Sisi Lain Jogja, Saatnya ABCGM Berkolaborasi Merajut Asa Melindungi Kehidupan 

Oleh: Ninik Puji Astuti

beritabernas.com – Jogja Kota Istimewa, Kota Pelajar, Kota Berbudaya, Kota Wisata dan masih banyak lagi predikat yang disematkan pada daerah yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X ini, termasuk Jogja Berhati Nyaman.

Benar dan tepatkah seluruh predikat itu? Iya benar, bisa jadi demikian, tinggal dari mana dulu predikat itu dilihat, dirasakan dan diterapkan? 

Ada sisi lain yang sangat bisa mempengaruhi predikat-predikat yang disematkan pada Jogja. Masihkah Jogja istimewa jika masih ada sampah berserakan di jalanan? Benarkah Jogja kota pelajar jika para pendidik dan anak didik masih ada yang membuang sampah sembarangan? Apakah Jogja kota berbudaya jika membuang sampah pada tempatnya belum menjadi budaya yang mengakar di setiap warga yang tinggal dan mengunjungi Jogja? Akankah Jogja tetap menjadi tujuan wisata yang menarik dikunjungi jika pengelolaan sampah belum menjadi pusat perhatian? Dan….benarkah Jogja berhati nyaman jika jalan-jalan di Jogja dijadikan TPS liar? 

Sampah, masalah global

Sampah, khususnya plastik, telah menjadi masalah global yang memerlukan solusi dan aksi nyata bersama untuk memeranginya. Oleh karena itu, UNEP (United Nations Environment Programme) mengusung tema besar Solutions to Plastic Pollution dengan kampanye #BeatPlasticPollution pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. 

Spanduk peringatan soal sampah di flyover perempatan Jombor. Foto: Philipus Jehamun/ beritabernas.com.

Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, separuhnya diproduksi hanya untuk sekali pakai. Di sisi lain, pengelolaan sampah plastik melalui daur ulang tidak mencapai 10 persennya. UNEP menyebutkan bahwa 19-23 juta ton plastik berakhir di danau, sungai dan laut. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi lingkungan dan makhluk hidup.

Sebagian sampah plastik dibakar menghasilkan asap beracun yang dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan. Lebih dari itu, mikroplastik masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, bahkan udara yang kita hirup. Tentu ini berbahaya bagi kesehatan. 

Kolaborasi ABCGM

Pengelolaan sampah memerlukan kesadaran dan kolaborasi semua pihak. Tidak akan berhasil jika setiap unsur bergerak sendiri-sendiri. Kolaborasi unsur ABCGM (Academicy, Busiess, Community, Goverment, Media) akan membentuk kekuatan dan kesatuan yang diharapkan dapat menjadi solusi nyata bagi permasalahan sampah global. 

Academicy (akademisi), Business (pelaku usaha), Community (masyarakat/komunitas), Government (pemerintah) serta Media perlu bersatu padu memberikan solusi permasalahan sampah.

Relawan lingkungan hidup Perisai Bumi bersama para mahasiswa asal Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Tengah dan Manggarai Timur, Flores, NTT, OMK (Orang Muda Katolik), perwakilan mahasiswa UGM dan Tim Peduli Lingkungan Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, Yogyakarta, Atmo5 foto bersama Kepala DLH Sleman dan Anggota Komisi A DPRD Sleman Haji Ardi S. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Akademisi dapat berperan sebagai konseptor dan evaluator melalui tri dharma. Pelaku usaha dapat mengambil peran sebagai lokomotif penggerak program, terutama dari sisi materiil melalui program CSR. Masyarakat/komunitas sebagai pionir pelaksana utama program sekaligus motor penggerak. Pemerintah sebagai regulator membuat dan mengimplementasikan kebijakan serta sebagai fasilitator. Adapun media berperan penting dalam penyebarluasan informasi dan publikasi. 

Perisai Bumi, Merajut Asa Melindungi Kehidupan

Perisai Bumi berdiri pada peringatan Hari Peduli Sampah 21 Februari 2023 sebagai bentuk keperihatinan terhadap semakin banyaknya TPS liar di jalanan Yogyakarta, khususnya di area ringroad. Perisai Bumi memiliki visi melahirkan generasi berbudaya lingkungan.

Sesuai dengan slogannya, Merajut Asa Melindungi Kehidupan, maka organisasi nonprofit ini berupaya merajut asa semua pihak akan kehidupan yang baik. Setiap orang, setiap pihak pasti ingin berbuat sesuatu untuk lingkungannya.

Untuk itu, Perisai Bumi lahir untuk merajut asa-asa tersebut. Berfokus pada permasalahan sampah, Perisai Bumi bergerak mulai dari hal kecil dengan cita-cita besar menjadikan Yogyakarta bersih dari sampah dan TPS liar yang pasti juga menjadi cita-cita di hati kecil setiap orang yang berada di Yogyakarta. Siapa pun itu, baik penduduk asli maupun pendatang. 

Untuk itulah, Perisai Bumi menggandeng semua pihak untuk melakukan aksi nyata, mulai dari hal kecil, bersih TPS liar di ringroad Yogyakarta. Kolaborasi penta helix ABCGM terwujud dalam aksi nyata bersih TPS liar pada 25 Februari dan 17 Juni 2023.

BACA JUGA:

Akademisi diwakili dosen dan mahasiswa UGM, UNS dan Persatuan Mahasiswa Manggarai (Gavarta dan Semyopal); pelaku usaha yang bergabung yakni PDAM Sleman, BPD DIY, Bank Sleman, Arum Manis, Persada, Law Office Bro, Centra Grafindo, Hotel Grand Tjokro Yogyakarta, Hotel 101 Yogyakarta, PT Prakarsa Mandiri Pratama.

Kemudia, unsur pemerintah yang terlibat adalah DLH Sleman, DPRD Sleman, Satpol-PP Sleman, Polsek Depok Timur, Bina Marga Pelaksana Jalan Nasional Jateng-DIY, Jasa Marga Jogja Bawen, Kapanewon Depok. Media yang melakukan publikasi kegiatan aksi bersih TPS liar, antara lain Kedaulatan Rakyat, beritabernas.com, Greenpers, Tribun, medcom.id dan Betahita. 

Dengan kolaborasi semua unsur diharapkan setiap asa dapat terwujud. Namun, tentunya kolaborasi semua unsur ABCGM ini diharapkan tidak hanya bersifat seremonial dan momentum sesaat. Lebih dari itu, kolaborasi harus dilakukan secara menyeluruh dan untuk setiap program kebijakan pemerintah, tidak hanya terkait pengelolaan sampah. (Ninik Puji Astuti S.Si M.Ling, Pegiat Relawan Lingkungan Perisai Bumi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *