beritabernas.com – Salah satu produk inovasi UII yang diberi nama VaccarBio akan dikembangkan oleh PT Biofarma (Persero) dan PT LEN Industri (Persero) untuk diproduksi massal. Produksi massal VaccarBio dilakukan setelah dilaunching di Jakarta beberapa waktu lalu dan diperkenalkaan secara luas melalui event Innovation Festival (InnoFest) 2023 yang berlangsung dua hari, 18-19 Januari 2023.
Baca juga:
- Lewat InnoFest, UII Gandeng Dunia Usaha untuk Dorong Percepatan Hilirisasi Invensi Insan Dikti
- Prodi Kimia Fakultas MIPA UII Mendapat Tambahan Guru Besar
Dr Izzati Muhimmah, Ketua Peneliti VaccarBio UII, mengatakan VaccarBio merupakan Electronic Portable Vaccine Cooler atau perangkat elektrik pembawa vaksin. Produk ini ini merupakan hasil hilirisasi riset
dan komersialisasi invensi UII yang akan dikembangkan tahap lanjut bersama dengan PT Biofarma (Persero) dan PT LEN Industri (Persero) untuk produksi massal.
Menurut Izzati, perangkat pembawa vaksin ini berbeda dengan produk serupa sebelumnya karena alat ini dilengkapi teknologi active cooling. Yakni teknologi pendingin aktif yang membuat vaksin lebih tahan lama saat dibawa di perjalanan. Kapasitas VaccarBio sampai 2 liter atau setara dengan jumlah vaksin yang disuntikkan untuk 600 orang.
Dikatakan, sebanyak 100 unit alat pembawa vaksin ini dibagikan untuk uji pasar. Pihaknya ingin mendapatkan masukan dari pengguna sebelum rencana produksi massal.
Mengenai latar belakang pembuatan VaccarBio, menurut Izzati, karena selama ini tim peneliti UII meliht distribusi vaksin sering terkendala karena vaccine carrier hanya dilengkapi ice pack. Sehingga ketika ada penyuntikan di luar, es tersebut bisa mencair sehingga suhu vaksin beresiko meningkat.
Menurut Izzati, sesuai ketentuan suhu penyimpanan vaksin antara 2-8 derajat Celcius. Selain itu, umumnya vaccine carrier tidak memiliki alat ukur dan pemantau suhu. Sementara VaccaBio saat ini memiliki alat pengukur suhu.
Izzati mengungkapkan penelitian VaccarBio dimulai tahun 2017 melibatkan mahasiswa gabungan dari Fakultas Teknologi Industri dan Kedokteran UII. Penelitian ini ternyata menarik perhatian PT Bio Farma sehingga perusahaan BUMN itu menggelontorkan sejumlah dana untuk menyokong penelitian tersebut.
“Kami diberi kesempatan oleh Bio Farma untuk uji coba alat di chamber yang bisa mensimulasikan kondisi panas ekstrem di gurun maupun daerah bersalju. Setelah dua gelombang, prototipe kami akhirnya memenuhi kriteria yang diharapkan,” kata Izzati yang juga Dosen Teknik Informatika FTI UII.
Sementara Said Syahputra dari Bio Farma menilai VaccarBio merupakan produk inovasi yang bagus. Karena vaccine carrier dengan active cooling seperti yang ada di VaccaBio belum ada di Indonesia. “Alat yang kami pakai selama ini masih berupa pasive cooling sehingga kerap repot, harus bolak-balik mengambil vaksin kalau ada penyuntikan di luar,” kata Said Syahputra kepada wartawan di Kampus FTI UII, Kamis 19 Januari 2023.
Said Syahputra mengaku iovasi ini turut menjawab tantangan yang dihadapi dunia industri, termasuk bagaimana menjaga kualitas vaksin agar tetap baik. Namun akses infrastruktur yang kurang mendukung terutama di daerah pelosok, menjadikan proses distribusi vaksin rentan terhambat.
“VaccarBio memiliki pendingin sendiri yang aktif dan memakai baterai serta kapasitasnya memadai. Alat semacam ini memang kami butuhkan,” kata Said Syahputra. (lip)
There is no ads to display, Please add some