Signifikansi Filsafat dalam Pendidikan

Oleh: Ali Mansur Monesa

beritabernas.com – Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar maka menulislah ssperti wartawan dan bicaralah seperti orator (HOS Tjokroaminoto).

Filsafat pendidikan memberikan fondasi lewat kritisisme yang ketat dalam metode belajar mengajar guru agar individu atau peserta didik memiliki pemikiran kritis terhadap bangsanya, minimal terhadap dirinya. Dengan metode filsafat membantu peserta didik untuk memikirkan setiap apa yang dia harus lakukan dan alasan melakukan tindakan atau keputusan yang diambil.

Awalnya sebutan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan (mother of science), sebab filsafat mampu menjawab pertanyaan tentang segala eksistensi atau segala hal yang ada, baik yang berhubungan dengan alam semesta, maupun manusia dengan segala problematika dan kehidupannya.

Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberikan acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Filsafat sebagai suatu kegiatan berpikir secara rasional, logis, radikal dan sepekulatif sistematis. Di sisi lain filsafat juga merupakan metode bertanya. Mempertanyakan keberadaan (eksistensi) dari segala sesuatu yakni alam semesta manusia dan seisinya. Inilah posisi filsafat sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan.

Dengan mempertanyakan segala sesuatu maka filsafat menjadi penting untuk dijadikan sebagai patokan perkembangan ilmu-ilmu. Kemampuan berfilsafat adalah salah satu sikap kritisisme yang perlu ditekuni, sebagai pedoman dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan ungkapan lain berfilsafat berarti mengoptilmalkan fitra atau kecenderungan sebagai seni untuk menemukan kebenaran yang hakiki.

BACA JUGA:

Sikap keheran-heranan dan keragu-raguan merupakan cerminan dari toko-toko sebelumnya, titik tolak  berfilsafat seperti tiga filsuf besar Yunani yakni Socrates, Plato, dan Aristoteles serta filsuf Prancis abad moderen yakni Rene Descartes. 

Sebagai proses signifikasi dalam membentuk ilmu dan manusia dengan problem yang ada, peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberikan acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa (Yanuarti, 2016).

Sesuai kalimat jika sebagai acuan maka filsafat ilmu maupun filsafat pendidikan perlu diterapkan di setiap program studi sebagai sebuah wacana kritis untuk membentuk konsep manusia secara menyeluruh. Filsafat sebagai ilmu yang melacak kebenaran yang hakiki bukan saja sebagai induk tetapi juga harus tetap menjadi rumah bagi ilmu pengetahuan.

Maka patutlah filsafat sebagai induk dari seluru ilmu-ilmu, filsafat memiliki peran penting dalam membongkar dan mempertanyakan setiap kebenaran pada ilmu pengetahuan. Filsafat tetap mempertanyakan prinsip tujuan dan eksistensi sebuah ilmu tersebut sesuai hukum-hukum berpikir secara karateristiknya.

Berhubungan dengan objek kajian filsafat, yakni alam dan manusia maka untuk menuju ke sana kita membutuhkan kendaraan yakni pendidikan sebagai salah satu proses. Dalam konteks merekonstruksi tujuan dan fungsi dari pendidikan agar dapat menjawab problem kemanusiaan dan alam sesuai kodratnya.

Sebagai cabang ilmu filsafat, pendidikan tidak lepas dari karakter berpikir filsafat, dalam proses pendidikan selalu memerlukan  metode filosofi untuk sampai pada tujuan dan arah yang jelas.

Sejauh mana proses memanusiakan manusia sebagai tujuan pendidikan, filsafat selalu mengevaluasi, bagaimana seharusnya proses itu terjadi, bagaimana manusia memahami alam semesta, mencintai budaya bangsa, keadilan serta merawat kebersamaan hanya dapat ditempuh melaui proses pendidikan yang berhasil melalui metode filsafat sebagai alternatif.

Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia (humanisasi), sebagai sarana penanaman, pertumbuhan lewat pembelajaran tehnikalitas untuk membawa mengarahkan manusia mengekspresikan semua potensi yang dimilikinya agar dapat menjalankan hidup sesuai kodratnya.

Dalam proses pendidikan ada beberapa unsur yang terlibat, guru atau dosen, peserta didik dan tenaga kependidikan lainnya. Ketiga unsur inilah yang kita sebut sebagai civitas akademik. Ketiganya memiliki fungsi penting sebagai motor penggerak majunya sistem pendidikan. Demikian juga, sarana prasarana harus maksimal sesuai kebutuhan. Tenaga kependidikan harus profesional dan maksimal bahkan bijak bekerja sesuai kodratnya sebagai manusia. Peserta didik harus aktif sebagai subjek untuk merdeka menemukan kediriannya sesuai talenta yang di milikinya. 

Substansi filsafat pendidikan yakni menumbuhkan spirit nasionalisme serta mengembangkan kemampuan membentuk watak, ketakwaan, berbudi luhur untuk menjadi pribadi yang baik.  Demi tercapainya tujuan luhur dari pendidikan, selain ruang lingkup filsafat ada juga ruang lingkup pendidikan, seperti ide/konsep, kurikulum, metode, institusi, guru/ pendidik, siswa, mahasiswa/murid, problem, proses, dan tujuan.

Civitias akademik, sebagai sebuah pendukung utama harus memiliki ide, konsep sebagai dasar untuk sampai pada tujuan. Ruang kelas sebagai tempat proses belajar harus maksimal sesuai potensi kecenderungan manusia agar mereka bisa menemukan keahlian serta menjadi pribadi yang bermartabat merdeka sesuai kodratnya sebagai manusia. Dalam mendidik, pendidik harus memahami setiap potensi peserta didik,   jasmani dan rohani, emosi, spiritual dan sosial.

Karena ini bersifat potensi maka tugas para pendidik melalui pendidikan untuk mendesain pola pembelajaran agar potensi tersebut bisa dikembangkan secara optimal. Proses aktualisasi sebagai reprsentasi ilmu pengetahuan yang utuh hanya dapat terlaksana dengan baik berdasarkan pola pendidikan yang mengakar, radikal, rasional, sistematik, universal dalam suasana belajar di kelas dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai perintah atas pengakuan akan kebenaran absolut yakni Tuhan Yang Maha Esa (Allah swt). Inilah konsep filsafat yang harus didisiplinkan dalam pendidikan.

Dengan memahami potensi peserta didik sebagai mahluk sosial spiritual memiliki kecenderungan fisik dan emosional yang tinggi, ini menjadi tolak ukur perkembangan kurikulum dan perbaikan terhadap konsep pendidikan ke depannya.

Kesadaran mendidik merupakan nilai pertama untuk mencapai tujuan. Pendidikan sebagai proses dialektik, membimbing, pengarahankan agar keluar dari kecemasan secara merdeka sesuai kecenderungannya.

Rentang panjang serjarah filsafat, berdasarkan dialektika pemikiran menjadi memori akademis yang ketat sesuai hukum-hukum berpikir filsafat, bahwa ilmu pengetahuan bersifat dinamis, maka perkawinan sains dan filosofi merupakan metode alternatif , yang seharus selalu terjadi.

Dengan demikian signifikansi filsafat dalam pendidikan adalah berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pendidikan. Ini melibatkan refleksi kritis tentang tujuan pendidikan, prinsip yang menggerakkan pembelajaran, dan dampaknya pada perkembangan individu dan masyarakat. Siginifikasi ini kemudian akan berkembang menjadi filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan, membantu individu memahami esensi dan prinsip-prinsip yang mendasari sistem pendidikan.

Filsafat pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menggali makna sejati dari pendidikan. Ini adalah disiplin yang membawa individu untuk mempertanyakan mengapa ia mengajar, apa yang diajarkan, dan bagaimana ia seharusnya mengajarkan. Dengan memasukkan metode filsafat dalam sistem pembelajaran di kelas, memancing peserta didik untuk berpikir kritis terhadap dirinya maupun terhadap bangsa. (Ali Mansur Monesa, Mahasiswa UPY, Yogyakarta)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *