Rektor UII Ajak Wisudawan agar Memiliki Empati Terhadap Palestina

beritabernas.com – Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengajak para wisudawan UII agar memiliki empati terhadap perjuangan bangsa Palestina. Sebab, sampai saat ini belum ada tanda-tanda serangan Israel terhadap Palestina akan dihentikan, meski beragam lembaga dunia sudah berteriak meminta agar serangan segera dihentikan.

Ajakan itu disampaikan Rektor UII Prof Fathul Wahid pada acara Wisuda Doktor, Magister, Sarjana dan Diploma UII Periode V Tahun Akademik 2023/2024 di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Sabtu 25 Mei 2025.

Wisuda kali ini diikuti 676 alumni yang terdiri dari 3 doktor, 91 magister, 581 sarjana, 1 ahli madya. Dengan demikian, sejak berdiri sampai hari ini, UII sudah meluluskan 126.059 alumni.

Menurut Rektor UII, daTa yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (ochaopt.org), sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023 hingga sekarang, jumlah korban jiwa di Palestina sudah mencapai lebih dari 35.000, sedangkan lebih dari 79.000 lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, lebih dari 70.000 rumah rusak dan sekitar 1,7 juta jiwa kehilangan tempat tinggal.

Dikatakan, ini merupakan cerita miris dari penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Israel sudah sejak lama menjalankan politik apartheid  berupa “tindakan tidak manusiawi yang dilakukan demi membangun dan melanggengkan dominasi oleh satu kelompok rasial terhadap kelompok rasial lainnya, dan secara sistematis bersifat menindas”.

Rektor UII bersama senat UII memimpin upacara wisuda UII periode V, Sabtu 25 Mei 2024. Foto: Humas UII

Mereka juga telah melakukan genosida secara bertahap (Chomsky & Pappé, 2016) berupa pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkannya dari muka bumi.

Menurut Prof Fathul Wahid, saat ini semakin banyak negara di dunia yang mengakui negara Palestina. Bahkan pada Selasa 21 Mei 2024, Spanyol, Irlandia dan Norwegia secara resmi menyatakan pengakuan yang berlalu efektif mulai 28 Mei 2024. Pengakuan ini telah membuat Perdana Menteri Israel geram.

Sementara Indonesia sendiri sudah mengakui secara resmi negara Palestina pada 1988, beberapa saat setelah Palestina diproklamasikan sebagai negara merdeka, pada 15 November 1988. Proklamasi itu dilakukan oleh Yasser Arafat, Pimpinan PLO (Palestine Liberation Organization, Organisasi Pembebasan Palestina) dari Aljazair.

BACA JUGA:

Hingga kini sebanyak 144 dari 193 negara anggota PBB telah menyetujui Palestina bergabung ke PBB (Reuters, 2024). Meski demikian, sebagian kecil negara lain, tidak menyetujui, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara di Eropa Barat (Aljazeera, 2024). Sampai hari ini, Palestina belum bisa menjadi anggota penuh PBB. Pada April lalu, Amerika Serikat menggunakan  hak vetonya untuk menolak usulan tersebut (UN, 2024).

Menurut Rektor UII, ini menjadi bukti bahwa banyak negara di dunia yang menggunakan standar ganda dalam menyikapi kasus Palestina. Kita menyaksikan hipokrisi atau kemunafikan yang nyata di pentas dunia.

“Hari ini, melalui mimbar ini, saya mengajak semua wisudawan dan hadirin sekalian, untuk meningkatkan empati atas penjajahan yang terjadi di Palestina. Kita bisa sisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka. Banyak lembaga yang menggalang dana. UII juga menggalang melalui UIIPeduli,” kata Rektor UII.

Rektor UII bersama wakil wisudawan periode V, Sabtu 25 Mei 2024. Foto: Humas UII

UII juga sudah sejak lama memberikan beasiswa ke mahasiswa dari Palestina: lima kursi per tahun, meski tidak selalu terpenuhi, karena beragam alasan. UII juga mengirimkan bantuan ke sana, baik melalui Kedutaan Palestina di Jakarta, maupun melalui lembaga kemanusiaan yang beraktivitas di sana, seperti MER-C yang mengelola Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

Kita bisa jika lantangkan suara kita untuk mendukung mereka. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari itu. Kita bisa juga sisipkan doa untuk dilangitkan demi kebaikan dan perdamaian permanen di Bumi Palestina.

“Tidak perlu menjadi muslim untuk tersentuh dengan tragedi kemanusiaan yang ada di Palestina. Yang kita perlukan hanyalah dengan tetap menjadi manusia yang jujur dan tidak kehilangan nurani dan kemanusiaannya,” kata Prof Fathul Wahid. (lip)



There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *