93 Persen Pelajar di Purwokerto Lupa Waktu karena Asyik Bermain di Dunia Maya

beritabernaas.com – Sebanyak 93 persen pelajar di Purwokerto, Jawa Tengah mengaku lupa waktu karena saking asyiknya bermain di dunia maya atau internet. Sementara 69,8 persen pelajar mengaku ada ketergantungan pada internet dan 62,8 persen mengaku bermain di dunia maya mengganggu belajar.

Sementara 69 persen siswa mengaku menggunakan media internet selama 6-10 jam per hari dan 11,5 persen mengaku menggunakan internet lebih dari 15 jam per hari. Platform yang sering digunakan dengan jawaban boleh lebih dari satu, yakni 93 persen WhatsApp, 86 persen Instagram, 79 persen TikTok 76 persen Youtube, 67 persen Google, 44, persen Game Online dan 11,6 persen Facebook.

Hal itu diketahui dari hasil penelitian Tim Riset Dasar Unsoed (RDU) terhadap 140 responden yang mengisi angket dalam peneltian, termasuk 30 pelajar dari berbagai SMA/SMK, baik negeri maupun swasta di Purwokerto. Para pelajar yang diteliti atau menjadi responden berasal dari SMA Negeri 1 Purwokerto, SMA Negeri 2 Purwokerto, SMA Negeri 5 Purwokerto, SMK Negeri 1 Purwokerto, SMK Negeri 2 Purwokerto, SMA Diponegoro dan SMA Bruderan Purwokerto.

Suasana workshop literasi media digital yang diselenggarakan di FISIP Unsoed. Foto: prasetyo

Menurut Ketua Tim RDU Dr Shinta Prastyanti MA di Purwokerto, Selasa 23 Mei 2023, penelitian yang dikemas dalam workshop literasi media digital itu mengusung tema Strategi Pendidikan dan Pelayanan Siswa Berbasis Inovasi Digital di Masa Pandemi Covid-19 dan New Normal. Workshop berlangsung di Smart Classroom FISIP Unsoed, Sabtu 6 Mei 2023 lalu, menghadirkan dua Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman S.IP, M.Si dan Tri Nugroho Adi S.Sos MSi sebagai instruktur.

Dr Shinta Prastyanti MA mengungkapkan, meski banyak siswa yang mengaku lama bermain di dunia maya atau internet setiap hari sehingga sampai lupa waktu, banyak siswa lebih memilih pembelajaran tatap muka penuh dengan guru pada situasi normal atau tidak Pandemi Covid-19. Dalam hal ini,  sebanyak 74,5 persen memilih tatap muka dan yang menghendaki campuran antara tatap muka dan online sebanyak 25,5 persen. 

“Saya lebih senang pembelajaran tatap muka langsung, karena materi mudah dipahami dan lebih termotivasi. Sebab, yang saya pelajari lebih banyak mata pelajaran yang harus praktik dan aplikasi  digital,” ujar Fahreza Adi Prabowo dari SMKN 2 Purwokerto, seperti dikutip Shinta Prastyanti yang juga Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed Purwokerto ini.

BACA JUGA:

Hal yang sama diakui Kenyar Pradifta Kinasih dari SMAN 2 Purwokerto dan sejumlah siswa lainnya. “Belajar dengan bertemu guru langsung, lebih mudah dipahami. Jika tidak tahu, kami bisa langsung bertanya dan dijelaskan,” ujar Kenyar yang dibenarkan beberapa rekannya.

Waspadai Puhubbing

Dr Adhi Iman Sulaiman S.IP MSi, salah satu instruktur dalam workshop ini, mengingatkan bahwa jika tidak dikelola, dikontrol dan disalurkan dengan baik mak penggunaan media digital di kalangan remaja akan mengakibatkan Phubbing.

Menurut Adhi Iman Sulaiman, Phubbing adalah ketergantungan terhadap media digital terutama game online yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar, kurang interaksi secara langsung, tidak mau berbaur dan beraktivitas seperti olahraga dan berorganisasi sebagai dunia nyata.

Hal ini disebabkan karena mereka cenderung asyik sendiri (menyendiri) di dunia maya (virtual) dengan handphone-nya. “Bahayanya lebih jauh akan mengakibatkan Conduct Disorder yaitu tidak lagi mampu mengontrol diri untuk mewujudkan keinginannya, sehingga dapat melanggar etika, norma dan bahkan hukum seperti mulai berbohong, mencuri, melakukan kekerasan dan bahkan bisa berbuat kejahatan,” ujar Adhi Iman yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed ini. 

Para peserta dan instruktur workshop literasi media digital foto bersama. Foto: prasetyo

Karena itu, menurut Adhi Iman, perlu terus menerus disosialisasikan pembatasan situs tertentu dan waktu penggunaan media digital yang sehat dengan melakukan literasi digital sehat, kreatif dan produktif di kalangan remaja dan orangtua termasuk di sekolah. 

Tri Nugroho Adi S.Sos M.Si yang juga  Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed dan Staf Pusat Pengembangan Pembelajaran di Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) LP3M Unsoed mengemukakan, siswa-siswa SMA/SMK yang masuk kategori generasi Z sangat cepat dalam mengadopsi teknologi digital dan menyukai tantangan. Sebab mereka memiliki minat yang tinggi dan kemampuan yang cepat menerima perubahan. 

“Untuk itu, mereka perlu diarahkan, dikelola dan dikembangkan secara positif, kreatif dan produktif,” saran Tri Nugroho Adi.

Selain itu, para pelajar harus bisa mengelola penggunaan media digital dengan baik. Sebab, peenggunaan media digital yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan phubbing. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *