Rindu Masakan Ibu, 26 Penulis Terbitkan Buku

beritabernas.com – Setiap pribadi mesti memiliki pengalaman mengesankan saat dibuatkan masakan oleh ibunda tercinta. Dari kerinduan terhadap masakan ibu tersebut, 26 penulis yang tergabung dalam Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati menerbitkan antologi cerita pendek yang diberi titel MANCI yang merupakan akronim Masakan Penuh Cinta dari Ibu dengan PJ Anastia Yuniarti Wadhas Wulan.

Menurut Vitriya, 26 penulis adalah mereka yang telah terseleksi dari puluhan tulisan lainnya. Dan itu pun tidak serta merta semua diterima namun ada beberapa yang mesti melakukan revisi sebagai upaya menjaga kualitas karya.

“Masakan sama bahannya, cara memasaknya, bahkan ukuran bumbunya. Tetapi masakan ibu ternyata paling disuka karena ada cinta di sana. Semoga buku ini menjadi persembahan bagi para ibu atas perjuangan mereka menyiapkan masakan bagi seluruh anggota keluarganya tanpa kenal lelah,” terang Vitriya.

Guru MTsN 3 Bantul, Sutanto, menceritakan tentang masakan spesial dari ibunya saat masih duduk di SD Wuluhadeg 2 Sanden, yaitu Sambel Gepeng yang biasanya digunakan dalam upacara wiwitan. Sambal yang rasanya gurih pedas dan membuat nafsu makan meningkat berbahan kacang tholo, bawang, kencur daun jeruk purut, gereh dan garam. Saat kecil, ia bersama keluarga tak pernah jajan, hanya mengandalkan masakan ibunya. Selain sambal yang khas tersebut ibunya juga sekali waktu melengkapi menu masakan dengan sayur kedelai, brongkos atau gudeg. Tak lupa dilengkapi dengan lauk tempe goreng (tempe garit).

“Masakan ibu dibuat tak hanya dengan kedua tangan namun juga dengan sentuhan kasih sayang sehingga menimbulkan kelezatan tiada terkira,” ujar Sutanto. 

Sebagian [enulis buku Masakan Penuh Cinta dari Ibu.Foto: Dok pribadi

Guru TK Garuda VI/ TK Kartika III -37 Kodim 0732 Sleman, Ngatinah membuat judul “Gula-gula Semut dari Ibu” yang menceritakan tentang Nana yang rajin membantu ibunya mengumpulkan daun kering untuk bahan bakar memasak nira yang di buat menjadi gula Jawa. Ia berharap mendapatkan imbalan dari kerak panci tempat masak nira/gula Jawa yang namanya Kereng Kereng yang di campur kelapa parut di buat bola-bola ini namanya Gula semut.

Saerozi, Guru SMK Negeri 1 Juwangi yang beralamat di Dukuh Lekok RT 2 RT 3  Penawangan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, membuat cerita Sayur Boros Idolaku. Isi ringkasnya kenangan terindah saat SD maupun SMP. Setiap selesai bermain setelah pulang sekolah, diberi menu Sayur Boros (Jangan Boros istilah jawanya) yang di janjikan sebelum berangkat sekolah. Komposisinya sama dengan sayur lodeh, tersusun dari bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, daun salam, kunci,  pete dan santan serta ada sentuhan sedikit ikan peda.

“Menurut ibuku, disebut Jangan Boros, falsafahnya tersembunyi dari komposisi sajian menu masakan tersebut. Dinamakan boros karena memang boros dalam segala hal. Boros waktu, boros tenaga, boros harganya, boros bumbunya, dan pastinya boros menikmatinya. Intinya aku diingatkan hidup itu jangan suka boros. Baik itu boros waktu, uang, atau boros dalam segala hal,” kata Saerozi. 

Guru SMPN 2 Ngemplak yang beralamat di Macanan Bimomartani Sleman, Dra Harini Catur Utami MPd menceritakan tentang nikmatnya berbagi. Keluarganya merupakan keluarga besar yakni 7 bersaudara yang biasa berbagi dalam menikmati masakan Sang Ibu. Apalagi saat bulan Ramadan, mereka menikmati kebersamaan buka bersama dan sahur.

BACA JUGA:

“Masih kuingat dengan jelas, tujuh piring selalu berjajar rapi dan segera terisi oleh nasi serta lauknya. Kami tinggal ambil sayur secukupnya. Kadang adikku minta diambilkan sayur karena ingin disuapi. Saat seperti itu selalu menjadi kenangan indah yang selalu menjadi bahan cerita menarik bagi anak cucu kami,” kenang Harini.

Guru TK Marsudirini Solo Oktaviana Sri Rejeki S.Kom, S.Pd yang akrab dipanggil Bunda Vivin menceritakan tentang anaknya yang memiliki rasa rindu pada masakannya sebagai sosok ibu, setelah berpisah cukup lama darinya. Anaknya yang merupakan atlet Selam andalan Jawa Tengah selalu kangen dengan Kari Ayam buatannya. 

“Dari mengikuti PON XX di Papua, begitu pulang anaknya langsung menghambur ke dapur mencari Kari Ayam kesukaannya dan lauk Mendoan. Itu makanan kesukaannya sejak kecil,” ujar Vivin.

Dari kisahnya Vivin berpesan agar kita jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu atas masakan yang dibuatnya. Hal ini sederhana, tapi sangat berarti bagi ibu. (sutanto)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *