beritabernas.com – Albatron Putra Cahaya (16), siswa SMKI Yogyakarta, menggeluti kerajinan pecut. Meski belum begitu tersentuh teknologi dan sasaran pasar masih tradisional, namun ia tetap konsisten menekuni.
BACA JUGA:
- Pameran Bertajuk Tapak Asih Langkah Bestari sebagai Perayaan Cinta, Warisan dan Seni
- 39 Pelukis Gelar Pameran di Hotel Kimaya Yogyakarta Hingga 30 Agustus 2025
Bagi remaja asal Dusun Dero Kulon RT 05/RW10 Kalurahan Harjobinangun, Kapanewon/Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman ini, menggeluti kerajinan pecut merupakan sesuatu hal yang menantang. Bahkan sejak kelas 1 SMP, ia mulai tertarik membuat kerajinan rumahan ini. Keahlian itu didapatkan secara otodidak.
Albatron Putra mengaku awal membuat pecut dengan model ikat, namun sekarang sudah dibuat model rajutan. Ia mengaku mendapat pengetahuan soal pecut melalui media sosial, seperti YouTube, Tiktok dan lain-lain.

Seakan sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari, remaja yang biasa disapa Putra yang duduk di Kelas 1 SMKN 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta) jurusan Karawitan ini makin bersemangat mengembangkan kerajinan ini, apalagi bahan-bahannya mudah didapatkan, baik di toko-toko terdekat maupun via online.
“Untuk membuat kerajinan pecut kita butuhkan bahan-bahan antara lain kain, bambu, serat nanas, rafia, lakban. Selama ini saya nggak kesulitan mendapatkannya,” kata Putra.
Untuk mengoptimalkan hasil pekerjaannya, ia membekali diri dengan sejumlah peralatan tukang seperti gergaji ukir, bor, grider atau alat pahat sederhana. Hasil kreasinya dilempar ke pasar seharga Rp 100 ribu hingga Rp 600 ribu. “Kalau soal harga, itu tergantung ukuran dan tingkat kesulitan di pengerjaannya,” kata Putra.

Ihwal pemasaran, saat ini masih mengandalkan penjualan online, pemesan tak hanya dari lingkungan terdekat, namun sudah merambah ke luar kota hingga luar pulau. Selain sebagai hasil karya seni, kreasi ini kerap dipakai dalam pertunjukan kuda lumping (jatilan), dipajang dan dekorasi rumah untuk interior hotel serta kafe.
“Penjualan lebih banyak kami lakukan melalui jejaring dan sosmed,” kata Putra seraya berharap pemerintah memperhatikan pelaku-pelaku seni seperti dirinya.
Pecut, dalam konteks budaya Jawa, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Ia tidak hanya sekadar alat pukul, tetapi juga sering dikaitkan dengan cerita rakyat, mitos dan seni pertunjukan. Ada dua cerita utama yang menonjol: Pecut Samandiman yang terkenal dari Ponorogo dan Blitar, serta tari pecut yang merupakan bagian dari tradisi di Madura dan daerah lain. (*)
There is no ads to display, Please add some