Oleh: Andreas Chandra
beritabernas.com – Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan ketidakadilan. Dalam konteks ini, ungkapan “aku ada maka aku melawan” menjadi sangat relevan. Kalimat ini bukan sekadar pernyataan eksistensial, tetapi juga sebuah seruan untuk bertindak, sebuah panggilan untuk tidak hanya menerima keadaan, tetapi juga berjuang untuk perubahan.
Pertama-tama, mari kita telaah makna dari “aku ada”. Eksistensi individu bukanlah hal yang sepele. Setiap orang memiliki hak untuk diakui, untuk didengar, dan untuk berjuang demi keadilan. Namun, dalam banyak kasus, suara-suara yang lemah sering kali terabaikan.
Dalam masyarakat yang sering kali mengedepankan kekuasaan dan dominasi, keberadaan individu yang terpinggirkan menjadi tantangan tersendiri. Di sinilah pentingnya kesadaran akan eksistensi kita. Ketika kita menyadari bahwa kita ada, kita juga menyadari bahwa kita memiliki hak untuk melawan ketidakadilan yang ada di sekitar kita.
Melawan bukan berarti berkonfrontasi secara fisik. Melawan bisa berarti menolak untuk diam, untuk tidak menerima keadaan yang tidak adil. Dalam konteks sosial, melawan bisa berarti berbicara, menulis, atau berorganisasi untuk menciptakan perubahan. Sejarah telah mencatat banyak perjuangan yang dimulai dari suara-suara kecil yang berani melawan arus. Dari gerakan hak sipil di Amerika Serikat hingga perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak suara, semua ini menunjukkan bahwa keberanian untuk melawan adalah kunci untuk menciptakan perubahan.
BACA JUGA:
- Tulisan Lebih Tajam dari Peluru
- Kritik untuk Negara, Sebuah Tuntutan untuk Perbaikan dan Keadilan Sosial
- Tanggung Jawab Negara Terhadap Warga Ditinjau dari Konstitusi
Namun, melawan juga berarti menghadapi risiko. Dalam banyak kasus, mereka yang berjuang untuk keadilan harus menghadapi penolakan, bahkan ancaman. Di sinilah letak tantangan terbesar. Ketika kita memilih untuk melawan, kita harus siap untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan kita. Namun, apakah kita akan membiarkan ketakutan menghalangi kita untuk berjuang? Atau apakah kita akan memilih untuk berdiri teguh, meskipun ada risiko yang mengintai?
Dalam konteks global, kita melihat banyak contoh di mana individu dan kelompok berjuang melawan penindasan. Dari demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong hingga gerakan iklim yang dipimpin oleh generasi muda, semua ini menunjukkan bahwa semangat untuk melawan tetap hidup. Mereka yang berjuang ini memahami bahwa keberadaan mereka bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang. Mereka melawan bukan hanya untuk mengubah keadaan saat ini, tetapi juga untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Akhirnya, “aku ada maka aku melawan” adalah sebuah pernyataan yang mengajak kita untuk merenungkan peran kita dalam masyarakat. Apakah kita akan menjadi penonton pasif, ataukah kita akan mengambil tindakan? Setiap individu memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, dan dengan menyadari keberadaan kita, kita dapat memulai perjalanan untuk melawan ketidakadilan.
Dalam setiap langkah kecil yang kita ambil, kita berkontribusi pada perubahan yang lebih besar. Mari kita ingat bahwa keberanian untuk melawan adalah bagian dari hakikat manusia. Kita ada, dan karena itu, kita melawan. (Andreas Chandra, Mahasiswa FH UAJY)
There is no ads to display, Please add some