Umat Katolik Harus Terlibat dalam Pemilu 2024

beritabernas.com – Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Katolik harus ikut terlibat dan berperan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Keikutsertaan umat Katolik dalam pemilu merupakan bagian dari proses berbangsa dan bernegara dalam upaya mencapai cita-cita mewujudkan kesejahteraan bersama.

Demikian poin penting dalam dialog edukasi politik untuk merayakan HUT ke-6 Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Kabupaten Bantul di Gereja Santo Paulus, Pringgolayan, Minggu 25 Juni 2023 malam.

Dialog tersebut menampilkan pembicara Vikep Yogyakarta Barat Romo AR Yudono Suwondo Pr, Ketua Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan Yogyakarta Timur Romo Rosarius Sapto Nugroho Pr dan Dosen UAJY R Sigit Widiarto dengan moderator Rajaban.

Menurut Romo Yudono Suwondo, sesuai tema dialog Jangan Salah Pilih, umat Katolik harus melihat rekam jejak calon yang akan dipilih. Romo Vikep Yogyakarta Barat ini juga menyoroti tentang pemilih pemula, Gen-Z maupun generasi milenial, yang tidak memiliki kepedulian besar pada perhelatan pesta demokrasi itu.

Para pembicara dalam dialog politik (dari kiri ke kanan): Rajaban, Romo AR Yudono Suwondo, Romo R Sapto Nugroho dan R Sigit Widiarto. Foto: Istimewa

“Anak-anak muda, pemilih pemula, tidak tahu rekam jejak para calon. Misalnya, atas peristiwa masa lalu seperti Tragedi Tahun1998 yang melahirkan reformasi. Mereka sangat permisif dan pemaaf, tidak peduli dengan sejarah, cuek. Karena itu, anak-anak muda perlu diberikan informasi-informasi yang jelas agar mereka tidak salah pilih,” kata Romo Yudono.

Sementara Romo Sapto Nugroho mengatakan, dalam teologi Katolik, umat diajak untuk mewujudkan atau menghadirkan Kerajaan Allah kepada setiap umat manusia.

“Ciri-ciri hadirnya Kerajaan Allah adalah ketika martabat manusia benar-benar dihargai, ketika kesejahteraan bersama atau bonum commune dirasakan oleh setiap warga masyarakat,” kata Romo Sapto.

Menurut Romo Sapto, pemilu merupakan sebuah proses politik untuk memilih pemimpin baik eksekutif maupun legislatif yang memiliki tugas dan kewenangan untuk membuat keputusan-keputusan publik.

“Merekalah yang memiliki wewenang dan kuasa yang menentukan aturan-aturan, kebijakan publik, proses regulasi. Pada titik itulah kita tidak boleh salah pilih, agar mereka yang kita pilih memang dapat membuat kebijakan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang bermartabat dan beriman,” tegas Pastor Paroki St Yohanes Rasul Pringwulung ini.

BACA JUGA:

Romo Sapto juga mengingatkan bahwa pemilu bukan hanya memilih calon, tetapi juga menjaga kelangsungan sebuah negara, eksistensi bangsa. “Pemilu suatu usaha untuk tetap mempertahankan NKRI. Maka bagi saya, itu juga menjadi kriteria bahwa yang dipilih adalh mereka yang setia kepada NKRI,” ujarnya.

Anak Muda

Sementara Sigit Widiarto menjabarkan untuk memilih yang benar dengan rekam jejak yang bersangkutan. “Kita harus mengenali sosok pribadinya, partainya. Pengenalan itu bisa dilakukan secara pribadi maupun melalui diskusi-diskusi di kelompok basis dan tingkat lebih tinggi, seperti paroki,” saran Sigit.

Rekam jejak itu harus menyangkut beberapa kriteria, apakah partai atau calon memiliki arah kebijakan mewujudkan kesejahteraan bersama, menghargi martabat manusia dan prinsip-prinsip solidaritas kepada kaum kecil, lemah, tersingkir, miskin dan disabilitas. “Jangan memilih karena mendapat 100 ribu rupiah, namun kita rugi 5 tahun ke depan,” tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.

Terkait anak muda yang cenderung cuek dengan politik, Sigit menyarankan harus ada cara-cara yang tepat untuk membidik anak dalam pendidikan politik, di antaranya dengan cara-cara anak muda serta komunikasi sosial.

“Misalnya melalui media sosial dengan membangun kesadaran bahwa mereka ikut menentukan arah perjalanan bangsa dan negara. Kalau mereka cuek, itu berarti menitipkan masa depan kepada orang lain. Apa mereka rela hidupnya ditentukan orang lain,” tegasnya.

Dalam perayaan HUT ke-6 itu Ketua FMKI Kabupaten Bantul Hasta Wening memaparkan beberapa hal yang sudah dilaksanakan. “FMKI Bantul juga berencana untuk memperluas jaringan dengan membentuk FMKI di setiap paroki,” ujarnya. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *