Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI: Siapa Pun Presidennya, Ancaman dan Tantangan Sama

beritabernas.com – Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro mengatakan, tantangan dan ancaman masa depan Indonesia sama. Dengan demikian, siapa pun presiden yang terpilih pada Pemilu 2024 akan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama.

“Siapa pun presidennya nanti akan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama. Oleh karena itu Pilpres 2024 harus dilihat sebagai cara bangsa Indonesia keluar dari berbagai persoalan yang sifatnya mendesak dan prioritas untuk ditangani,” kata Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro di hadapan 210 pendeta dari seluruh Indonesia di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis 19 Oktober 2023. Mereka mengikuti acara Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (Konas POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI).  

Dalam materi berjudul Pemilu 2024 dan Tantangan Indonesia Di Masa Depan, AM Putut Prabantoro yang  mewakili Gubernur Lemhannar RI, mengatakan, Indonesia berada dalam pengaruh besar perubahan global.

Selain itu, Indonesia berada dalam masa transisi terutama pasca Covid-19, pergeseran geopolitik dunia, perubahan cuaca (climate change) dan pengaruh TIK (teknologi informatika dan komunikasi). Perubahan itu memengaruhi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama para remaja milenial yang merupakan suara mayoritas penentu kesuksesan pemilu 2024. 

Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro (kiri) bersama Pendeta Riska Virantika Dewirani sebagai moderator tampil berbicara dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) di Pondok Remaja PGI, Cisarua Bogor, Kamis (19/10/2023). Foto: Istimewa

Oleh karena itu, siapapun presidennya nanti akan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama.  Oleh karena itu pilpres 2024 harus dilihat sebagai cara bangsa Indonesia keluar dari berbagai persoalan yang sifatnya mendesak serta prioritas untuk ditangani. 

AM Putut Prabantoro yang didampingi Pendeta Riska Virantika Dewirani mengatakan, kelompok generasi milenial dan generasi Z akan mendominasi Pemilu 2024 dan menjadi suara penentu. Generasi milenial lahir antara 1981-1996 dan Generasi Z lahir antara 1997-2000. Jumlah pemilih terdiri dari 33,60 persen atau 66.822.389 (generasi milenial) dan 22,85 persen atau 46.800.161 (generasi Z).

Sisa jumlah pemilih terdiri dari 57.486,462 pemilih atau 28,07 persen (Generasi X), 28.127.340 pemilih atau 13,73 persen (Generasi Baby Boomer) dan 3.570.850 pemilih atau 1,74 persen (Generasi Pre-Boomer). 

“Generasi milenial dan generasi Z inilah yang pada tahun 2045 akan memimpin Indonesia saat Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaan. Mereka harus dipersiapkan dan itu dimulai dari Pemilu 2024 ini. Tantangan dan ancama pada masa itu sangat berbeda dengan saat ini. Mumpung masih ada waktu 22 tahun dihitung dari tahun 2023, harus dimulai pembentukan karakter kedua generasi tersebut dengan tuntutan zaman,“ kata AM Putut Prabantoro.

Ancaman dan tantangan

Menurut AM Putut Prabantoro, pada tahun 2045 Indonesia harus memiliki pemimpin yang berketahanan (the resilient generation). “Pemimpin yang berketahanan hanya didapat dari generasi yang berketahanan juga, yang mampu bertahan dalam segala cuaca,” kata Putut Prabantoro. 

BACA JUGA:

Namun, menurut Putut Prabantoro, pada kenyataannya, dari berbagai kasus yang muncul, kedua generasi itu rapuh dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan hidup. Mereka membutuhkan perhatian khusus dari generasi sebelumnya. Ia memberi contoh, muncul fenomena remaja sekarang dengan mudah mengakhiri hidup karena tidak mampu bertahan dalam kesulitan, tidak dipenuhi permintaan dan lain-lain. 

Menurut Putut, karena pengaruh media sosial dan dengan alasan mendapatkan follower ataupun subscriber, banyak remaja dari generasi milenial dan generasi Z yang kemudian disadari atau tidak melanggar hukum, norma dan bahkan berperilaku yang tidak sesuai dengan Pancasila. Misalnya, rental pacar, berbahasa kasar dan tidak santun, berbugil ria dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak yang akan muncul.

“Fenomena yang terjadi di tengah masyarakat ini menimbulkan keprihatinan. Bukan soal cara berpikir yang berbeda, tetapi masalah tantangan ketika mereka menjadi pemimpin negara sangat berbeda jauh baik dari segi bentuk ataupun kualitasnya. Indonesia membutuhkan generasi pemimpin yang berketahanan. Dan itu hanya diwujudkan jika generasi milineal dan Z juga memiliki karakter berketahanan dan itu hanya bisa jika pemerintah mendatang memulainya dari sekarang,” tegas Putut Prabantoro.

Sebanyak 210 Pendeta dari seluruh Indonesia yang hadir dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) foto bersama pembicara AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, di Pondok Remaja PGI, Cisarua Bogor, Kamis (19/10/2023). Foto: Istimewa

Karena itu, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas ini mendorong para pemuka tersebut untuk melakukan riset tentang perilaku remajha di lingkungannya. Selain itu, memberi perhatian khusus kepada kedua generasi ini terutama tentang pembangunan karakter yang berketahanan. Para pemuka agama juga diminta ambil bagian dalam kehidupan politik baik praktis ataupun tidak praktis terutama dalam pengambilan keputusan atau kebijakan publik.

Sementara Ketua Panitia Pendeta Noh Ruku menjelaskan Konas POUK merupakan wadah silaturahmi para pemimpin POUK seluruh Indonesia. Konsultasi nasional ini diadakan 2 tahun sekali. Konas 2023 merupakan perhelatan istimewa karena diadakan setelah masa pandemi sehingga animo peserta begitu tinggi dalam bentuk kehadiran dan interaksi selama konas.

Selain itu, situasi politik menjelang pemilu memengaruhi animo peserta dalam mengikuti setiap topik secara khusus yang berhubungan dengan pesta demokrasi. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *