beritabernas.com – Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Fakultas Ilmu Sosial Budaya (Sosbud) UII periode 2025-2026 dilantik di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof Sardjito Kampus Terpadu UII, Senin 2 Juni 2025. Pelantikan dilakukan oleh Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD dan dihadiri oleh Ketua Umum Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII Dr Suparman Marzuki SH MSi serta para pejabat struktural di lingkungan UII.
Dalam acara pelantikan Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Fakultas Ilmu Sosial Budaya (Sosbud) UII itu, Ketua Umum YBW yang juga mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) RI Dr Suparman Maszuki menyampaikan pesan penting kepada Dekan dan Wakil Dekan yang dilantik.
BACA JUGA:
- Prof Masduki Dilantik Menjadi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Budaya UII
- FTI UII Buka Program Studi Manajemen Rekayasa
Ia mengatakan, dekan dan pemimpin merupakan dua hal yang berbeda. Dekan merupakan nomenklatur dari jabatan seperti hal rektor, wakil rektor, wakil dekan dan sebagainya. Sebagai dekan dituntut kecakapan, pengetahuan yang cukup di bidang akademik, di bidang keuangan dan sumber daya manusia. Sementara sebagai pemimpin, dituntut kecakapan dan ketrampilan, berkomunikasi dengan dan menjadi teladan. “Itu yang paling sulit,” kata Dr Suparman Marzuki.

Dikatakan, dekan atau rektor juga sebagai seorang pemimpin. Sebagai pemimpin, mereka tak perlu terlalu detail karena ada wakil-wakilnya. Namun, menjadi rektor atau dekan harus menguasai secara umum hal-hal yang terkait dengan jabatannya.
Menurut Suparman Marzuki, para pemimpin harus memiliki integritas dan akuntabiltas. Misalnya, sesuatu yang sifatnya rahasia dan harus dijaga atau dijamin kerahasiaannya. “Kita boleh berbeda pendapat dalam forum pengambilan keputusan. Boleh, halal. Tetapi begitu keputusan sudah diambil, harus dijaga. Ketidaksetujuan kita harus simpan dalam hati, dalam pikiran, jangan diomongin keluar. Kalau diomongin keluar maka itu gak punya integritas sekaligus gak punya akuntabilitas,” kata Suparman Marzuki.
Ia menambahkan, barangkali kita punya pendekatan yang berbeda. “Saya dengan rektor, berbeda. Saya ambil pendekatan yang tegas. Kalau orang sudah gak bisa satu barisan, saya keluarkan. Karena saya ingin menyelamatkan organisasi,” kata Suparman.

Bagi Suparman Marzukik UII adalah nomor satu. “Saya boleh hancur, saya boleh rusak, saya boleh tidak diterima dimana-mana bahkan saya tidak dtegur oleh satu pun orang UII, saya tidak peduli, asal UII ini baik. Asal kita on the track. Ini bagian dari komitmen kita, pada nilai, pada konstitusi. Ini sangat penting karena kita mengalami krisis. Di tingkat nasional, kita gak punya pemimpin, yang ada hanya presiden,” tegas Suparman Marzuki.
Ia juga meminta agar hal-hal yang terkait denghan kewenangan Yayasan (YBW UII, red) sebagai fasilitator, harus dibicarakan. Karena tidak ada masalah yang tidak selesai kalau bicara. Hal-hal yang mengenai kompetensi atau kewenangan yayasan harus bicarakan agar bisa diselesaikan. (lip)
There is no ads to display, Please add some