Komunitas Gowes Sabtu Pagi Menjelajahi Sumbu Filosofis Yogyakarta dan Pariwisata Berkualitas

beritabernas.com – Komunitas Gowes Sabtu Pagi (GSP) melakukan gowes atau bersepeda santai menjelajahi sumbu filosofis Yogyakarta dan obyek-obyek wisata berkualitas pada Sabtu 23 September 2023.

Kegiatan gowes dimulai dari kawasan njeron Beteng, Kraton Yogyakarta menuju kawasan Kotagede dan kembali lagi ke kawasan njeron Beteng dengan jarak sekitar 15 km dan ditempuh dalam waktu sekitar 60 menit.

Menurut Y Sri Susilo, Koordinator Komunitas (Gowes Sabtu Pagi), sebagaimana tradisi selama ini, setelah gowes dilanjutkan dengan sarapan dan diskusi terbatas. Topik diskusi yang diangkat kali ini adalah Sumbu Filosofi Yogyakarta & Pariwisata Berkualitas dengan narasumber Ibrahim (Kepala BI DIY, Parjiman (Kepala OJK DIY) dan Edy Suandi Hamid (Rektor UWM) dengan pembahas Wawan Harmawan, Bogat AR, Wahyu Wiryono dan Rudy Badrudin dan dimoderatori Y Sri Susilo yang juga Dosen FBE UAJY.

Peserta gowes dan diskusi di Makam Kotagede. Foto: Susilo

Seperti diketahui, sumbu filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia telah ditetapkan dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia (World Heritage Committee/WHC) di Riyadh, Arab Saudi pada 18 September 2023. Sumbu tersebut telah sah diterima menjadi Warisan Budaya Dunia (World Heritage) dengan tajuk the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks. Sebelumnya, kompleks Candi Prambanan ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1991.

Penetapan sumbu filosofi Yogyakarta kali iniberbeda dengan kompleks candi atau warisan dunia lainnya yang mudah terlihat karena bentuknya. Sumbu filosofi Yogyakarta merupakan sebuah konsep tata ruang yang bermakna berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

Secara simbolis, konsep tata ruang ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam.

Dalam diskusi terbatas tersebut narasumber dan peserta sepakat bahwa penetapan sumbu filosofi Yogyakarta dapat dijadikan momentum untuk menggerakkan pariwisata DIY menuju pariwisata yang berkualitas. Karena itu, diperlukan upaya promosi yang intensif dan berkelanjutan tentang sumbu filosofi Yogyakarta kepada (calon) wisatawan baik domestik dan mancanegara.

Promosi tersebut berisi informasi yang singkat dan jelas mengenai makna sumbu filosofi tersebut, daya tarik bangunan sumbu filosofi harus dinformasikan dengan jelas dan menarik.

BACA JUGA:

Forum diskusi juga berharap ke depan sumbu filosofi Yogyakarta mampu menjadi tambahan daya tarik pariwisata. Yogyakarta sudah memiliki Kraton, Candi Prambanan dan Candi Borobudur sebagai ikon pariwsata. Dengan adanya tambahan ikon pariwsata sumbu filosofi diharapkan lama tinggal wisatawan  dan pengeluaran wisatawan meningkat.

“Dengan kata lain akselerasi menuju pariwisata berkualitas (quality tourism) dapat bergerak lebih cepat,” kata Y Sri Susilo.

Menurut Susilo, anggota komunitas GSP terdiri dari perwakilan komunitas Gowes BNB, BI DIY, OJK DIY, Bank BPD DIY, ISEI DIY, KAFEGAMA DIY, KADIN DIY dan Tjeret Gosong. Pada kesempatan tersebut, hadir antara lain Ibrahim (Kepala BI DIY), Jimmy Parjiman (Kepala OJK DIY), Edy Suandy Hamid (Rektor UWM), Wawan Harmawan (Waket KADIN DIY), Bogat AR (Waket ISEI DIY), Rudy Badrudin (Waket KAFEGAMA DIY), Wahyu Wiryono (Tjeret Gosong) dan Y Sri Susilo (Koordinator GSP). (lip)      

           


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *