Dr Raden Stevanus: Kolaborasi IndigoHub Menghubungkan Tradisi dan Teknologi dalam Pelestarian Budaya

beritabernas.com – IndigoHub sukses menggelar talkshow bertajuk Ecosystem Dialogue: Bridging Tradition and Technology-AI & Investment for Cultural Sustainability yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan di IndigoHub Jogja, Sagan, Kota Yogyakarta, Kamis 27 Februari 2025.

Talkshow yang diikuti Startup Jogja, akademisi, perusahaan investasi, mahasiswa, seniman/budayawan dan Pemda DIY ini membahas peran kecerdasan buatan (AI) dan investasi dalam keberlanjutan kebudayaan. IndigoHub merupakan perusahaan inkubator & akselerator yang diinisiasi oleh Telkom Indonesia.

BACA JUGA:

Salah satu narasumber utama dalam acara ini adalah Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM, Anggota DPRD DIY, yang menyampaikan berbagai perspektif strategis terkait regulasi dan perkembangan teknologi dalam pelestarian budaya.

Menurut Dr Raden Stevanus, latar belakang munculnya Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais DIY) Nomor 3 tahun 2017 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi, melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya Yogyakarta agar tetap relevan di tengah perkembangan zaman.

Para peserta foto bersama narasumber talkshow di IndigoHub Jogja, Sagan, Kota Yogyakarta, Kamis 27 Februari 2025. Foto: Dok pribadi

“Peraturan ini lahir dari kebutuhan untuk menjaga warisan budaya agar tidak tergerus oleh modernisasi. Namun, kita juga harus beradaptasi dengan teknologi agar budaya kita bisa berkembang dan diterima oleh generasi muda,” ujar Dr Raden Stevanus.

Dr Raden Stevanus menekankan bahwa teknologi digital, khususnya AI, memiliki peran besar dalam pelestarian, perlindungan dan pengembangan kebudayaan di era digital. “Teknologi dapat menjadi alat yang luar biasa dalam menjaga keberlanjutan budaya. Dengan digitalisasi, kita bisa memastikan budaya kita tetap hidup dan dikenal hingga ke tingkat global,” ungkap Dr Raden Stevanus.

Meskipun teknologi membawa banyak manfaat, tantangan tetap ada, terutama dalam hal regulasi. Dr Stevanus menyoroti bahwa belum adanya kebijakan yang secara spesifik mengatur transformasi digital dalam sektor kebudayaan menjadi hambatan utama.

“Kita masih menghadapi kendala dalam regulasi. Dibutuhkan kebijakan yang lebih adaptif untuk mendukung transformasi digital dalam pemajuan kebudayaan,” jelasnya.

Sebagai solusi terhadap kurangnya regulasi pendukung, Dr Stevanus mengusulkan adanya Peraturan Daerah terkait Yogyakarta Smart Province untuk menjadikan Yogyakarta sebagai provinsi yang cerdas dalam pemanfaatan teknologi, termasuk dalam aspek kebudayaan.

Flyer talkshow. Foto: Dok pribadi

“Dengan adanya Perda Yogyakarta Smart Province, kita bisa menciptakan ekosistem budaya berbasis digital yang lebih terstruktur dan berkelanjutan,” kata Dr Raden Stevanus.

“Tantangan lain dalam pemajuan kebudayaan berbasiskan teknologi digital antara lain Infrastruktur Digitalisasi dan Aksesibilitas, keamanan digital, minimnya kolaborasi antar Stakeholder, perubahan pola konsumsi budaya, perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) dan ketahanan budaya lokal terhadap Globalisasi,” ujar Dr Raden Stevanus.

Menutup sesi diskusi, Dr Raden Stevanus menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri kreatif, industri kreatif, komunitas, startup dan masyarakat sangat penting dalam memastikan keberlanjutan budaya di era digital.

“Tanpa kolaborasi yang kuat, upaya kita dalam mengembangkan kebudayaan dengan teknologi akan sulit berjalan. Semua pihak harus bersinergi untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan berbasis digital,” kata Dr Raden Stevanus. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *