Filsafat Belajar Sebagai Landasan Berpikir Kritis Bagi Siswa atau Mahasiswa

Oleh: Ali Mansur Monesa

beritabernas.com – Filsafat adalah cara kita memikirkan dan mencari jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan mendalam pada kehidupan, seperti apa arti kehidupan, mana yang benar dan yang salah, bagaimana kita mengetahui hal itu dan apa yang membuat hal itu bisa ada.

Ini tentang membuka pintu pemikiran manusia dimana kita mencoba memahami makna-makna kehidupan dan dunia di sekitar kita. Pendidikan mulai dari pendidikan dasar, memegang peranan penting dalam pembentukan pemikiran dan sikap dasar anak.

Menerapkan filsafat dalam pembelajaran atau kurikulum pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi bukanlah hal yang mudah, melainkan memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan intelektual, emosional dan sosial siswa/ mahasiswa.

Akan sempurna suatu pendidikan apabila dalam proses pembelajaran dikaitkan dengan filsafat. Karena filsafat dapat merangsang pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai teori atau metode, tujuan dan nilai-nilai yang ingin dicapai dalam pendidikan.

Setelah menerapkan filsafat dalam pendidikan kita jadi sadar bahwa pendidikan bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru/dosen ke siswa/mahasiswa, tapi filsafat juga mempertajam cara berpikir, merangsang rasa keingintahuan dan memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang banyaknya aspek dalam kehidupan. Filsafat bukan hanya sekadar teori, tetapi lebih merupakan pandangan hidup yang bisa memperkaya makna dan arah perjalanan hidup ke depan.

Mengintegrasikan filsafat ke dalam kurikulum sekolah dasar sampai perguruan tinggi juga memberikan kesempatan untuk merangsang imajinasi dan kreativitas siswa/mahasiswa. Dengan mempertanyakan dan mempertimbangkan konsep-konsep kompleks, siswa/mahasiswa dapat melatih pemikirannya untuk berpikir melampaui batasan yang telah ditetapkan.

Dengan menerapkan filsafat dalam pendidikan, pendekatan holistik dapat diterapkan yang mengakui anak sebagai individu dengan potensi unik. Hal ini memungkinkan guru/dosen untuk lebih memahami kebutuhan individu anak-anak/mahasiswa dan mendorong pembelajaran yang lebih sesuai dengan perkembangannya.

BACA JUGA TULISAN LAINNYA:

Penerapan filsafat dalam pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi merupakan landasan penting yang membantu membentuk individu untuk berpikiran terbuka dan berempati, dilengkapi dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang secara holistik dalam masyarakat yang terus berubah. Filsafat dalam pendidikan sekolah dasar maupun perguruan tinggi dapat menghadirkan pendekatan pembelajaran yang kreatif dan interaktif.

Konsep pembelajaran yang mengedepankan pemikiran kritis, kreativitas, dan kolaborasi dalam meningkatkan kemampuan berpikir anak dan mempersiapkan mereka menghadapi perubahan yang akan terjadi di masa depan.

Filsafat pendidikan mengajarkan anak/mahasiswa untuk bertanya “mengapa”, “bagaimana” dan “apa maksudnya”. Ini bukan hanya tentang menghafal fakta, ini tentang memahami dan menerapkan pemikiran kritis.

Di sekolah dasar maupun perguruan tinggi unsur filsafat dapat diperkenalkan ke dalam pembelajaran melalui pertanyaan sederhana seperti “Mengapa kita belajar?” atau “Apa yang menentukan baik atau buruknya suatu tindakan?”. Filsafat pendidikan membantu menetapkan landasan nilai, tujuan dan metode pembelajaran untuk mencapai perkembangan kognitif, emosional, dan sosial yang seimbang.

Penerapan filsafat dalam pendidikan dasar maupun perguruan tinggi kondusif untuk memantapkan landasan moral dan etika siswa/ mahasiswa. Melalui pendidikan nilai filosofis, anak/siswa dapat memahami konsep moral, menumbuhkan sikap empati, kejujuran dan tanggung jawab serta membentuk karakter anak menjadi lebih kuat.

Salah satu manfaat utama pengajaran filsafat di tingkat dasar maupun perguruan tinggi adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis. Siswa/ mahasiswa dilatih untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, namun juga mempertanyakan, menganalisis dan mengevaluasi informasi tersebut. Hal ini tidak hanya mengembangkan pemikiran logis tetapi juga membantu mereka membuat keputusan sejak dini.

Singkatnya, penerapan filsafat dalam pendidikan dasar sampai perguruan tinggi mempunyai manfaat yang besar dalam membentuk karakter intelektual dan moral siswa/mahasiswa. Menciptakan lingkungan yang menyambut dan siswa/mahasiswa menjadi individu yang kritis, berempati dan kreatif sehingga mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan.

Tidak Terjadi Secara Spontan atau Instan

Sejauhmana orientasi pendidikan sebagai sarana proses transfomasi ilmu pengetahuan? Tidak terjadi secara spontan dan instan. Namun adanya suatu mekanisme dan perencanaan sebagai kerangka, perangkat yang di susun oleh lembaga yang bertugas berdasarkan kebutuhan instansi untuk sampai pada tujuan tersebut, maka proses belajar mengajar sebagai upaya transformasi penanaman ilmu pengetahuan harusnya memiliki landasan filosofi sebagai dasar acuan dalam keberlangsungan pendidikan.

Filosofi belajar adalah sebuah keyakinan atas konsep yang diupayakan untuk merekontruksi metode belajar, dengan memahami prinsip unsur serta faktor-faktor pada proses yang berlangsung dengan mempertayakan hakikat makna belajar serta tujuan belajar itu sendiri.

Filsafat belajar berusaha untuk menelaah secara mendalam suatu proses belajar mengajar, dengan mempertanyakaan apakah belajar dan mengajar itu sama atau berbeda? Diksi belajar mengajar meniadakan objek di dalam transformasi ilmu pengetahuan yang harus berlangsung secara dialektis agar manusia atau peserta didik/pendidik menemukaan kemerdekaan sesuai kehendak potensinya.

Sebab belajar merupakan proses interaksi antar subjek melalui bahasa verbal visual. Sejatinya belajar merupakan kegiatan pertukaran informasi. Ketidakefektivan dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi minat generasi untuk membaca. Kemauan membaca peserta didik harus didisain dari sistem pembelajaran dan lingkungan pendidikan tertentu.

Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kembali sistem pendidikan sebab Indonesia termasuk negara yang paling rendah minat baca para generasinya. Indonesia tergolong negara minat baca masih sangat rendah. Isu tentang rendahnya minat baca anak-anak kita terus bergulir.

Minat membaca buku di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Data UNESCO (2023) menyebut indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya di angka 0,001% atau dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Sementara Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah merilis hasil riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Disiplin edukasi yang ketat melalui proses dialektika sangat membentuk minat baca para pendidik apabila proses belajar mengajar didisain berdasarkan kultur akademis yakni setiap argumentasi harus memiliki kebenaran ilmiah setiap ruang kelas lingkungan luar kelas pun dijadikan tempat perdebatan secara akademis.

Dialog seperti ini membutuhkan banyak referensi dan pada akhirnya yang tidak membaca akan bingung, siapa yang punya prespektif bebas berargumen. Pola belajar seperti akan mengharuskan peserta didik untuk harus membaca, solusinya dapat dikembalikan spirit membaca melalui proses belajar mengajar. Pernyataan di atas mengingatkan kita untuk menelaah kembali secara filosofi sistem pembelajaran kita.

Belajar Dari Tri Filsuf Yunani

Bagaimana pemikiran filsafat Socrates, Plato,dan Aristoteles? Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir. Sementara Plato menekankan perlunya mencari “kebenaran” sekaligus mempertahankan pemikiran kritis, sedangkan Aristoteles memandang bahwa segala sesuatu harus dapat terdefinisikan dan terkategorikan-orang menyebutnya juga pemikiran “kategoris”.

Berdasarkan pernyataan ini, dapat dipahami bahwa ruang kelas komunitas dan sebagainya harus menganilisis suatu fenomena secara alamiah terjadi perbedaan argumentasi, cara pandang pada objek yang sama pada konteks tertentu. Perbedaan ini yang kemudian memberi pesan kepada masing-masing individu untuk memahami dan mengembangkan sesuai potensinya.

Belajar adalah proses menganalisis, memahami, mencari tahu kebenaran dari sesuatu, sedangkan mengajar merupakan motode dari belajar itu sendiri. Ketika seorang pendidik menyampaikan materi pada ruang kelas sangat tidak mungkin dia mengetahui kebenaran dari  semuanya.

Lewat proses interaksi dua arahlah memberi pesan kepada masing-masing sehingga pada saat itu pun ilmu pengetahuan berkembang. Seorang pendidik dapat memahami keunikan karakter semua siswa dan kemampuan mereka melalui suatu kegiatan dealektis yang di mana melalui proses itulah eksperimen mulai bekerja untuk menemukan teori baru. Seorang dokter dapat menemukan penyakit yang berbeda karena ada pasien yang dirawat tubuh pasien itulah yang mengajarkan si dokter bahwa ada hal yang berbeda bahkan yang belum diketahui.

Proses emansipasi

Metode pembidanan atau maieutika tekhne merupakan metode Socrates dalam belajar, proses pembinaan ini dalam bentuk menguji dengan memberikan pertanyaan terus menerus. Socrates dalam buku-buku Plato, merupakan filsuf yang paling banyak bertanya sepanjang sejarah filsafat.

Belajar bukanlah mengajar. Kata belajar bermakna menuntut, menuntun bentuk kesantunan sebagai hamba, mahluk sosial, karena manusia sebagai mahluk fana yang memiliki kecenderungan (fitrah) sebagai potensi bukan sesuatu yang sudah final.

Sedangkan mengajar adalah proses, suatu kegiatan, aktivitas belajar itu sendiri yang pada konteks tertentu memiliki potensi untuk mengarahkan sesuai kemampuan ilmu pengetahuannya. Kita harus memiliki prinsip dalam belajar bahwa menuntut dan menuntun sebagai konsekuensi dalam belajar merupakan bentuk kesetaraan dudukan sebagai bentuk keadilan sesama subjek bukan salah satu sebagai objek.Manusia harus menjunjung tinggi nilai melalui proses transformasi disiplin dua arah agar individu secara merdeka, berkembang dan berasumsi sesuai potensi diri sebagai sikap memanusiakan manusia (humanisasi).

Berdasarkan penjelasan di atas, asas sebagai sesuatu kebenaran pembelajaran yang menjadi dasar belajar atau tumpuan berpikir, pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pembelajaran. Dasar utama pembelajaran adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri, karena manusia sebagai animal rasional telah mempunyai pengetahuan bawaan sesuai kecenderungannya atau meminjam kalimat KH Ahmad Dahlan, bahwa manusia bisa menjadi guru untuk dirinya sendiri dan bisa menjadi guru untuk orang lain.

Menurut Ben Senang Galus (2023) pendidikan harus diarahkan kepada proses emansipasi para mitra didik. Non multa sed multum, bukan yang tahu banyak, tetapi yang tahu mendalam, kata adagium romawi klasik. Yang multum (tahu mendalam) tidak muncul dari sistem drill dan hafalan. Suatu sistem yang mendasarkan pada drill dan hafalan belaka hanya menumbuhkan yang multa (tahu banyak, tetapi tak mendalam), siap pakai dalam arti siap disuruh. Oleh karena itu, tiga sasaran emansipatorik harus kita kejar, yaitu, manusia yang eksplorator,manusia kreatif dan manusia yang integral.

Ketiga komponen inilah yang diyakini lebih dapat menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat. Pribadi ini dihadirkan dengan mengembangkan potensi yang sejak semula sudah ada sejak lahir, punya multi potensi. Anak hadir dengan segala keunikannya yang sudah membawa daya hidup masing-masing. Untuk itu, dalam mendampingi perkembangan anak digambarkan sebagai bidan yang membantu kelahiran.

Karena itu dengan keunikan masing-masing yang menjadi bawaan lahir sebagai potensi, kehadiran  pendidik sebagai sahabat kebijaksanaan agar menghindari pendidik yang arogan, desas desus serta suka berikan PR tanpa interaksi edukasi yang efektif akan mengalami disfungsi dalam belajar.

Mengevaluasi Pembelajaran

Ada adagium filosofis, “kesuksesan hanya bisa diraih jika kamu mau memulai”. Adagium ini menganndung makna, tujuan khusus suatu metologis keyakinan mencipta atau menjadikan, mwnumbuhkan, mengembangkan manusia sesuai potensinya, berilmu bermartabat yang selalu giat mencari eksistensi kenyataan kebenaran dari masalah pokok keilmuan.

Kedudukan filsafat sebagai induk segala pengetahuan (queen of knowledge) sangat penting sebagai  landasan pengembangan keilmuan. Secara metodologis filosofi berkerja untuk mempertahankan nilai (value), maka kehadiran filsafat belajar untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah berlansung selama ini.

Tantangan masa depan begitu berat dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dan menuntut sumber daya manusia yang berkualitas, maka dengan memahami hakikat belajar kita dapat menyerap ilmu pengehuan yang dapat membentuk generasi, manusia cerdas, kritis. 

Pada hakikatnya filsafat mengajarkan setiap orang untuk berpikir kritis dan mendalam tentang sesuatu. Hasil dari pemikiran dan pemahaman tentang sesuatu tersebut akan mengarahkan kepada pelakuknya untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Bagi para pendidik untuk memahami filosofi pembelajaran snagat penting. Kita perlu membangun tekat yang kuat serta memahami bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa harus melalui pendidikan, sebagai unsur yang amat penting.

Belajar merupakan proses transaksi pikiran serta penanaman ilmu pengetahuan melalui disiplin edukasi agar eksistensi/ keberadaan setiap individu sebagai mahluk yang merdeka dapat mengembangkan potensinya.

Sebuah ikhtiar pembelajar yang efektif  harus memiliki sistem yaitu, tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran, instrumen dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran, metode pembelajaran, serta kesimpulan rasional. Sekiranya dengan filsafat belajar sebagai landasan filosofi, dapat menjawab kebutuhan dasar peserta didik melalui kegiatan dialektis agar tercapainya suatu konsep belajar secara  merdeka. (Ali Mansur Monesa, Mahasiswa UPY, Yogyakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *