Pekerjaan Rumah Pariwisata: Menjadikan DIY sebagai Destinasi Wisata Berkelas Dunia

beritabernas.com – Salah satu tujuan pengembangan pariwisata DIY yang menjadi pekerjaan rumah adalah bagaimana menjadikan destinasi wisata yang ada berkelas dunia. Karena itu, harus ada kerangka kebijakan yang menyatukan budaya, inovasi, kreativitas, teknologi, SDM berkelas dunia, bernilai ekonomi, keberlanjutan, dan kolaborasi.

“Dunia yang semakin digital perlu dirangkul sehingga pengunaan teknologi digital menjadi suatu kebutuhan, karena para wisatawan ke depan adalah generasi yang digital native,” kata Hermanto, Deputi Kepala BI DIY, dalam diskusi terbatas bertajuk Mendorong Perkembangan Pariwisata DIY di Hotel Novotel Suit Yogyakarta, Selasa 11 November 2025.

Dalam diskusi yang diadakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY bersama ISEI Cabang Yogyakarta dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY itu, Hermanto berharap, Pemda DIY dan pemangku kepentingan mengoptimalkan peran influencer, konten kreator dan platform digital sebagai bagian ekosistem promosi menjadi sangat penting.

Sementara Budiharto Setiawan dai MES DIY), mengatakan, pariwisata di DIY memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut tercermin dari besarnya sumbangan lapangan usaha yang terkait dengan pariwisata, di antaranya akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, dan industri pengolahan.

Baca juga:

Dalam rangka mengembangkan quality tourism yang inklusif termasuk di dalamnya dengan implementasi Pariwisata Ramah Muslim. Menurut Budiharto, sesuai pedoman Menparekraf tahun 2024, layanan dasar “Pariwisata Ramah Muslim” meliputi penyediaan makanan dan minuman halal, penyediaan sarana ibadah yang bersih dan penyediaan fasilitas sanitasi yang bersih dan memadai. 

“Untuk memberikan informasi tersedianya layanan dasar pariwisata ramah muslim di suatu kawasan wisata, sebenarnya dapat diintegrasikan melalui aplikasi Visiting Jogja,” kata Budiharto yang gemar bersepeda.

Sedangkan Rudy Badrudin dari ISEI Cabang Yogyakarta yang juga Dosen STIE YKPN Yogyakarta menyampaikan 4 pokok pikiran untuk mendorong perkembangan pariwisata DIY. Pertama, peningkatan kualitas dan kreativitas untuk diversifikasi produk wisata yang meliputi wisata budaya, alam, edukasi, dan olahraga.

Kedua, peningkatan infrastruktur yang terkonekdi antardistinasi wisata dan ramah lingkungan seperti tranportasi bis listrik. Ketiga, peningkatan kualitas website Visiting Jogja dengan menambah link dengan komunitas wisata yang sudah terdaftar di Dinas Pariwisata DIY. Keempat, pengurangan dampak pariwisata yang terkait dengan lingkungan hidup misalnya sampah dan lingkungan sosial misalnya kemacetan di ruas-ruas jalan tertentu. Demikian pendapat Rudy Badrudin yang juga

“Peran strategis DIY sbg pusat budaya, pendidikan dan wisata dengan dukungan thd konservasi budaya dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi,” kata Dian Ariani, Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY yang juga pengurus ISEI Cabang Yogyakarta.

Menurut Dian, untuk mendukung hal tersebut industri perbankan perlu melakukan beberapa hal, pertama meningkatkan digitalisasi layanan keuangan melalui QRIS (integrasi aplikasi Visiting Jogja & Gandeng Gendong dengan pembayaran QRIS & sistem reservasi). Kedua, pembiayaan UMKM (KUR & PEDE) dan pembiayaan infrastruktur  pendukung Desa Wisata. Ketiga, mndukung Sport Tourism melalui event seperti Malioboro Run serta mendukung gerakan ekonomi hijau dengan Green Tourism/Cultural Tourism

Sedangkan Dorothea Wahyu Ariani, Koordinator bidang Rangers ISEI Cabang Yogyakarta yang juga Guru Besar FE UMB Yogyakarta, mengatakan, infrastruktur khususnya jalan dan manajemen lalu lintas yang baik menjadi faktor kunci perkembangan pariwisata di DIY.

Para narasumber dan peserta diskusi terbatas bertajuk Mendorong Perkembangan Pariwisata DIY di Hotel Novotel Suit Yogyakarta, Selasa 11 November 2025. Foto: Istimewa

Menurut Dorothea, lalu lintas yang semrawut dan macet menjadi demarketing bagi pariwisata di DIY. Pemda DIY, termasuk Pemkab/Pemkot DIY, bersama pemangku kepentingan perlu melakukan manajemem dan rekayasa lalu lintas yang serius dan nyata agar tujuan wisata di DIY dapat dicapai dengan lancar, nyaman dan waktu tempuh yang lebih pendek.

Sebagai contoh, lalau lintas Kota Yogyakarta masih dianggap belum lancar dan nyaman serta masih sering macet di masa liburan. “Jika hal tersebut tidak segera dicarikan solusi, maka kemacetan lebih parah dipastikan terjadi setelah jalan tol dari arah Semarang, Solo dan Bandara YIA terkoneksi dengan Kota Yogyakarta,” ujar Dorothea.

Setelah diskusi, KPwBI DIY yang diwakili Sri Darmadi Sudibyo memberikan cindera mata kepada seluruh peserta diskusi. Cindera mata juga diberikan oleh Dorothea Wahyu Ariani (Komisaris YSS Production) kepada Sri Darmadi Sudibyo dan Hermanto yang mewakili KPwBI DIY.

Diskusi terbatas yang dihadiri 15 peserta dari unsur KPwBI DIY, ISEI Cabang Yogyakarta dan MES DIY ini juga dihadiri Sri Darmadi Sudibyo (Kepala Perwakilan BI DIY), Edy Suadi Hamid (Ketua MES DIY) dan Gumilang Aryo Sahadewo (Wakil Ketua Bidang Akademik ISEI Cabang Yogyakarta). Diskusi dipandu oleh Y Sri Susilo (Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY). (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *