Uskup Agung Jakarta: Kekuasaan yang Tidak Mendengarkan Kritik Biasanya Tumbang

beritabernas.com – Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan kekuasaan dan kritik merupakan dua hal yang mesti berjalan bersama-sama. Karena itu, bila para akademisi menyampaikan seruan moral, itu merupakan tanggungjawab mereka yang ditujukan kepada institusi kekuasaan.

Uskup Agung Jakarta Igantius Kardinal Suharyo berharap seruan moral seperti itu didengarkan. Sebab, dalam sejarah, bila seruan seperti tidak didengarkan maka biasanya kekuasaan tumbang.

Dalam video berurasi 1 menit 34 detik yang viral dan diterima beritabernas.com, Selasa 6 Januari 2024, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, dalam perspektif iman Kristiani, dalam sejarah itu selalu ada kerajaan dan kerajaan itu sama dengan kekuasaan.

Para Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Katolik Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK) saat menyampaikan pernyataan sikap. Foto: Istimewa

Kita semua tahu kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik. Maka ketika ada institusi kerajaan pada waktu itu raja-raja tidak bagus maka muncul yang disebut nabi-nabi. Mereka yang menyerukan kebenaran, keadilan. Ketika negara tidak adil nabi muncul untuk menyerukan keadilan.

“Saya kira setiap zaman situasinya seperti itu. Jadi kalau para akademisi itu menyampaikan seruan moral, itu tanggungjawab mereka dan ditujukan kepada institusi yang memegang kekuasaan. Dinamika seperti itu dalam sejarah selalu ada. Moga-moga seruan-seruan seperti itu didengarkan. Harapannya itu,” kata Ignatius Kardinal Suharyo.

Menurut Kardinal Suharyo, bila seruan moral seperti itu tidak didengarkan, dalam sejarah juga jelas, ketika kekuasaan tidak mendengarkan kritik-kritik maka bahayanya adalah tumbang. Itu selalu terjadi seperti itu, bukan hanya di Indonesia tetapi dimana pun akan terjadi.

BACA JUGA:

Karena itu, menurut Ignatius Kardinal Suharyo, kekuasaan dan kritik itu dua hal yang mesti berjalan bersama-sama.

Seperti diketahui, sampai saat ini sedikitnya 59 perguruan tinggi ternama di Indonesia maupun beberapa organisasi kemasyarakata menyampaikan kritik, pernyataan sikap dan petisi terkait kondisi bangsa saat ini. Para akademisi maupun aktivis merasa prihatin atas sikap penguasa yang terkesan otoriter, tidak netral dan mengabaikan demokrasi menjelang Pemilu 2024. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *