Prof Muhamad Syamsudin, Guru Besar ke-25 UII

beritabernas.com – Dosen Fakultas Hukum UII Dr Muhamad Syamsudin SH MH menerima Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI tentang Kenaikan Jabatan Akademik Profesor dalam Bidang Ilmu Hukum. Dengan demikian, Prof Dr Muhamad Syamsudin SH MH merupakan Guru Besar ke-25 UII.

Penyerahan surat keputusan kenaikan jabatan akademik profesor tersebut dilakukan di Gedung Kuliah Umum Prof Dr Sardjito Kampus Terpadu UII oleh Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof drh Aris Junaid, PhD kepada Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD untuk kemudian diteruskan kepada Dr Muhamad Syamsudin, Kamis (31/3/2022).

Rektor UII Prof Fathul Wahid mengungkapkan rasa syukur dan bahagia dengan raihan jabatan profesor yang diperoleh Muhamad Syamsudin. Dengan raihan ini, Prof Syamsudin menjadi guru besar ke-25 di lingkungan UII dan guru besar ke-8 dari Fakultas Hukum UII.

Prof Fathul Wahid menyampaikan narasi tentang matinya kepakaran di dalam dunia akademik yang berdampak pada menurunnya kepercayaan khalayak kepada para pakar atau ahli. Mengutip sebuah buku berjudul “The Death of Expertise” karya Tom Nichols yang dirilis pada tahun 2017, Prof Fathul Wahid menganggap bahwa topik ini sangat relevan terhadap realita pendidikan yang ada di Indonesia.

Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD (tengah) menyerahkan SK Guru Besar kepada Dr Muhamad Syamsudin (kanan) disaksikan oleh Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof drh Aris Junaid, PhD (kiri) di Gedung Kuliah Umum Prof Dr Sardjito Kampus Terpadu UII oleh kepada, Kamis (31/3/2022). Foto: Humas UII

Dengan melihat fakta-fakta bahwa semakin banyak berita palsu atau hoax yang bertebaran di dunia maya serta para pengguna internet yang lebih memilih untuk percaya kepada berita-berita tersebut dibandingkan dengan pendapat para ahli. Rektor UII ini menggunakan istilah “erosi” untuk menggambarkan terkikisnya kepercayaan masyarakat kepada para pakar.

Kerendahan hati juga sangat ditekankan oleh Prof Fathul Wahid. Ia menambahkan tentang bagaimana seharusnya para ahli bertindak dalam era abu-abunya validitas informasi seperti sekarang. Pengayaan sumber informasi, cermat dalam melakukan validasi serta gencar melantangkan pendapat intelektual dalam berbagai platform adalah contoh-contoh yang ia tawarkan sebagai bentuk perlawanan terhadap statement “matinya para pakar”.

Prof Fathul Wahid mengemukakan nilai kejujuran sebagai pelengkap dari nilai rendah hati yang hendaknya dimiliki oleh para profesor sebagai bagian dari para ahli. “Saya tambahkan di sini hadirin yang mulia, semuanya itu perlu dilakukan dengan kejujuran. Pelajaran ini valid juga untuk konteks Indonesia dan banyak belahan bumi lain,” kata Prof Fathul.

Sementara Prof Aris Junaidi menyampaikan beberapa pesan kepada Prof. Syamsudin. Menurut Prof Aris, proses dalam menyandang gelar guru besar merupakan proses yang sangat lama dan perlu ketekunan dalam suatu bidang ilmu.

“Ini menjadi satu tugas yang mulia. Tentu sebagai pendidik untuk tidak hanya men-generate income bagi fakultas hukum maupun UII, tapi juga menghasilkan karya-karya, temuan-temuan baru, opini maupun menghasilkan lulusan-lulusan baik magister maupun doktor yang betul-betul berkualitas tinggi,” harap Prof Aris Junaidi.

Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII Suwarsono Muhammad mengaku takut kehilangan Prof M Syamsudin yang menjadi Sekretaris Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII periode 2018-2023. Suwarsono menganggap pembacaan surat keputusan kali ini menjadi sedikit berbeda. Ia menyampaikan beberapa hal yang dilabelinya sebagai “sambutan yang cukup personal”, yang berkenaan dengan perasaan pribadinya.

“Terus terang saja, saya takut kehilangan Pak Syam, Jangan-jangan pak Syamsudin yang kemarin itu berbeda dengan pak Syamsudin hari ini dan besok-besok. Setelah mendapatkan gelar guru besar,” tutur Suwarsono.

Hal ini didasari pada pengalaman pribadinya, yang kemudian menilai ketawadhuan Prof Syamsudin yang berbeda dengan beberapa calon guru besar yang ia kenal. Bahkan berita tentang kenaikan jabatan Syamsudin diperolehnya dari orang lain. Nilai-nilai rendah hati tersebut diharapkan dapat terus dipelihara oleh Syamsudin saat menyandang gelar guru besar. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *