Tanam Kopi di Merapi, Sri Sultan HB X: Sultan Ground Bukan untuk Tambang

beritabernas.com – Gubernur DIY Sri Sultan HB X kembali mengingatkan terkait penghentian aktivitas penambangan pasir di lereng Gunung Merapi dan mengembalikan kelestarian lingkungan di kawasan tersebut.

“Gunung kembali ke gunung. Artinya tidak ada penambangan lagi karena itu merusak lingkungan. Tanah SG yang (kemarin) ditambang itu namanya mencuri, jangan diulangi. Tanah SG (Sultan Ground, Tanah Kasultanan, red) boleh dimanfaatkan, tapi jangan ditambang,” tegas Sultan HB X pada acara Gerakan Tanam Kopi di Lereng Merapi di Kalurahan Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (24/9/2022).

Selain melakukan penanaman pohon kopi, Sultan HB X juga menyerahkan secara simbolis 50.000 bibit tanaman kopi dari Kementerian Pertanian RI kepada perwakilan dari kelompok- kelompok tani kopi di kawasan lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman yang hadir pada acara itu.

Sultan HB X berharap dorongan yang diberikan Pemda DIY bisa membuat masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi memiliki mata pencaharian, khususnya di bidang pertanian, sehingga selain perekonomian mereka meningkat juga tetap dapat selaras dengan kelestarian lingkungan.

“Jangan lagi (berpikir) menanam kopi untuk menambah penghasilan, karena asumsi (menganggap kopi hanya sebagai penghasilan sampingan) seperti itu membuat tanaman (kopi) tidak dirawat sungguh- sungguh,” kata Sultan HB X.

Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa (kiri) foto bersama GKR Mangkubumi (tengah) dan Pegiat Lingkunga RM Gustilantika Marrel Suryokusumo seusai acara Gerakan Tanam Kopi Di Lereng Merapi di Kalurahan Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (24/9/2022). Foto: Istimewa

Pada kesempatan yang sama, putri sulung Sultan HB X, GKR Mangkubumi yang hadir di acara itu menyambut baik pembagian bibit tanaman kopi kepada masyarakat tersebut. “Semoga tanaman kopi yang ada di sini (Cangkringan) bisa semakin luas. Masyarakat bisa mengambil manfaatnya,” kata GKR Mangkubumi.

Menurut Gusti Mangku, sapaan GKR Mangkubumi, keberadaan kopi asal lereng gunung Merapi sebenarnya sudah dikenal luas. Namun, lanjutnya, permintaan pasar akan kopi Merapi saat ini masih sulit dipenuhi karena keterbatasan produksi.

“Hari ini ada penambahan 50.000 bibit pohon kopi. Mudah-mudahan setiap tahun akan ada terus, bahkan jumlahnya lebih banyak lagi. Jadi kita memaksimalkan lahan yang ada di (lereng) Merapi ini untuk (ditanami) kopi. Kopi Merapi sebenarnya sudah terkenal, tapi kapasitas produksinya yang belum mendukung. Mudah- mudahan dengan gerakan seperti ini (produksi) kopi Merapi bisa lebih banyak. Merapi juga bisa lebih hijau. Kemudian yang paling penting, hal ini adalah salah satu alih profesi masyarakat dari penambang (pasir) ke petani kopi. Karena kita semua juga membutuhkan (ketersediaan) air yang baik. Kalau (tanah) terus ditambang kan nanti airnya nggak ada,” kata Gusti Mangku.

Pegiat lingkungan RM Gustilantika Marrel Suryokusumo mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Kementerian Pertanian RI dengan memberikan bantuan bibit pohon kopi kepada para petani yang ada di lereng Gunung Merapi.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X melakukan foto bersama Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian RI, Bupati – Wakil Bupati Sleman, GKR Mangkubumi serta perwakilan kelompok tani kopi lereng Merapi usai penyerahan secara simbolis bibit pohon kopi pada acara Gerakan Tanam Kopi Di Lereng Merapi di Kalurahan Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (24/9/2022). Foto: Istimewa

“Bantuan yang diberikan berupa bibit tanaman kopi tersebut sesuai dengan program Pak Gubernur juga Ngarso Dalem yakni “Gunung bali Gunung”. Bantuan tersebut sangat dibutuhkan untuk membantu perekonomian masyarakat,” kata Marrel.

Cucu Sultan HB X tersebut juga menambahkan lingkungan di lereng Gunung Merapi banyak yang rusak akibat aktivitas penambangan. Menurut Marrel, kegiatan pembagian bibit tanaman kopi tersebut merupakan aksi nyata Pemda dan Kraton Yogyakarta serius menggarap permasalahan lingkungan dan memfasilitasi alih profesi bagi masyarakat di lereng Gunung Merapi yang sebelumnya terlibat di aktivitas tambang.

“Harapannya ke depan aksi seperti ini bisa terjadi terus menerus dan jangan sampai oknum- oknum perusak lingkungan ini bisa berjalan bebas di Jogja. (Lereng gunung) Merapi adalah kawasan penangkap air. Jangan sampai dalam 20 sampai 30 tahun kedepan Jogja kesulitan mendapatkan air,” tambahnya.

Marrel berharap, generasi muda yang ada di Jogja lebih memiliki pemahaman dan bisa mulai mengikuti kegiatan- kegiatan penyelamatan lingkungan.

“Jangan sampai teman- teman yang selama ini bekerja atau sudah aktif di bidang pertanian surut semangatnya karena ada oknum- oknum yang terus menerus merusak lingkungan. Kita nggak mau itu terjadi di Jogja. Kita nggak mau lingkungan di Jogja tergerus terus menerus. Kita nggak mau oknum- oknum itu terus ada di masa depan,” tandas Marrel.

Dilain pihak Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa menyatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung penuh program Sultan HB X dalam menghijaukan kembali lingkungan lereng Gunung Merapi.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari melanjutkan dawuh Ngarso Dalem. Yang utama, adalah memberikan kegiatan alternatif bagi warga. Gunung bali Gunung. Ekosistem lereng gunung Merapi sebagai penyangga bagi DIY ini akan kita pelihara,” kata Danang. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *