beritabernas.com – Dr Y Sri Susilo, Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, meminta reporter/jurnalis untuk menyampaikan laporan atau berita ekonomi yang baik, benar dan menarik.
Berita atau laporan yang baik, menurut Y Sri Susilo, dalam arti mencakup penentuan sudut pandang (angle) yang menarik, riset mendalam dan penyajian informasi secara akurat, objektif dan relevan. Selain itu, menggunakan struktur piramida terbalik dengan informasi terpenting di awal, bahasa sederhana. Sedangkan berita yag benar dalam arti laporan didukung data yang valid.
“Jangan lupa cantumkan sumber terpercaya dan hindari jargon teknis yang rumit atau bias,” kata Dr Y Sri Susilo dalam acara Ngobrol Santai Bareng Media di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, Rabu 12 November 2025). Pada kesempatan itu juga disampaikan kondisi perekonomian DIY terkini oleh Sri Darmadi Sudibyo (Kepala Perwakilan BI DIY).
Baca juga:
- Hadiri Media Gathering, Wawan Harmawan Berharap Media Buat Berita yang Menyejukkan
- Kemampuan Menulis Terwujud Ketika Seseorang Berani Memulai dan Konsisten Terus Menulis
Dengan mengangkat topik Data untuk Laporan Berita Ekonomi, dalam acara Ngobrol Santai Bareng Media yang dihadiri oleh 30 reporter/jurnalis baik media cetak, online dan elektronik serta Hermanto (Deputi Kepala Perwakilan BI DIY) itu, Y Sri Susilo menegaskan bahwa laporan berita ekonomi dan bisnis juga harus menarik.
Berita atau lapora yang menarik jika menyajikan data informatif, mengutip data sekunder dan sebaiknya sumber primer. Misalnya, data inflasi mengacu dari sumber BPS, untuk data Jumlah Uang Beredar (JUB) bersumber dari BI.
Selain itu, jika ragu terhadap data atau informasi maka jurnalis wajib melakukan konfirmasi ke sumber primer khusunya lembaga yang menerbitkan data. Kemudian, penyajian dalam laporan sebaiknya dibandingkan dengan cross section, misalnya antar sektor atau daerah, dan time series, misalnya dibandingkan dari waktu ke waktu, misalnya bulanan, triwulanan atau tahunan.

“Pada saat mengutip data dari lembaga resmi, wajib melihat definisi operasional dari data tersebut. Hal ini penting dilakukan karena perbedaan definisi menjadikan datan juga berbeda. Sebagai contoh, data ekspor menurut BPS dan BI tentu datanya berbeda. Definisi ekspor BPS dengan basis perhitungan free on board (fob), sedangkan definisi ekspor BI dengan basis perhitungan cost insurance and freight (cif),” kata Susilo.
Menurut Susilo, reporter dan jurnalis menjadi sangat penting khususnya menyampaikan data kemudian dilaporkan menjadi informasi yang mudah dipahami oleh pembaca, penonton dan pendengar media cetak, online dan elekronik. “Reporter dan jurnalis yang baik adalah mereka yang mampu melaporkan data menjadi informasi yang menarik dan mudah dipahami,” tegas Susilo yang mempunyai hobby gowes.
Pertumbuhan ekonomi
Dalam sesi tanya jawab, sebagain besar bertanya terkait prospek pertumbuhan ekonomi nasional dan DIY tahun 2026. Pertanyaan tersebut diajukan ke Sri Darmadi Sudibyo dan Hermanto. Pada intinya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026 diperkirakan masih tumbuh sedikit diatas 5%.
Demikian pula untuk perekonomian DIY, namun pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan alan lebih tinggi dari perekonomian nasional.
Terkait dengan isu redominasi rupiah, menurut Susilo, kebijakan tersebut bertujuan untuk efisiensi dalam menyusun laporan keuangan. Redominasi tidak akan merubah nilai rupiah baik nominal dan rill. “Kebijakan sanering dan devaluasi rupiah yang lebih berdampak pada nilai rupiah yang dapat mempengaruhi perekonomian,” kata Susilo. (phj)
There is no ads to display, Please add some