beritabernas.com – Saiful Huda Ems, salah seorang aktivis 1998 yang saat ini menjadi Lawyer dan analis politik, minta Presiden Prabowo Subianto agar kembali ke jati dirinya sebagai seorang yang terbuka, tegas, jujur dan rendah hati.
Jati diri Prabowo Subianto yang sangat terbuka dan rendah hati, menurut Saiful Huda, tampak jelas dalam pertemuan dengan 7 jurnalis terkemuka Indonesia di kediamannya, Hambalang pada Minggu 6 April 2025 yang kemudian disiarkan secara terbuka tanpa sensor di TV One, Senin 7 April 2025.
Menurut Saiful Huda, dalam pertemuan itu terjadi tanya jawab antara Presiden Prabowo Subianto dengan 7 jurnalis dengan sangat terbuka, tanpa sensor dan tanpa basa-basi. Saiful Huda melhat Presiden Prabowo sangat terbuka dan rendah hati, sehingga ia sangat kagum, meski kadang dalam pikirannya masih terngiang suara pekikan yang sangat mengusik rasa keadilan: “Hidup Jokowi! Terimakasih Pak Jokowi!” yang dilontarkan Prabowo saat berorasi pada acara HUT Partai Gerindra beberapa waktu lalu.
“Inilah karakter Pak Prabowo Subianto yang dahulu sempat membuat saya tertarik, hingga terus terang saat pertama kali Partai Gerindra didirikan, saya sempat mendaftar sebagai anggota, meski kemudian keluar lagi dari Gerindra setelah saya tertipu oleh tampilnya figur politisi baru, Jokowi yang mempropagandakan perubahan dan ternyata semuanya tertimbun di gorong-gorong kepalsuan,” kata Saiful Huda.
Saiful Huda menilai, dalam pertemuan dengan 6 perwakilan media dan 7 jurnalis itu, ia melihat Prabowo Subianto menunjukkan karakter seperti dahulu, tegas, rendah hati dan terbuka. Karena itu, Saiful berharap Prabowo Subianto bersedia mengoreksi kembali kekeliruan sikap dan kebijakan selama ini, yang banyak menyakiti hati rakyat kecil.
Saiful mengingatkan Presiden Prabowo bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis kepemimpinan nasional yang dapat menjadi teladan yang baik bagi rakyat. Sangat indah jika Prabowo Subianto yang sudah terpilih menjadi presiden, lebih mawas diri, bersedia mendengar berbagai aspirasi rakyat yang kritis maupun yang mendukung serta menjauhi Jokowi.
Dalam pertemuan itu, Saiful melihat suasana diskusi atau tanya jawab yang agak cair, seolah tanpa dibatasi oleh aturan protokoler. Bahkan ketika Prabowo ditanya secara bruntun oleh Najwa Shihab, ada jurnalis yang berusaha menghentikan dengan alasan waktu sesi untuk Najwa sudah habis, namun tidak dipedulikan oleh Pak Prabowo, yang malah mempersilahkan Najwa untuk melanjutkan pertanyaan.
Kontrovesi soal Makan Bergizi Gratis (MBG), UU TNI dan RUU Polri dijelaskan secara terbuka oleh Presiden Prabowo Subianto. Kendala penegakan hukum karena mentalitas penegak hukum yang memprihatinkan, juga soal kebijakan tarif 32 % Trump untuk Indonesia juga dijelaskan secara gamblang, tanpa sensor.
BACA JUGA:
- Pengangkatan Pejabat Hanya Ingin Balas Jasa, Saiful Huda: Nasib Rakyat Menjadi Taruhan
- Mahfud MD Ungkap Alasan Megawati Memilihnya jadi Cawapres pada Pilpres 2024
“Pertemuan dan diskusi tanya jawab Presiden Prabowo dengan 7 jurnalis di Hambalang, Minggu (6/April/2025) itu membuat hati saya bertanya-tanya lagi, sesungguhnya ada apa sih dengan Pak Prabowo ini? Orangnya begitu terbuka, gaya orang terpelajar dari luar negerinya yang rata-rata gentle masih terlihat, tapi kenapa kok kebijakan Presiden Prabowo selama ini sangat membingungkan dan bisa dikatakan melukai hati rakyat, minimal rakyat seperti saya,” tanya Saiful Huda.
Dikatakan, mengangkat menteri-menteri yang tidak berkualitas dan sebagian terindikasi korupsi, kabinet yang sangat terlampau gemuk (Oversized Cabinet) di saat trend pemerintahan di negara-negara modern merampingkan kabinet, bertentangan dengan pribadi Prabowo Subianto.
Demikian pula halnya membiarkan Kapolri yang sudah lama menjabat dan tidak menunjukkan kemajuan institusi Polri, namun malah membuat institusi Polri jadi mundur, terlibat banyak kasus dan anggota-anggotanya menjadi kurang percaya diri, banyak dibully masyarakat hingga muncul istilah Partai Coklat (Parcok) dan lain-lain.
Kemidian, banyak artiss dan mubaligh seleb tidak kompeten diangkat menjadi Staf Khusus Presiden, tidak mau mendengar suara batin rakyat dengan sering bertemu dan memuji-muji Jokowi, presiden yang sebenarnya gagal dan meninggalkan banyak hutang serta banyak meninggalkan persoalan hukum dan lain-lain. (lip)