman, dan penulis yang berani mengungkapnya harus siap dengan konsekuensinya. Di sinilah letak keindahan menulis: di dalamnya terdapat keikhlasan untuk menyerahkan kata-kata kepada dunia, meskipun dunia mungkin tidak selalu siap menerimanya.
- Kemampuan Menulis Terwujud Ketika Seseorang Berani Memulai dan Konsisten Terus Menulis
- Dukungan KYM kepada KGMI Kunci Sukses Workshop Menulis Berita
- Universitas Cendekia Mitra Indonesia Mengadakan Pelatihan Jurnalistik Dasar
Jalan sunyi ini, meskipun berat dan penuh tantangan, menawarkan sebuah kesempatan yang tak ternilai. Menulis adalah cara untuk menembus dunia, untuk memasuki ruang-ruang yang sepi namun penuh dengan makna. Ia adalah jalan yang membawa kita lebih dekat kepada pemahaman diri, pemahaman tentang dunia, dan hubungan yang lebih dalam dengan sesama manusia. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan kebisingan, menulis adalah salah satu cara kita bisa menemukan kedamaian dalam keheningan, serta membagikan kedamaian itu kepada orang lain.
Pada akhirnya, menulis bukanlah tentang mencapai sesuatu yang besar atau terkenal. Menulis adalah tentang perjalanan, tentang memahami apa yang tersembunyi dalam diri kita dan dunia di sekitar kita. Ia adalah jalan sunyi yang membawa kita pada penemuan—baik itu tentang diri kita sendiri maupun tentang dunia yang kita tinggali. (Andreas Chandra, Mahasiswa FH UAJY)
There is no ads to display, Please add some