Kadin Indonesia Minta Pemerintah Perlu Memperhatikan Dampak Kebijakan Ekonomi AS dan Tiongkok

beritabernas.com – Wakil Ketua Umum bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kadin Indonesia, Aviliani mengatakan bahwa ada 2 negara besar yakni US dan Tiongkok yang sedang memberikan berbagai paket insentif untuk menarik investasi masuk ke dalam negerinya.

Karena itu, Aviliani meminta pemerintah agar perlu memperhatikan dampak kebijakan ini ke dalam negeri. Sebab, menurut Aviliani selaku Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, selain faktor konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didorong oleh investasi baik asing dan dalam negeri.

Hal itu disampaikan Aviliani dalam keynote speechnya pada forum Kadin: Global & Domestic Economic Outlook 2025 yang dibuka oleh Anindya N Bakrie, Ketua Umum Kadin Indonesia, di Jakarta pada Senin 30 Desember 2024.

Sementara Kakomtap Kajian Ekonomi Global Strategis Kadin Indonesia Enrico Tanuwidjaja dan Kakomtap Kajian Sektoral & Pelaku Industri Kadin Indonesia David E Sumual memaparkan bahwa kepastian perekonomian ke depan adalah ketidakpastian itu sendiri. Global fragmented terjadi karena dua negara adidaya yakni US dan Tiongkok berebut pengaruh dalam berbagai aspek.

“Bagi Amerika Serikat our currency is your problem, sementara bagi Tiongkok our production is your problem,” ujar David.

Aviliani, Wakil Ketua Umum bidang Analisis Kebijakan Makro Mikro Ekonomi Kadin Indonesia. Foto: Dok Kadin

Dikatakan, tantangan global inilah yang harus diorkestrasi agar “pereseturuan” kedua negara tersebut dapat menjadi peluang bagi kita untuk mendapatkan manfaat. Kemenangan Presiden Trump tentu menjadi hal yang telah diduga oleh banyak pelaku pasar. Hal ini akan berdampak terhadap kebijakan cut tax dimana akan menjadi insentif menarik bagi pelaku usaha di AS menahan uangnya di dalam negeri mereka. Nmun Tiongkok juga mengeluarkan insentif yang tidak kalah besar dalam “Bazooka Stimulus” yang dikeluarkan.

Kebijakan pengenaan tarif yang menjadi lesson learned dari Pemerintahan Trump jlid 1 akan dilanjutkan dan menyasar berbagai negara yang memiliki surplus neraca dagang dengan Amerika Serikat bahkan terdapat potensi Indonesia akan terkena circumstances dari kebijakan ini.

Walaupun Trump akan mengenakan tarif hingga 100% bagi negara yang melepaskan USD sebagai transaksi perdagangan namun bilateral currency settlement harus didorong.

“Walaupun Trump melakukan ancaman bahwa negara yang melepas USD akan dikenakan tarif hingga 100 persen, namun sebagai langkah strategis jangka panjang negara emerging dan middle income perlu bahu membahu bekerja sama untuk mengurangi pengaruh USD,” kata Enrico.

Arah Fed Fund Rate

Berdasarkan beberapa konsensus pasar, bahwa The Fed dinilai paling banyak akan menurunkan suku bunga 3 kali di kisaran 0,25-0,5%. Sebagai respon kebijakan FFR maka banyak pihak menilai Bank Indonesia pada tahun 2025 juga akan menurunkan suku bunga paling banyak 2 kali di kisaran 0,25%-0,5% maka dari itu diperkirakan bahwa BI Rate akan berada dalam rentang 5,25-5,5%.

Era suku bunga yang belum kembali ke kondisi awal tentu juga akan menjadi pengusaha tetapi hal ini juga sebagai respon dari potensi pelemahan nilai tukar rupiah dimana saat ini dollar index sudah cukup tinggi.

BACA JUGA:

“Banyak yang mengatakan nilai tukar masih berada di kisaran Rp 16.000. Tetapi saya rasa dengan kondisi saat ini dapat lebih dari sasaran yang telah dibuat, melebihi Rp 16.000,” ujar Aviliani yang juga Komisaris salah satu bank swasta.

Bazooka Stimulus

Paket kebijakan Pemerintah Tiongkok yang dibuat untuk menjaga resiliensi perekonomian domestik terutama sektor manufaktur tentu menjadi concern yang harus diwaspadai. Pemerintah Tiongkok dinilai juga akan mengucurkan stimulus dengan sangat berhati-hati atau wait and see melihat arah kebijakan Trump terutama mengenai edisi Perang Dagang Jilid 2 yang akan dilakukan negeri Paman Sam.

Banyak pihak menilai, Tiongkok membuat kebijakan ini untuk menahan potensi terjadinya relokasi pabrik sebagai lesson learned tahun 2018 lalu dimana banyak pabrikan yang beralih dari Tiongkok ke beberapa negara lain.

“Melihat berbagai fenomena tersebut, maka, idealnya Pemerintah dapat melakukan orkestrasi dari tantangan perekonomian global sebagai peluang untuk mendorong kesejahteraan publik dengan melakukan jemput bola dalam strategi investasi dan perdagangan ke depan.” Kata Aviliani salah satu ekonom Perempuan terkemuka di Indonesia. (*/lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *