beritabernas.com – Revitalisasi pendidikan vokasi menjadi kunci pengembangan ekonomi kreatif (ekraf) di DIY mengingat statusnya sebagai kota pelajar. Secara nasional, sektor ekraf menyerap 24,92 juta tenaga kerja pada 2023 dengan target 25,8 juta pada 2025.
Di DIY, sekitar 200.000 tenaga kerja terserap di sektor ekraf pada 2024, terutama di subsektor kuliner, kerajinan dan pariwisata. Namun, mismatch antara kurikulum vokasi dan kebutuhan industri, khususnya di subsektor film, desain dan aplikasi masih menjadi kendala.
Hal itu disampaikan Amirullah Setya Hardi PhD dari ISEI Cabang Yogyakarta pada acara launching Komite Ketangguhan Ekonomi Jogja ((Jogja Economic Resilient Committee) Kadin DIY di Punokawan Resto Kota Yogyakarta pada 14 Mei 2025.
Amirullah Setya Hardi PhD yang didampingi Irsyad Thamrin (Wakil Ketua Kadin DIY bidang Advokasi & Regulasi), Robby Kusumaharta (Wakil Ketua Kadin DIY bidang Organisasi & Keanggotaan) dengan moderator Tim Apriyanto (Wakomtap Kadin DIY bidang Kesekretariatan), mengatakan, Pemda DIY bekerja sama dengan Kemenparekraf mendorong program link and match untuk menyelaraskan pendidikan dengan industri.

Pada 2024, 10 institusi vokasi di DIY melatih 5.000 siswa di bidang ekraf, dengan fokus pada subsektor kriya, mode dan kuliner. Sementara untuk 2025, DIY menargetkan pelatihan 7.000 siswa vokasi, didukung oleh program Kemenparekraf seperti Kartu Prakerja dan Digital Talent Scholarship. Inisiatif ini juga mencakup pelatihan berbasis komunitas di Bantul, yang meningkatkan keterampilan pelaku UMKM hingga 20% pada 2024.
Pariwisata jadi tulang punggung
Menurut Amirullah, pariwisata merupakan tulang punggung ekraf di DIY, didorong oleh destinasi seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta dan Malioboro. Di DIY, pariwisata menyumbang 70% pendapatan daerah pada 2024, dengan kunjungan wisman ke destinasi utama seperti Borobudur mencapai 250.000 orang dan wisnus sekitar 8 juta perjalanan.
Secara nasional, sektor pariwisata menyumbang 4,01-4,5% terhadap PDB pada 2024, dengan target meningkat menjadi 4,6% pada 2025. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) nasional mencapai 11,09 juta pada November 2024, naik 7,27% dari tahun sebelumnya, dengan target 14,6-16 juta pada 2025. Pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 1,08 miliar perjalanan pada 2024, dengan target serupa untuk 2025.
Pariwisata di DI, menurut Amirullah, juga mendukung subsektor ekraf seperti kuliner (gudeg, bakpia), kerajinan (batik, keramik), dan seni pertunjukan (wayang kulit, tari tradisional). Kawasan Prioritas Pariwisata (KSP) seperti Parangtritis dan Kasongan-Tembi, sebagaimana ditetapkan dalam SK Gubernur DIY Nomor 193 tahun 2017, menjadi pusat pengembangan pariwisata berbasis ekraf.
Kasongan menghasilkan 60% produk keramik DIY, dengan nilai ekspor Rp50 miliar pada 2024. Namun, tantangan seperti kurangnya infrastruktur digital dan kolaborasi antar-stakeholder masih menghambat potensi maksimal. Pemulihan pasca-Covid-19 menunjukkan tren positif, dengan kunjungan wisatawan di DIY naik 15% pada 2024 dibandingkan 2023.
BACA JUGA:
- Hadapi Dinamika Eksternal dan Internal, Kadin DIY dan ISEI Melaunching Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta
- Sejumlah Pengurus Kadin DIY Melakukan Kunjungan ke PT Tronti Indonesia
Sementara itu, jasa konstruksi mendukung ekraf melalui pembangunan infrastruktur pariwisata dan sentra industri kreatif. Secara nasional, sektor konstruksi tumbuh 6,2% pada 2024, didorong oleh proyek infrastruktur seperti Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), yang diprediksi selesai pada triwulan III 2024.
“Di DIY, jasa konstruksi berkontribusi pada revitalisasi Malioboro, pengembangan desa wisata, dan pembangunan sentra kerajinan di Bantul, dengan nilai proyek mencapai Rp1,2 triliun pada 2024. Kabupaten Bantul, yang menghasilkan 70% produk kerajinan DIY, mendapat manfaat dari pembangunan fasilitas produksi dan pemasaran, seperti sentra keramik Kasongan dan batik Imogiri,” kata Amirullah.
Menurut Amirullah, tantangan sektor ini meliputi mahalnya peralatan dan kurangnya tenaga kerja terampil dalam desain berbasis kearifan lokal. Untuk 2025, DIY menargetkan peningkatan investasi jasa konstruksi sebesar 10%, dengan fokus pada pengembangan KSP dan desa wisata. Kolaborasi dengan institusi vokasi diharapkan menghasilkan tenaga kerja yang mampu mendukung proyek-proyek kreatif. (lip)
There is no ads to display, Please add some