beritabernas.com – Beberapa tokoh mengapresiasi buku unik berupa kumpulan parikan berjudul Aksara Penawar Lara karya Guru MTsN 3 Bantul Drs Sutanto.
Setelah beberapa waktu lalu Anggota DPRD DIY DR R Stevanus C Handoko S.Kom MM dan Pimpinan Omah Cangkem & Acapela Mataraman Pardiman Djoyonegoro, S.Sn, tokoh berikutnya adalah Ketua Pengda Percasi DIY, Drs Bambang Wisnu Handoyo dan Kepala Kantor Kemenag Bantul H Ahmad Shidqi, S.Psi.,M.Eng juga mengapresiasi buku tersebut.
Baca berita terkait: Anggota DPRD DIY Apresiasi Buku Unik Karya Sutanto
Bambang Wisnu Handoyo mengaku senang menerima buku kumpulan parikan tersebut, karena Sutanto selaku salah satu pengurus di Pengda Percasi DIY turut melestarikan tradisi dengan membuat karya berbahasa Jawa.
“Selaku ketua, saya apresiasi Pak Tanto sebagai salah satu pengurus yang berperanserta melestarikan tradisi dengan membuat buku berbahasa Jawa. Parikan sebagai salah satu warisan leluhur patut kita lestarikan agar bisa diketahui generasi muda sehingga mereka bisa turut nguri-uri busaya Jawa,” harap Bambang Wisnu di Gedung KONI DIY, Sabtu (26/11/2022) lalu.

Kakan Kemenag Bantul Ahmad Shidqi di ruang kerjanya, Rabu (30/11/2022), juga menyambut baik buku dari Sutanto. Ia mengaku merasa bangga guru di lingkungan Kemenag mampu menerbitkan buku yang ber ISBN.
“Alhamdulillah salah satu guru madrasah di Bantul bisa menerbitkan buku solo. Tentu saja ini sangat membanggakan saya sebagai Kepala Kantor yang baru. Saya berharap semoga makin banyak guru madrasah yang menerbitkan buku sebagai upaya nyata mengembangkan literasi di Indonesia,” harap Shidqi.
Sutanto menjelaskan, sampai dengan buku solo ke-14 ini dia konsisten menerbitkan melalui melalui Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati yang diikutinya sejak Maret 2020. Setelah berbagai genre dia tulis seperti puisi, geguritan, cerita anak, true story, obituari, kini dirinya mencoba menulis Parikan

“Buku ini spesial karena berbahasa Jawa berisi kumpulan Parikan, semacam pantun namun dalam bahasa Jawa. Parikan sifatnya lebih luwes dalam pembuatan dibanding dengan pantun. Dalam buku ini saya berupaya turut melestarikan sastra Jawa sebagai rasa syukur terlahir di Bumi Projo Tamansari Kabupaten Bantul yang merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang kental dengan seni tradisi adiluhung,” terang Sutanto kepada beritabernas.com.
Guru yang hobi catur ini sengaja menyampaikan bukunya kepada beberapa tokoh dengan tujuan agar buku yang ditulisnya dapat memasyarakat dan dibaca berbagai kalangan. Hal ini akan membuat hati penulis seperti dirinya semakin bahagia dan eksis kalau buku yang ditulis banyak dibaca orang dan menghiasi beberapa perpustakaan. (lip)
There is no ads to display, Please add some