Dua Karya Inovasi UII Lolos 20 Besar dalam Pameran Industri Penanggulangan Bencana

beritabernas.com – Dua karya inovasi UII lolos 20 besar dalam Pameran Peralatan/ Industri Penanggulangan Bencana yang diselenggarakan di Gedung Sekolah Vokasi UGM atau Gedung Teaching Industry Learning Center Blimbingsari Yogyakarta, pada 20-21 Mei 2024.

Pameran tersebut diadakan oleh Sekolah Vokasi UGM bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Asia Disaster Management and Civil Protection Conference and Expo (ADEXCO) untuk mewadahi inovasi dan industrialisasi peralatan kebencanaan serta mendukung hilirisasi hasil karya anak bangsa dan mewujudkan platform dalam menanggulangi bencana di Indonesia.

Kegiatan ini juga sebagai wujud dari upaya penanggulangan bencana melalui sinergi 5 unsur penta-helix, yaitu pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media massa.

“Alhamdulillah dua karya inovasi UII lolos 20 besar dalam Pameran Peralatan/Industri Penanggulangan Bencana yang diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi UGM bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Asia Disaster Management and Civil Protection Conference and Expo (ADEXCO) ini. Saya merasa gembira dapat mempromosikan karya dari sivitas akademika UII dalam pameran yang bergengsi tersebut,” kata Dr Ir Dwi Handayani ST MSc IPM, Ketua Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana (SPMKB)/ UIIPeduli dalam pemeran itu, Senin 20 Mei 2024.

Simutaga,salah satu dari dua karya inovatif Prof Sarwidi, lolos 20 besar pameran industri penanggulangan bencana. Foto: Humas UII

Dua karya inovasi UII yang lolos 20 besar dalam Pameran Peralatan/Industri Penanggulangan Bencana itu adalah SIMUTAGA (Simulasi Sederhana Bangunan Tahan Gempa) dan BARRATAGA (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa). Keduanya merupakan karya inovasi yang dikembangkan oleh Prof Ir H Sarwidi MSCE PhD IP-U ASEAN Eng, Guru Besar senior bidang Rekayasa Kegempaan/ Bangunan Tahan Gempa Jurusan Teknik Sipil UII. Kedua karya inovasi tersebut dikembangkan oleh Prof Sarwidi selama lebih 25 tahun.

Dalam pameran tersebut ada 35 pendaftar pameran dan terpilih 20 besar melalui serangkaian proses seleksi. Adapun kriteria penilaian karya peserta seleksi pameran antara lain diutamakan karya peserta yang sudah memiliki paten/hak cipta, sudah memiliki kemitraan dengan industri, diperlukan oleh masyarakat Indonesia (sudah layak dijual/ marketable), memiliki TKDN yang tinggi (mudah diproduksi di Indonesia) untuk menghindari ketergantungan komponen impor dan bisa dikembangkan secara menerus dan berkelanjutan.*Prof. Sarwidi*

BARRATAGA(R) dan SIMUTAGA(R)

Prof Sarwidi yang merupakan anggota SPMKB/UII Peduli dan Guru Besar senior bidang Rekayasa Kegempaan di Jurusan Teknik Sipil  UII mengatakan, sistem nasional penanggulangan bencana di Indonesia tediri atas 6 komponen, yaitu: Legislasi, Kelembagaan, Perencanaan, Pendanaan, IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan Implementasi.

“Terkait dengan komponen IPTEK, kedaulatan bidang peralatan dan industri penanggulangan bencana perlu diperkuat terus menerus,” kata Prof Sarwidi. 

Menurut Prof Sarwidi, SIMUTAGA merupakan alat guncang sederhana portabel untuk menstimulasikan perbandingan kualitatif kinerja dinamika model skala kecil bangunan yang berkonsep tahan gempa dan bangunan yang tidak tahan gempa saat terguncang gempa.

Konsep alat ini dikembangkan mulai tahun 1998 melalui pengembangan berbagai tipe/seri alat dan seri/ tipe awal sudah digunakan sejak dalam berbagai forum sosialisasi konsep bangunan rumah rakyat tahan gempa (BARRATAGA). Uji coba pertama dilakukan pada saat Pra-Bencana & Pasca-Bencana Gempa Yogyakarta-Jawa Tengah 27 Mei 2006 melalui Paman Bataga (Paguyuban Mandor Bangunan Tahan Gempa), yang berlanjut di berbagai daerah hingga saat ini. 

Prof Ir H Sarwidi MSCE PhD IP-U ASEAN Eng, Guru Besar senior bidang Rekayasa Kegempaan/ Bangunan Tahan Gempa Jurusan Teknik Sipil UII. Foto: Humas UII

Dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, maka secara langsung alat SIMUTAGA ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat umum maupun masyarakat konstruksi dalam memahami gambaran umum secara mudah tentang pentingnya membangun bangunan tahan gempa di wilayah rawan gempa.

Dikatakan, pemahaman gambaran secara umum tersebut tentu saja akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya masyarakat memiliki bangunan yang tahan gempa. Selain itu, alat ini secara tidak langsung juga dapat menurunkan aspek kerentanan bangunan karena meningkatnya pemahaman para tenaga konstruksi dalam menerapkan bangunan tahan gempa. Alat SIMUTAGA ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan dapat diproduksi melalui UMKM maupun industri massal. 

Sementara BARRATAGA merupakan sebuah model bangunan rumah rakyat tahan gempa yang dikembangkan dari konsep bangunan rumah populer tembokan sederhana. Bangunan rumah populer  semacam itu pada masa-masa awalnya didesain dan dibangun menggunakan pendekatan kualitatif berdasar state of the art.

Pengembangan konsep BARRATAGA dilakukan secara menerus dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan ilmiah kuantitatif semaksimal mungkin  secara bertahap pada melalui pengembangan tipe-tipe/ seri-seri model komponen-komponen dan sistem struktur bangunan.

Pengembangan dan sosialisasi BARRATAGA sudah dilakukan sejak 1998. Uji coba pertama dilakukan pada saat Pra-Bencana Yogyakarta-Jawa Tengah 27 Mei 2006, yaitu sejak tahun 2003 sangat intensif. Pasca-Bencana gempa tersebut terpantau bahwa bangunan rumah konsep BARRATAGA yang dibangun oleh Paman Bataga di lokasi-lokasi yang relatif dekat dengan pusat gempa tidak mengalami kerusakan yang berarti dibandingkan dengan bangunan rumah lainnya yang roboh dan rusak berat di sekelilingnya.

BACA JUGA:

Sejalan dengan perkembangan rekayasa, teknologi bahan, peralatan yang sesuai dengan perkembangan jaman dari waktu ke waktu, BARRATAGA selalu dikembangkan  untuk mencapai optimalisasi aspek BMW (Biaya, Mutu, Waktu) selain juga untuk memenuhi tuntutan rumah yang maksimum dari aspek NIH (Nyaman, Indah, Hijau) sesuai perkembangan zaman. 

Dari aspek mutu (M), ketahanan gempa bangunan diperoleh secara maksimum melalui kinerja gabungan rekayasa bangunan bagian bawah dan bangunan bagian atas. Pada rekayasa bangunan bawah, lapisan pasir di bawah fondasi dipasang dengan ketebalan tertentu untuk mengurangi getaran gempa yang merambat ke bangunan.

Pada rekayasa bangunan atas, kekuatan tarik kekang beton bertulang sederhana disinergikan dengan kekuatan desak dinding tembokan melalui berbagai rekayasa. Dengan demikian, pada lokasi-lokasi rencana pembangunan BARRATAGA, data zonasi tingkat ancaman gempa serta spesifikasi dan harga material, peralatan, dan tenaga konstruksi menjadi bahan pertimbangan yang harus dilakukan dalam desain untuk mendapatkan optimalisasi aspek BMW dan memaksimalkan aspek NIH. BARRATAGA dapat dikembangkan dalam berbagai tipe dengan 2 versi, yaitu (a) versi publik dan (b) versi pabrikan massal berpaten.

“Semoga karya inovasi SIMUTAGA & BARRATAGA dapat bermanfaat dari segi kemanusiaan melalui upaya  mengurangi risiko bencana gempa dalam ikhtiar meminimalkan jumlah korban bencana gempa,” kata Prof Sarwidi. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *