Oleh: Andreas Chandra
beritabernas.com – Negeri ini, yang sejak lama dijuluki sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah, memiliki potensi yang luar biasa untuk maju dan berkembang. Namun, kenyataannya masih banyak ketimpangan yang mengakar kuat, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik.
Ketimpangan tersebut tidak hanya menghambat kemajuan negara ini, tetapi juga memperburuk kualitas hidup sebagian besar warganya. Ketimpangan yang terus berkembang ini seolah-olah menjadi wajah tak terpisahkan dari Indonesia yang kita kenal sekarang. Seperti benih yang telah lama tertanam di dalam tanah, ketimpangan ini tidak mudah dicabut dan terus berkembang menjadi pohon besar yang sulit untuk ditebang.
Salah satu ketimpangan yang paling mencolok di Indonesia adalah kesenjangan ekonomi. Indonesia adalah negara dengan salah satu perekonomian terbesar di Asia Tenggara, namun masih banyak warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa meskipun ekonomi Indonesia tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penduduk miskin masih tergolong tinggi. Kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar, dan akses terhadap kesejahteraan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat sangat terbatas.
Kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau di luar Jawa sering kali terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Sementara itu, sebagian besar kekayaan dan pembangunan terkonsentrasi di wilayah perkotaan, khususnya di pulau Jawa. Konsep pembangunan yang cenderung fokus pada kota-kota besar memperparah ketimpangan ini. Masyarakat pedesaan dan daerah terluar sering kali merasa terabaikan dan terisolasi, dengan minimnya akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak bagi mereka.
Perusahaan besar dan investasi asing memang menciptakan lapangan pekerjaan, namun dampaknya lebih banyak dirasakan oleh masyarakat kota yang memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai. Sementara itu, masyarakat desa dan daerah terpencil hanya menjadi penonton dalam pembangunan yang terjadi di sekitarnya karena kurangnya keterampilan menjadi faktor tidak berdayanya penduduk lokal karena tidak ada pelatihan kepada mereka untuk bisa bersaing dengan para pendatang dalam sektor-sektor yang dubutuhkan dalam kerja.

Selain ketimpangan ekonomi, ketimpangan sosial juga menjadi masalah serius yang semakin melebar. Masyarakat Indonesia masih terbelah dalam berbagai bentuk, baik berdasarkan etnis, agama, dan status sosial. Stereotip dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu sering kali terjadi, meskipun Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengedepankan keberagaman.
Ketimpangan sosial ini dapat dilihat dari kesenjangan pendidikan dan kesehatan antara kelompok masyarakat yang lebih kaya dan miskin. Mereka yang hidup di keluarga yang kurang mampu sering kali kesulitan untuk mengakses pendidikan yang berkualitas. Banyak anak-anak dari keluarga miskin yang terpaksa berhenti sekolah karena masalah ekonomi, dan hal ini memperburuk kesempatan mereka untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Selain itu, ketimpangan dalam akses kesehatan juga sangat kentara. Di daerah-daerah yang terisolasi, fasilitas kesehatan sangat terbatas dan sering kali tidak memadai. Sebaliknya, di kota-kota besar, fasilitas kesehatan canggih dan tenaga medis yang berkualitas tersedia melimpah. Hal ini memperburuk disparitas antara kehidupan masyarakat kota dan pedesaan yang sudah cukup signifikan.
Ketimpangan politik juga menjadi masalah besar di Indonesia. Meskipun Indonesia adalah negara demokrasi, banyak kekuasaan masih terkonsentrasi pada segelintir elit politik yang memiliki pengaruh besar. Masyarakat biasa, terutama yang berada di luar pusat-pusat kekuasaan, sering kali merasa terpinggirkan. Keterlibatan mereka dalam proses politik dan pengambilan keputusan sangat terbatas, meskipun mereka adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kebijakan yang diambil.
Kampanye politik yang didorong oleh uang sering kali menguntungkan mereka yang memiliki kekayaan dan pengaruh besar. Ini menjadikan politik Indonesia lebih didominasi oleh elit-elit yang sudah mapan, sementara suara rakyat kecil kerap kali tidak terdengar. Sistem politik yang masih dikuasai oleh kelompok tertentu juga menghambat pemerataan pembangunan di berbagai sektor. Keputusan-keputusan politik yang lebih mengutamakan kepentingan segelintir orang atau kelompok tertentu sering kali mengabaikan kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini, tentu saja, semakin memperparah ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada.
Mengatasi ketimpangan yang mengakar dalam negeri ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi untuk mencapainya. Di bidang ekonomi, pemerintah perlu mengupayakan pemerataan pembangunan di seluruh daerah, bukan hanya terpusat di kota-kota besar. Penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik di daerah pedesaan dan terisolasi harus menjadi prioritas. Selain itu, akses terhadap lapangan kerja yang layak harus diperluas agar masyarakat miskin tidak terus-menerus terjebak dalam kemiskinan.
BACA JUGA:
Di bidang sosial, penting untuk mengurangi diskriminasi dan stereotip terhadap kelompok tertentu. Pendidikan yang inklusif dan pemerataan layanan kesehatan yang berkualitas bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi ketimpangan sosial.
Sementara di bidang politik, sistem pemilihan yang lebih transparan dan berorientasi pada kepentingan rakyat banyak harus digalakkan. Masyarakat perlu diberdayakan agar mereka memiliki suara yang lebih besar dalam pengambilan keputusan politik.
Ketimpangan yang mengakar dalam negeri ini memang menjadi tantangan besar, namun bukan hal yang mustahil untuk diatasi. Dengan niat baik, kerja keras, dan komitmen yang kuat untuk menciptakan keadilan sosial bagi semua lapisan masyarakat, ketimpangan yang ada dapat diminimalisir. Indonesia bisa menjadi negara yang lebih adil, sejahtera dan berkeadilan sosial jika kita semua bersama-sama berjuang untuk mencapainya.
Tidak ada alasan bagi negeri ini untuk terus terbelenggu dalam ketimpangan yang mengakar, karena masa depan Indonesia yang lebih baik adalah milik kita semua. (Andreas Chandra, Mahasiswa FH UAJY)
There is no ads to display, Please add some