beritabernas.com – Peringatan wafat Yesus di kayu salib dipentaskan secara kolosal di Gereja Katolik Paroki Santo Petrus dan Paulus Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY Jumat 7 April 2023 siang.
Tablo kisah sengsara Yesus hingga wafat di salib tersebut merupakan persembahan teater Misbah dan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Babadan. Dramaturgi kisah sengsara Yesus menjadi pengingat sekaligus permenungan penebusan dosa-dosa manusia.
Seusai pementasan penulis naskah yang juga umat paroki setempat Sambodo Wijokongko menyampaikan latar belakang penulisan ini dari kisah-kisah para politisi kita yang sering lepas tanggungjawab dalam membuat kebijakan. “Ini sebenarnya naskah lama yang kita tulis ulang disesuaikan dengan situasi,” kata dia.
Pementasan Tablo secara kolosal di Gereja Katolik Babadan ini merupakan pertama kali setelah pandemi Covid-19. Sambodo juga mengatakan properti pendukung yang digunakan juga dari bahan-bahan sampah yang didaur ulang. “Ini juga sebagai dukungan menjaga lingkungan,” ujarnya.
Pemeran tokoh Yesus, Brian, mengatakan sangat berat memerankan Yesus yang harus sengsara dan disalib. “Ternyata memang berat. Dan ini menjadi refleksi saya,” ungkapnya.
Pementasan yang berlangsung sekitar 1,5 jam tersebut mengambil tempat di dalam dan luar gereja. Dengan melibatkan 74 personel yang terdiri dari pemain, penata suara, lighting, kameraman, tata rias, artistik, penata panggung hingga penjaga alur.
BACA JUGA:
- Siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Pentas Tablo Drama Kisah Sengsara Yesus
- Umat Katolik Mengikuti Misa Kamis Putih dengan Aman dan Lancar
- Repdem dan Satgas PDI Perjuangan Kota Yogyakarta Bantu Umat di GKJ Mergangsan
Dengan menghadirkan kisah sengsara Yesus umat diajak melakukan permenungan dan menata kembali proses kehidupan di tengah kompleksitas ruang publik.
Kasih Yesus Besar Tak Terukur
Sementara Pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Babadan Romo Antonius Saptana Hadi Pr dalam renungannya melontarkan pertanyaan reflektif, mengapa Yesus jalan salib? Menurut Romo Sapta-sapaan akrabnya-sepanjang malam Yesus berdoa kepada BapaNya. Dalam doa Yesus mengambil keputusan bulat. Manusia dapat diselamatkan kalau ada penebusan di kayu salib. Maka keputusan Yesus adalah keputusan beresiko. Tindakan penyelamatan ini karena kehendak Bapa yang harus terjadi. Yesus taat kehendak Bapa yang mengutusnya.
“Yesus disalib karena cintaNya yang tak terukur untuk menebus kita. Dia gantikan kita dengan pencurahan darahNya.,” kata Romo Sapta.
Karena itu, tugas kita sekarang adalah belajar dari Yesus yakni mencintai Yesus, keluarga, Gereja dan sesama dengan cinta yang besar. “Yang ada pada kita adalah cinta dan semangat diri untuk menjadi pembawa damai sejahtera. Cinta dan bakti kita akan Yesus, kita ungkapkan dengan penghormatan salib,” katanya.
Di dalam sujud syukur, hormati salib dengan mengucap syukur dan cinta yang besar serta penuh iman. Di salib itulah Yesus, Tuhan kita, telah menyelamatkan kita. Timba kekuatan cinta yang lebih besar dari SalibNya. Kita pun mohon kesehatan badan, rejeki secukupnya, kesejahteraan keluarga, keselamatan alam semesta dan keselamatan hidup berbangsa. Mohon Rahmat iman agar kita setia sebagai pengikutNya.
“Selamat mengenangkan sengsara Yesus. Hati tetap dipenuhi rasa syukur dan damai. Tuhan jadikanlah kami pembawa damai,” ucap Romo Sapta. (ag irawan/lip)
There is no ads to display, Please add some