Keju Produksi Yogyakarta Layak Go International

beritabernas.com – Keju hasil produksi perusahaan di Yogyakarta siap masuk pasar internasional atau go international. Salah satu produk keju yang siap go international tersebut adalah Mazaraat Cheese yang diproduksi PT Mazaraat Lokanatura Indonesia di Wukirsari, Cangkringan, Sleman, DIY.

Hal ini terungkap dalam diskusi informal terbatas dengan topik Ekosistem Industri Keju (Cheese) yang diadakan Kadin DIY bersama Diskop dan UKM DIY di Poenokawan Café, Jalan KH Ahmad Dahlan Kota Yogyakarta, Kamis 5 Juni 2025.

BACA JUGA:

Jamie Najmi Misnah, owner Mazaraat Cheese/PT Mazaraat Lokanatura Indonesia, yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi itu, mengatakan, usaha produksi Mazaraat Cheese dirintis bersama istri sejak tahun 2011. Awalnya produksi dilakukan di Rotowijayan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta, namun sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi dan agar lebih dekat dengan peternak sapi perah maka lokasi produksi pindah ke Wukirsari, Cangkringan, Sleman.

Selama ini, menurut Jamie, pasar keju yang diproduksinya adalah hotel dan restoran bintang lima yang berlokasi di Bali, Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya di Indonesia. Menurut Jamie, produk keju relatif tidak awet karena murni sehingga tidak dapat diperdagangkan antar benua. Namun, produk Mazaraat Cheese sudah dirintis untuk pasar di Singapura dan negara ASEAN lainnya.

Jamie Najmi Misnah, owner Mazaraat Cheese/PT Mazaraat Lokanatura Indonesia. Foto: Y Sri Susilo

Jamie mengaku perusahaannya tidak hanya mengambil susu dari peternak sapi perah namun juga ikut terlibat dalam pendampingan. Dengan demikian terjadi simbiosis mutualisme yang benar-benar nyata. Kemudian mereka membentuk koperasi multi pihak Mazaraat Dairy Ecosystem.

Menurut Jamie, Mazaraat Dairy Ecosystem.adalah sebuah konsep koperasi multi-stakeholder yang bertujuan untuk membangun rantai ekosistem produk susu yang berkelanjutan dan transparan, dengan fokus pada produksi keju artisan organik. Ini melibatkan petani lokal yang memelihara hewan ternak secara organik, pengrajin keju yang membuat produk dengan tangan dan konsumen yang mendukung produk lokal dan berkelanjutan. 

Jamie mengatakan, keju tak hanya lezat secara citarasa, tetapi juga kaya nutrisi termasuk protein, kalsium, dan vitamin B12. Seperti produk fermentasi pada umumnya, menurut Jamie, keju kaya akan probiotik yang berguna bagi kesehatan sistem pencernaan manusia. Selain konsumsi keju, yogurt dan sauerkraut sebagai contoh hasil fermentasi juga dinyatakan dapat membantu menjaga berat badan dan punya potensi mengurangi resiko diabetes, kanker selain dari penyakit kardiovaskular. 

Selain Jamie sebagai narasumber pemicu diskusi, diskusi terbatas itu diikuti peserta aktif antara lain Robby Kusumaharta (Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kemahasiswaan Kadin DIY), Srie Nurkyatsiwi (Kepala Diskop dan UKM) dan Tazbir Abdullah (Penasehat Kadin). Selain itu, juga hadir fungsionaris Kadin DIY yaitu Rahadi Abra, Eddy Purjanto, Agus Imon dan Y Sri Susilo serta dari Diskop dan UKM DIY Agus Mulyono dan Wisnu Hermawan.

Peserta bersama narasumber diskusi terbatas yang diadakan Kadin DIY bersama Diskop dan UKM DIY, Kamis 5 Juni 2025. Foto: Istimewa

Diskusi tersebut menghasilkan beberapa catatan sebagai kesimpulan, Pertama, produk Mazaraat Cheese sudah memenuhi kualitas global dan layak untuk go internasional. Kedua, usaha keju harus didukung oleh ekosistem yang melibatkan multi pihak (produsen keju, peternak susu sapi perah, produsen pakan hijauan dan non-hijauan, pemasok bibit sapi dan pihak terkait lainnya. Jika ekosistem sudah terbentuk maka pembentukan koperasi multi pihak menjadi sangat relevan.

Ketiga, DIY mempunyai potensi untuk dikembangkan peternakan susu sapi perah. Kendala saat ini ketersediaan lahan yang memenuhi skala ekonomi untuk budidaya tanaman pakan sapi perah.

“Diskusi informal terbatas semacam ini penting untuk memperoleh informasi dunia usaha sekaligus mencoba mencari solusi atas masalah yang timbul,” kata Robby Kusumaharta.

Selanjutnya diskusi serupa akan dilakukan secara rutin dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti Pemda DIY, BI DIY, OJK DIY, perguruan tinggi, asosiasi pengusaha dan perbankan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *