Masa Prapaskah Diawali Rabu Abu, Ini Makna APP bagi Umat Katolik

beritabernas.com – Umat Katolik seluruh dunia sudah memasuki masa Prapaskah tahun 2023. Hal ini diawali dengan Rabu Abu pada hari Rabu 20233. Selama masa Prapaskah, umat melakukan APP (aksi puasa pembangunan).

Masa Prapaskah bagi umat Katolik berlangsung selama 40 hari dimulai dari Rabu Abu hingga hari Jumat Agung atau hari peringatan wafat Yesus Kristus (Isa Al Masih). Masa Prapaskah diisi dengan aksi puasa pembangunan (APP).

BACA BERITA TERKAIT:

Lalu, apa makna APP (aksi puasa pembangunan) bagi umat Katolik? Menurut Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko, APP adalah aksi pertobatan yang diwujudkan dalam tindakan. Pertama, olah rohani seperti tekun dalam doa, devosi, renungan harian dan sabda agar jiwa kita semakin berkembang dan dewasa, mudah memaafkan, mudah memberi, ringan terlibat dan gembira melayani.

Kedua, mati raga selama 40 hari dalam bentuk berpantang kecil, berpantang dan berpuasa. “Mati raga ini diwujudkan dalam tindakan kasih bagi sesama, salah satunya berupa pengumpulan dana APP ke dalam kotak APP,” kata Mgr Robertus Rubiyatmoko.

Umat Katolik mengikuti misa Rabu Abu di Gereja Babadan. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Pantang kecil adalah mengurangi sebagian kesenangan, pantang adalah menolak sebagian kesenangan dan puasa adalah menolak semua kesenangan dan mengurangi jumlah makan.

Sementara semangat perwujudan mati raga adalah setiap jiwa diberkati dengan belas kasih Allah yang tidak berkesudahan. Selain itu, setiap jiwa bersyukur dan bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain yang membutuhkan.

Melalui gerakan APP, umat beriman digerakkan bersama untuk dengan kemerdekaan hati membangun pertobatan mulai dengan menyadari dan berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, bermatiraga dengan puasa dan pantang.

Umat Katolik memadati gereja mengikuti misa Rabu Abu di Gereja Babadan, Selasa 21 Pebruari 2023. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Selain itu, berusaha tekun dan setia dalam doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, mengikuti Ekaristi, menyesali segala dosa dan menyambut sakramen tobat, memperdalam pemahaman iman, melalui aneka katekese dan belajar peduli serta berbelarasa dengan sesama yang menderita dan berkekurangan.

“Dengan segala upaya yang dilakukan selama masa Prapaskah maka kita berharap akan terbangun kembali kedamaian hidup yang rusak karena dosa dan kesalahan,” kata Uskup Agung Semarang. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *