IAFMI Bersama SKK Migas Kembali Menggelar Forum Fasilitas Produksi Migas

beritabernas.com – Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) bersama SKK Migas kembali menggelar Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM). Kali ini acara yang digelar di Hotel Marriot Kota Yogyakarta pada 29-31 Agustus 2023 ini dibuka oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

FFPM kali ini menghadirkan berbagai tokoh penting di antaranya Wahyu Wibowo (Deputi Eksploitasi mewakili Kepala SKK Migas), Triharyo Susilo (Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Industri dan Infrastruktur), Taufik Aditiyawarman (Ketua Umum IAFMI), Ronald Gunawan (Director & COO Medco Energi), Awang Lazuardi (Direktur Pengembangan & Produksi PHE) dan Oki Muraza (SVP RTI Pertamina).

Ketua Umum IAFMI Taufik Aditiyawarman mengatakan tema FFPM tahun ini Toward a Sustainable Future: Designing, Executing, Maintaining Safe and Reliable Facilities in the Energy Transition sejalan dengan tuntutan global akan energi yang lebih bersih untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan ekosistem.

Peserta dan narasumber Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) foto bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Hotel Marriot Kota Yogyakarta, 29 Agustus 2023. Foto: Istimewa

Dikatakan, IAFMI sebagai organisasi para profesional fasilitas produksi di hulu, tengah dan hilir migas berkomitmen untuk mengajak masyarakat dan pemangku kepentingan untuk berkontribusi dalam agenda besar ini.

Menurut Taufik, dalam melaksanakan transisi energi, baik pemerintah, badan usaha dan perusahaan dihadapkan pada tantangan apa yang disebut dengan Energy Trilemma. Yaitu bagaimana kita mampu menyeimbangkan dan menyelaraskan 3 spek krusial yaitu energy security dalam hal ini bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan energi nasional, baik dari hulu untuk pemenuhan target hingga di hilir yaitu pemenuhan produk turunan minyak mentah.

Kemudian, energy equity yakni bagaimana dalam menjalankan bisnis, investasi yang dikeluarkan harus optimal dan menjaga daya beli masyarakat melalui produk yang affordable; dan environmental sustainability, yang akhir-akhir ini menjadi topik yang cukup hangat, dimana Indonesia telah menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dan porsi EBT pun ditargetkan meningkat secara signifikan

Semetara Staf Khusus Menteri ESDM Triharyo menyampaikan investasi Migas pada era transisi ini berpotensi besar untuk berbalik arah dengan sistem production sharing yang tepat, fiscal terms yang menarik, penataan participating interest (PI), pengembangan CCS dan CCUS dan penyelesaian permasalahan perpajakan dan KKP.

BACA JUGA:

Meurut Triharyo, ivestasi migas perlu didorong ke arah Indonesia timur, sejalan dengan hasil seismik yang dilakukan secara masif saat ini menghasilkan fokus pada 5 area timur di Buton, Timor, dan Papua.

Sementara itu Guberur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pemerintah DIY telah mulai pemanfaatan energi terbarukan dari tenaga matahari sampai pemanfaatan sampah. Falsafah hidup yang selama ini telah ada di Yogyakarta sejak tahun 1750 yaitu Memayu Hayuning Bawono telah diusulkan untuk menjadi bagian dari kekayaan Unesco.

Dalam diskusi lanjutan, menurut Sultan HB X, Unesco menterjemahkan Memayu Hayuning Bawono dalam bahasa Inggris sebagai Sustainable Development atau pembangunan yang berkelanjutan.

Wahyu Wibowo yag mewakili SKK Migas mengatakan bahwa di tengah masa transisi energi ini, kita tidak boleh melupakan aspek ketahanan energi demi kedaulatan dan kemajuan bangsa. “Dalam konteks ini, industri migas berperan menjembatani transisi energi tersebut. Lebih dari itu, industri migas masih menjadi kunci penyediaan energi bagi transisi masa depan Indonesia,” kata Wahyu Wibowo.

Dikatakan, dari sisi pelaku industri migas, kita tidak bisa melakukan kerja dengan pendekatan business as usual. Sejumlah adaptasi baru harus dilakukan dalam masa transisi. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat melakukan kegiatan operasi migas dengan meminimalkan emisi karbon. Pendekatan-pendekatan baru ini tentunya akan memberikan peluang sekaligus tantangan yang harus kita siapkan strategi untuk menghadapinya.

3 agenda besar

FFPM tahun 2023 ini terbagi menjadi 3 agenda besar dalam 3 hari pelaksanaan yaitu diskusi panel pada hari pertama, technical breakout session pada hari kedua dan business forum pada hari ketiga.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X membuka Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) di Hotel Marriot Kota Yogyakarta pada 29 Agustus 2023. Foto: Istimewa

Diskusi panel pertama bertema Long Term Outlook Energy Supply and Demand menghadirkan panelis Noor Arifin Muhammad, Direktur Hulu Migas Ditjen Migas, Ronald Gunawan dan Awang Lazuardi. Sedangkan diskusi panel kedua Role of Oil and Gas Sector in Energy Transition menghadirkan Wahyu Wibowo, Oki Muraza dan Rahmat Dewanto.

Pada hari kedua peserta dapat mengikuti forum diskusi lesson learned dan best practice dari 4 breakout session, Design & Technology, Project Management, Operation & Maintenance dan Sustainability. Selain itu FFPM 2023 juga menghadirkan sekitar 37 booth pelaku bisnis dan 8 sesi technology update dari para penyedia barang dan jasa industri fasilitas produksi migas.

Semetara yang terbaru dari FFPM tahun ini adalah untuk pertama kalinya penyelenggaraan Innovation Award, yaitu ajang kompetisi untuk seluruh anggota IAFMI yang telah sukses menciptakan gagasan atau breakthrough yang telah berhasil diimplementasikan dan memberikan dampak positif dalam lingkungan kerjanya.

FFPM sendiri merupakan forum dimana para pemangku kepentingan baik dari ESDM, SKK Migas, kontraktor KKS sampai ke konsultan, penyedia barang, jasa dan akademisi berkumpul untuk berbagi ide, pengetahuan, pembelajaran dan praktik terbaik sesuai dengan kompetensi masing-masing. FFPM 2023 merupakan forum kelima setelah dilaksanakan di kota Bandung tahun 2022. (ari rheno prakosa)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *