Meski Tingkat Literasi Tinggi, Namun Inklusi Keuangan Syariah Masih Rendah

beritabernas.com – Meski tingkat literasi keuangan syariah cukup tinggi mencapai 43,42 persen, namun inklusi keuangan syariah hanya sebesar 13,41 persen. Literasi keuangan meliputi pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku masyarakat, sementara inklusi keuangan menyangkut penggunaan (usage) atau akses terhadap produk dan layanan keuangan.

Demikian salah satu hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil SNLIK 2025 ini diumumkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono di Kantor Badan Pusat Statistik Jakarta, Jumat 2 Mei 2025.

Dari hasil SNLIK 2025 ini terungkap bahwa secara umum indeks literasi dan inklusi keuangan 2025 meningkat. Jika tahun 2024, indeks literasi keuangan sebesar 65,43 persen namun tahun 2025 menjadi 66,46 persen, sementara indeks inklusi keuangan tahun 2025 menjadi 80,51 persen atau meningkat dibanding tahun 2024 yang hanya mencapai 75,02 persen.

Friderica Widyasari Dewi (kiri) dan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono saat mengumumkan hasil SNLIK 2025 di Kantor Badan Pusat Statistik Jakarta, Jumat 2 Mei 2025. Foto: Humas OJK

Menurut Friderica Widyasari Dewi, SNLIK yang dilakukan OJK bersama BPS untuk mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia sebagai landasan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan ke depan. SNLIK 2025 merupakan yang kedua setelah tahun 2024 lalu.

Dikatakan, SNLIK 2025 menggunakan parameter literasi keuangan yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) terhadap produk dan layanan keuangan.

Inklusi keuangan adalah kondisi di mana setiap anggota masyarakat memiliki akses yang mudah dan merata terhadap layanan keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, lancar dan aman, dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing guna meningkatkan kesejahteraan. 

BACA JUGA:

Dengan kata lain, inklusi keuangan berarti memastikan bahwa semua orang, termasuk mereka yang berpenghasilan rendah dan berada di daerah terpencil, memiliki akses ke layanan keuangan seperti perbankan, asuransi, investasi dan layanan keuangan digital. 

Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan, penghitungan SNLIK 2025 dilakukan menggunakan dua metode, pertama, Metode Keberlanjutan, yakni metode perhitungan yang dilakukan dengan cakupan 9 sektor jasa keuangan (Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun, Pergadaian, Lembaga Keuangan Mikro, Fintech Lending (Pindar), PT Permodalan Nasional Madani) dan Penyelenggara Sistem Pembayaran (PSP) seperti pada SNLIK 2024 sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan program literasi dan inklusi keuangan OJK.

Yang kedua, Metode Cakupan DNKI, yakni metode penghitungan yang memperluas cakupan sektor keuangan dengan penambahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan serta Lembaga Jasa Keuangan Lain (Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/Penyelenggara Perdagangan Aset Kripto/PT Pos Indonesia/Lembaga Penjaminan/dan lain-lain).

Para pejabat OJK dan BPS foto bersama pada acara pengumuman hasil SNLIK 2025 di Kantor Badan Pusat Statistik Jakarta, Jumat 2 Mei 2025. Foto: Humas OJK

Metode Keberlanjutan menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia sebesar 66,46 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 80,51 persen. Sementara metode Cakupan DNKI menunjukkan indeks literasi keuangan  sebesar 66,64 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 92,74 persen.

“Baik melalui Metode Kebelanjutan maupun Cakupan DNKI, literasi keuangan syariah mencapai
43,42 persen dan inklusi keuangan syariah sebesar 13,41 persen,” kata Frederica.

Dikatakan, pendataan rumah tangga sampel SNLIK 2025 dilakukan mulai 22 Januari hingga 11 Februari 2025 di 34 provinsi yang mencakup 120 kota/kabupaten termasuk 8 wilayah kantor OJK (1.080 blok sensus). Jumlah responden SNLIK 2025 sebanyak 10.800 orang yang berumur antara 15 sampai dengan 79 tahun. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *