Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro: Jadilah Cerdas Jika Tak Ingin Dilindas AI

beritabernas.com – Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro mengajak masyarakat, khususnya kaum muda, agar menjadi orang cerdas agar tidak dilindas oleh Aritificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan.

Sebab, saingan utama para calon pemimpin masa depan Indonesia, menurut AM Putut Prabantoro, adalah Aritificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan. Dengan demikian, bila generasi muda saat ini tidak mendidik diri menjadi cerdas dan bertanggung jawab, maka akan dilindas oleh AI yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk termasuk robot yang cerdas. Bahkan bukan tidak mungkin, kelak akan muncul pemimpin yang adalah robot. 

Hal itu disampaikanTaprof Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro dalam Sarasehan Kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto di Balai Julianus, Minggu 10 November 2024.

Selain AM Putut Prabantoro, juga tampil sebagai pembicara dalam sarasehan dengan tema Menjadi Pemilih Cerdas & Bertanggungjawab itu adalah Sufi Sahlan Ramadhan SPd, Anggota KPU Kabupaten Banyumas dengan moderator Aloysius Primoryza Bimas Dewanto yang juga pengurus ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) Keuskupan Purwokerto dan berprofesi sebagai Advokat. 

Dalam sarasehan yang diikuti 100 lebih generasi muda se-Keuskupan Purwokerto dan dihadiri beberapa tokoh senior termasuk Elly Kusumawati Handoko, Ketua Presidium Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) periode 2023-2028, AM Putut Prabantoro mengatakan, pada tahun 2045, Indonesia akan berusia 100 tahun atau mencapai tahun keemasan.

Peserta Sarasehan Kebangsaan dengan thema “Menjadi Pemilih Cerdas & Bertanggungjawab” Keuskupan Purwokerto berfoto bersama dengan Taprof Bidang Ideologi RI, Lemhannas RI AM Putut Prabantoro (tengah baju hijau gelap). Acara diadakan oleh Kerasulan Awam Keuskupan Purwokerto di Balai Julianus, Minggu (10/11/2024). Foto: Dok pribadi

Karena itu, generasi muda yang saat ini berada di usia 17-19 tahun sudah seharusnya menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dan menguasai bidang masing-masing. Sebab, mereka bakal menduduki tampuk pimpinan nasional.

“Kalian yang duduk di sini akan memegang tampuk pimpinan nasional negara dan bangsa Indonesia pada tahun itu. Kalian akan menjadi pemimpin di bidang masing-masing, di bidang profesi yang kalian geluti,  inginkan dan cita-citakan. Namun tidak mudah untuk menduduki tampuk pimpinan atau jabatan yang kalian impikan. Kalian harus bersaing dengan ratusan juta calon pemimpin masa depan Indonesia yang saat ini mereka duduk sebangku dengan kalian. Perkiraan penduduk Indonesia pada waktu itu berjumlah 320 juta dengan angkatan kerja sekitar 200 juta. Dan, saat ini tahun 2024. persaingan sudah dimulai,“ kata Putut Prabantoro.

Ia mengingatkan bahwa waktu yang tersisa bagi generasi muda saat ini untuk mempersiapkan diri adalah 21 tahun. Jika ditambah dengan usia mereka saat ini, kira-kira pada tahun 2045 mereka berusia 38 – 40 tahun.

“Pada waktu itu Indonesia telah berubah, menyesuaikan perubahan dunia secara keseluruhan. Digitalisasi sudah menjadi kehidupan sehari-hari dan menyeluruh seluruh Indonesia. Apa yang ditampilkan hari ini, mungkin akan menjadi hal yang kuno pada waktu kalian memimpin negeri ini,“ katanya.

BACA JUGA:

Pada kesempatan itu, Putut Prabantoro sengaja menggunakan AI dalam presentasi materi sarasehan. Screen atau layar tampilan,menurut Putut Prabantoro, tidak seperti yang dilihat seperti saat ini. Ada mobil terbang, ada motor terbang dan banyak pekerjaan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Pada akhirnya, persaingan pekerjaan tidak hanya dengan manusia saja, tetapi juga dengan AI. Dan bukan tidak mungkin, AI akan menjadi pemimpin manusia karena kecerdasannya tidak tertandingi manusia. “Yang menjadi pertanyaan adalah, kalian mau membawa Indonesia ke mana? Apa yang akan kalian persiapkan bagi diri sendiri agar kelak menjadi pemimpin nasional?” tanya Putut Prabantoro.

Menurut Putut Prabantoro, orangtua berpesan harus tahu perubahan yang akan terjadi di masa depan. Sehingga dalam konteks ini, orangtua dapat memersiapkan anak-anaknya untuk siap menghadapi tantangan masa depan. Jangan asyik dan terpaku pada tayangan yang ada di instagram atau tiktok ataupun media sosial lainnya. Demi anak-anak, orangtua harus mencermati perubahan dunia yang semakin cepat akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Putut Prabantoro juga menjelaskan, pada tahun 2045 dunia berpenduduk sekitar sembilan miliar orang. Kebutuhan terpenting adalah pangan, air dan energi (sumber kekayaan alam). Ketiga hal ini akan menjadi picu atau penyebab munculnya perang baru. Perang Ukraina dan Russia terjadi salah satunya karena sumber air tawar. Untuk itu, persaingan persenjataan militer semakin jelas terlihat sekarang. Pembentukan blok kekuatan militer juga jelas tergambar. 

“Karena Indonesia kaya akan sumber pangan, air dan energi, negara kita menjadi target utama negara adidaya. Target untuk dikuasai. Salah satu cara menguasai Indonesia adalah melalui ekonomi, bantuan finansial. Selain melalui ekonomi, negara adidaya menguasai Indonesia dengan memanfaatkan karakter buruk bangsa Indonesia, yakni adu domba. Sejarah menjelaskan bahwa, penjajahan berabad di Nusantara terjadi karena praktik adu domba, antar suku, antar pemimpin lokal, antar raja dan lain-lain,” tegas Putut Prabantoro.

Kekuatan sila ketiga Pancasila

Menurut Taprof Lemhannas ini, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sumber norma dan juga filosofi kehidupan bangsa merupakan ideologi yang paling pas bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan. Kebhinnekaan Indonesia terlihat dari banyaknya suku, bahasa, budaya, agama dan bahkan juga makanan. 

“Pancasila adalah kekayaan paling bernilai  bangsa Indonesia yang tidak ada di manapun juga. Pancasila menjadi dasar bagi tujuan dan cita-cita nasional sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” ujarnya.

Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro. Foto: Dok pribadi

Terkait dengan Pancasila, Putut Prabantoro menekankan pentingnya sila ketiga yakni Persatuan Indonesia. Sebab, jika ingin menguasai Indonesia, cara yang paling mudah yakni menghancurkan sila ketiga Pancasila. Caranya dengan melakukan adu domba yang kemudian menimbulkan konflik. Konflik antar agama, antar suku, antar ras, antara orang miskin dan kaya, antar siswa, antar mahasiswa, antar orangtua dan sebagainya. “Bangsa asing sangat mengetahui kekuatan Indonesia bersumber pada persatuannya,” kata Putut Prabantoro.

Karena itu, Putut Prabantoro menegaskan, tidak ada pilihan lain bagi generasi muda untuk mendidik diri menjadi cerdas. Bangsa Indonesia termasuk bangsa dengan kecerdasan rendah. Peringkat paling akhir di antara negara ASEAN dan dunia. Di antara 11 negara ASEAN, Indonesia menempati posisi ke 10. Sementara tingkat kecerdasan bangsa Indonesia menempati urutan ke 130 dari dari 199 negara pada tahun 2022. Tanpa menjadi cerdas, bangsa Indonesia sangat mudah untuk diadudomba dan Indonesia dikuasai. 

Putut Prabantoro juga mengingatkan kembali kelemahan mental yang diungkapkan Prof Koentjaraningrat yakni meremehkan mutu, suka menerabas, sifat tidak bisa percaya diri sendiri, sifat tidak disiplin dan sifat tidak bertanggung jawab.

Demikian juga kelemahan karakter bangsa yang dikatakan Budayawan Mochtar Lubis meliputi hipokrit atau munafik, enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, berjiwa feodal, percaya takhayul, artistik,  dan watak yang lemah. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *